Part 08

9K 738 25
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!

.
.

Pandangan cowok itu kosong menatap hamparan gedung-gedung pencakar langit. Tangannya memegang benda nikotin yang sesekali ia hisap.

Ingatannya kembali melayang setelah ia mengantar Renata pulang. Ayaana--- perempuan yang masih setia menempati tempat dihatinya hingga kini. Rava menunduk mengacak rambutnya dengan kasar membuat rambut itu semakin berantakan.

Rava duduk didepan perempuan yang berumur lebih tua empat tahun darinya itu. Ayaana Putri Asari. Perempuan yang membuatnya untuk pertama kali mengenal apa itu jatuh cinta.

Ayaana tersenyum menyambut Rava, tatapannya tertuju pada wajah Rava yang lebam. Ia menggeleng, "ckckck... berantem lagi?" Perempuan itu menyodorkan minuman yang sudah ia pesankan untuk Rava.

Rava mengangguk, meminum minuman yang sudah dipesankan. Ia masih heran kenapa tiba-tiba perempuan didepannya ini memintanya datang ke cafe yang biasa mereka datangi. "Ada apa? Tumben nyuruh gue ke sini. Biasanya juga gue duluan yang ngajak." Katanya. "Atau lo mulai jatuh hati sama gue?" Ucapnya dengan wajah yang dibuat terkejut.

Ayaana tertawa. Rava memang akan terlihat apa adanya jika sudah berhadapan dengannya. Tidak ada kesan Rava yang cuek, hanya ada Rava yang cerewet. Ayaana sudah tidak heran jika cowok didepannya ini menyukainya sejak ia masih duduk dibangku SMA. Jadi ketika Rava bertanya apakah ia sudah jatuh hati kepada cowok itu, maka jawabannya jelas tidak.

Masih dengan tawa yang mengalun-- sialnya disukai Rava, Ayaana memukul kepala Rava pelan. "Cinta mulu yang dibahas. Sekolah aja yang bener."

Rava tersenyum miris. Cowok itu mengangguk. Andai bukan karena faktor umur yang membuat ia ditolak, sudah Rava pastikan jika hari ini juga ia akan melamar Ayaana. Namun, takdir selalu membuat ia diam dengan keadaan, jika ia masihlah anak SMA.

"Aku punya sesuatu untuk kamu." Ayaana membuka tas jinjingnya dan menyodorkannya ke arah Rava.

"Apa ini?" Rava memutar-mutar kertas itu, melihatnya saksama. "Undangan pernikahan?" Ucapnya bingung. "Oh, gue ngerti. Lo mau kita dateng barengan ke acara ini. Siip! Gue terima." Cengirnya lebar langsung menyetujui. Padahal ia belum membuka undangan itu.

Ayaana tersenyum masam. Ia menggeleng dan memegang tangan Rava yang berada diatas meja. "Rava..." panggilnya serius. "Aku tau kamu suka sama aku. Tapi Rav, kita nggak bisa datang bersama diacara itu. Hanya kamu yang akan datang sendiri."

Rava mengangkat alisnya bingung. "Maksudnya?"

Perempuan itu menghela napasnya pendek, "kamu buka dulu undangannya dan baca. Aku mau kamu datang. Minuman sudah aku bayar, aku pergi." Pamitnya meninggalkan Rava yang masih kebingungan.

Cowok itu menatap undangan yang masih ia pegang. Membukanya dan membacanya dengan saksama, napas Rava terasa terhenti. Ada perasaan sesak saat ia tahu kenapa hanya dirinya saja yang datang ke acara pernikahan itu.

Menikah :

Ayaana Putri Asari

Dengan

Bramasta Hermawan

Matanya terpaku menatap kalimat demi kalimat yang tertulis dalam undangan itu. Meletakan kembali undangan itu ke meja, Rava mencoba mencerna maksud dari undangan yang diberikan perempuan yang namanya tertulis dalam undangan. Ia menatap kosong nama mempelai laki-lakinya. Itu jelas bukan namanya.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang