.
.
.
Hari ini hari Minggu dan Mingi udah siap-siap ke masjid untuk sekedar mendekatkan diri kepada Yang Maha kuasa. Pandangannya natap ponselnya yang tergeletak di atas nakas sedari semalam, sepi. Ngga ada satupun notifikasi pesan yang masuk.
Mingi ngehela nafasnya pelan, setelahnya ia memandang rumah dihadapan rumahnya lewat kaca jendela, ada Yunho dan Jaehyun yang lagi ketawa sambil ngobrol di dekat tembok pembatas rumah mereka. Bibirnya mengulas senyum kecut, apa yang terjadi sekarang adalah salahnya, dia yang dulu terlalu takut melangkah maju bersama Yunho. Padahal sejak awal dirinya yang meyakinkan kalau mereka bisa, bodoh memang.
Mingi keluar dari kamarnya pas jam menunjukkan waktu dua belas lewat empat puluh lima siang, dia mau ke masjid berdo'a disana sambil nunggu adzan Dzuhur.
"Aa' udah mau ke masjid?"
Mingi jalan ke ruang tamu tempat umi nya yang lagi nonton tv.
"Iya umi, udah mau Dzuhur. Aa' pamit ya"
"Hati-hati ya A' "
Setelah dapat izin dan cium tangan umi, Mingi langsung jalan keluar rumah, seperti biasanya dia rapi pakai sarung dan dan baju koko juga peci hitamnya yang udah dia pakai di atas kepalanya.
Mingi melangkah keluar pekarangan rumahnya dengan perasaan yang kurang baik, ada sedikit rasa malas di benaknya. Tapi mau gimana lagi? Dia harus keluar.
Baru aja Mingi nutup gerbang rumahnya, gerbang depan rumahnya kebuka. Dari sana Yunho keluar, kelihatan buru-buru.
Dan Mingi merasa deja vu saat ini juga.
"Ah.. kak Geva, apa kabar? Lagi buru-buru?" Mingi senyum lemah diakhir kalimatnya.
Yunho senyum canggung, "saya baik. Iya, saya lumayan buru-buru. Mau ke gereja."
Lagi-lagi perbedaan itu. Mingi ngangguk kecil, ngulas senyum tulus setelahnya ia pamit pergi lebih dulu. Tapi baru beberapa langkah, suara seseorang yang manggil nama kesayangannya ngga bisa buat Mingi untuk nahan diri supaya ngga noleh.
Di belakangnya, ada Jaehyun juga Yunho yang kelihatan akrab. Dari yang Mingi dengar, tetangga baru Yunho itu ngajak Yunho untuk ke gereja bareng. mereka searah ternyata, dan Mingi cuma bisa senyum kecut tahu kenyataan ini.
Mingi ngebawa langkahnya menjauh, mau ngga mau... Memang dirinya yang harus menjauh.
"Kak Adel?"
Cowok yang di panggil Adel langsung noleh, mukanya datar banget dan dia ngedengus kesel.
"Mau gue banting atau mau di tendang?"
Mingi nyengir kuda, "maaf kak.. gue lupa lu ngga suka dipanggil Adel hehe.."
Cowok itu ngangguk kecil, di ngelanjutin jalannya tanpa ngomong apapun lagi ke Mingi. Mingi langsung nyamain langkahnya sama si cowok itu.
"Kak, mau ke mana?"
"Masjid."
Mingi ngerutin alisnya bingung, "loh?"
Cowok itu terkekeh pelan, agaknya dia lumayan terhibur sama Mingi yang masang tampang bingungnya.
"Lu pasti ngiranya gue Kristen ya? Atau agnostic?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) 𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐆𝐞𝐯𝐚𝐫𝐢𝐞𝐥 [𝟏/𝟐]
Roman pour Adolescents[revisi] [republished] [bxb; local; fluff; slice of life; minyun] ❝Waktu terasa cepat bagi yang bahagia. Terasa lambat bagi yang tersiksa. Terasa sesak bagi yang gulana, dan terasa lama bagiku yang menunggumu.❞ © Fyar_ ◎━━━━━━◎━━━━━━◎ ↻start : O4 Ap...