16. Jawaban

4.9K 327 2
                                    

Part keenambelas

Harapanku hanya satu, bisa bertemu dengan keluargaku. Meski tak selengkap dulu, tapi aku tetap bersyukur akan hal itu.

___________

Seorang gadis berwajah flat dengan kepala yang ditutupi oleh tudung hoodie hitamnya itu tengah berjalan santai memasuki sebuah ruangan.

Ruangan itu terlihat seperti gudang kumuh namun didalamnya seperti rumah nyaman nan bersih. Gadis itu Lofa, Ia mendudukan bokongnya keatas single sofa.

Disana terdapat 3 cowok yang tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Sepertinya mereka tengah mabar, terlihat posisi ponsel yang dimiringkan.

"Anjing! kalah kan gue!, nih cewe nelphonan mulu anjir,"ucap Revan sambil memnyimpan ponselnya diatas meja dengan kasar.

"Udah kalah ya kalah aja, gausah nyalahin cewek lo,"cibir Bara lalu Ia menyimpan ponselnya diatas meja.

"Habisnya kesel gue!," Revan mengacak-ngacak rambutnya prustasi.

Raga yang duduk disamping Lofa tersenyum jahil ketika cewek disampingnya itu tengah melamun.

"HEY YOU ORANG NGELAMUN CHEK!," pekik Raga membuat Lofa sedikit terlonjat, bagaimana tidak? Suara cowok itu sangat memekik apalagi Ia berbicara tepat disamping telinganya.

"Apaan sih lo!,"ucap Lofa ketus.

Raga yang melihat itu terkekeh, "Lagian datang-datang ngelamun, mau kesambet lo?"

"Ada masalah, Lof?,"tanya Bara.

Memang benar, cowok itu paling dewasa diantara mereka berlima. Ralat, kali ini mereka berempat sebab Panji sedang pergi ke Belanda.

Lofa menghela nafas gusar, lalu menggeleng pelan. "Kebawa Taekwondo,"

"Lah terus?"tanya Raga.

"Bareng Gavin,"

"Buat dibandung itu ya?,"Lofa mengangguk. "Bagus dong, lo nanti lebih deket. 3 minggu pasti bareng dia terus kan, jadi lebih gampang lo ngejalanin tugasnya, menurut gue lo ikut aja, tapi kalo lo merasa keberatan si jangan,"

"DUARR!!"pekik Alna sambil memegang bahu Lofa. Cewek itu terlonjat. Lofa mendelik tajam kearah Alna yang tengah terkekeh dengan jari peace nya.

"Lo ngelamun terus dari tadi, ayo kekantin bel istirahat udah bunyi,"ajak Alna.

"Gak dulu,"

Sejujujurnya Lofa masih bingung, harus meng-iya kan atau memilih untuk tidak ikut. Apa perlu ditekan kan lagi?, bahwa Ia malas berurusan dengan Gavin apalagi diwaktu yang sangat panjang. Dan salah satu cara adalah menghindari cowok itu agar Ia bisa memikirkan jawabannya secara matang.

"Bilang kek dari tadi, yaudah mau nitip ga?"tanya Alna.

Alna yang melihat gelengan dari Lofa, Ia bangkit dari duduknya lalu pergi keluar kelas menuju kantin yang sedang ramai-ramai nya.

Sesampainya disana, Alna berjalan santai menuju meja yang ditempati oleh keenam anggota inti geng Bedrick. Kalian masih ingat? Bahwa Alna akan berlagak seolah-olah Ia tidak kenal dengan Gavin dkk.

Hal itu masih berlanjut, tatapan tajam dan cibiran pedas? Tentu saja itu Ia dapatkan. Apalagi ketika Ia duduk diantara mereka seperti saat ini.

Gavin yang melihat sepupunya itu hanya datang seorang diri Ia menyeritkan halisnya.

"Lofa mana?"tanya Gavin.

Restu yang tadinya sedang memakan gorengannya langsung menatap Gavin, "Cie, cie khawatir nie yee!"ucap Restu sambil menggerak-gerakan telunjuknya dihadapan wajah Gavin.

Gavin menepisnya dengan wjah kesal, "Mau nagih janji bangsat!"ketusnya.

"Janji apaan?"tanya Alna penasaran.

"Kepo lo kayak dora, cepet temen lo mana?"

"Dikelas,"

Gavin segera beranjak dari duduknya dan pergi keluar dari arean kantin.

>>><<<

Lofa memutuskan untuk keluar dari kelas ketika rasa bosannya menyeruak. Ponselnya mati, lupa membawa powerbank dan sialnya novel yang sedang dibacanya tertinggal dirumah.

Ia melangkahkan kaki menuju area rooftop, karna saat ini sedang indah-indahnya gumpalan awan putih menghiasi langit.


Lofa memberhentikan langkahnya ketika diujung koridor itu terdapat seorang cowok yang sedang Ia hindari.

Sial!


Lofa segera membalikkan badannya dan segara melangkahkan kaki dengan sedikit berlari. Ia belum tau jawaban apa yang harus dipilih. Namun kesialan kembali terjadi ketika Gavin berhasil memegang pergelangan tangannya membuat pucuk kepalanya berbenturan dengan dada bidang milik Gavin.

"Gue tau lo hindarin gue,"ucap Gavin datar.

Kalian tau apa reaksi siswa/i yang sekarang sedang berada dikoridor?, terkejut dan bereaksi sama halnya ketika Ia berbicara dengan Gavin diparkiran kemarin.

"Lepas!"sungguh Ia risih ditatap oleh semua siswi. Apalagi dengan tatapan seakan-akan ingin menerkam.

Bukannya segera melepaskan, tetapi malah semakin erat memegang. Sudah lah Lofa yakin setelah ini pergelangannya membiru sebab Gavin mencengkramnya sekeras itu.

"Gue harap lo gak ingkarin janji!"ucap Gavin dengan sorot mata tajam.

"Gue bukan pecundang!"balas Lofa dengan sorot mata tak kalah tajam.

Gavin melepaskan cekalan itu, dan tanpa Ia sadari atas perlakuannya berhasil membuat orang lain terluka.

"Gue ikut, puas?!"ucap Lofa ketus.

Setelah itu Ia pergi dari hadapan Gavin. Lofa segera mempercepat langakahnya agar Ia cepat sampai di rooftop. Gadis itu duduk dikursi panjang yang berada dirooftop dengan nafas yang masih tersenggal-senggal. Ia mengusap pergelangan tangannya yang sedari tadi berdenyut.

Ia meringis ketika luka lebam itu tak sengaja tertekan, Lofa memejamkan mata ketika angin sejuk menerpa wajahnya. Lofa tau sekarang Ia tak lagi merasa kesepian ketika berada disekolah saat Alna dan Gavin dkk dengan tak sengaja masuk kekehidupannya. Entah sekenario apa yang sudah tertulis, hingga Ia selalu berurusan dengan seorang yang disebut cassanova itu.

Lofa kembali membuka matanya, lalu tersenyum ketika Ia mengingat bahwa wanita yang selama ini Ia cari ada diJakarta dia Lesi andrea, wanita itu adalah Mamanya, orang yang selama ini Ia ingin temui.

Dan harapan Lofa hanya satu.


Bisa bertemu dengan Mamanya, hidup bahagia diiringi senyuman seperti dahulu kala.

>>><<<<

Vote dan komen.


Leofa {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang