10. Sirkuit

5.7K 392 3
                                    

Part kesepuluh

Ada rasa tersendiri saat aku sedang berada didekatmu. Entah itu apa, namun rasanya terasa sangat asing.

__________

Orang bilang tempat yang paling tepat untuk pulang adalah, rumah. Dan hal yang paling terindah dalam hidup adalah ketika kita dikelilingi oleh orang yang amat sangat kita sayangi.

Kata orang lain juga, harta paling berharga adalah keluarga. Memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia pasti dambaan bagi semua orang temasuk Lofa. 

Rasanya sulit untuk dipercaya jika gadis cantik dan cerdas itu memilik kehidupan yang sangat kelam dan keluarga yang jauh dari kata bahagia. Miris memang kalau mengingat bagaimana setiap saat yang Ia lewati tak luput dari kata sepi dan hampa.

Maka tak heran jika gadis itu, memilih untuk menjadi seseorang yang sangat tertutup dan enggan menampilkan senyumnya.

Jujur, Ia bosan dengan semua ini. Menjalani kehidupan yang hanya diiringi oleh kesunyian. Bisakah Ia merasakan bagaimana hangat nya keluarga? Tak apa walau hanya sebentar. 

Ia memang terlahir dari keluarga kaya, mempunyai wajah cantik yang memesona, tak lupa otak cerdas diatas rata-rata yang membuat ia semakin dihujani ribuan pujian. 

Namun semua itu tak dapat membuatnya bahagia,

Lalu, untuk apa rumah yang berdiri kokoh dan megah ini ada?, jika penghuninya saja tidak hidup bahagia. Pada akhirnya rumah megah dan pagar-pagar yang menjulang tinggi itu hanya berfusing untuk sekedar menutupi kesunyian yang ada didalamnya.

"Neng Lofa, teh mau kemana atuh?. Ini teh kan udah malam,"tanya Bi Narsih saat melihat cucu majikannya akan menaiki motor.

"Ada urusan,"balas Lofa sambil memakai helm nya.

Bi narsih menatap cemas kearah Lofa. Meski majikannya itu sering pergi larut malam seperti ini, namun untuk kali ini Ia merasakan cemas.

"Hati-hati, atuh neng. Dijalannya jangan ngebut-ngebut ya," Lofa mengangguk kan kepalanya. Ia menancapkan gas pada motor trailnya dan berlalu dari sana membelah jalan kota jakarta yang masih terlampau padat.

Sesekali decakan keluar dari bibir gadis itu saat sebuah mobil dengan enteng menikungnya. Ia terus meliuk- liuk kekanan dan kekiri bermaksud untuk mencari celah agar Ia bisa mendahului mobil berwarna silver  itu. Namun mobil itu mengikuti kemana arah motornya, seakan-akan dia tau bahwa Ia akan menyalipnya. Lofa segera menambah laju motornya ketika Ia melihat ada sedikit celah. Dan dengan mulusnya Ia berhasil menyamakan posisi dengan mobil itu.

Lofa membulatkan matanya ketika ia tahu siapa pengemudi mobil itu. Orang itu membuka kaca pintu mobilnya lalu tersenyum miring kearah Lofa.

"You will not succeed this time,babe! " ucapnya sebelum orang itu menutup kembali kacanya.

Lofa segera menambah kecepatan laju motornya agar Ia bisa lebih cepat sampai ditempat tujuan.

>>><<<

Jalan yang biasanya sepi dan tak dilalui oleh kendaraan lain kini terlihat sangat ramai. Riuh sorakan penonton yang saling melempar teriakan memanggil nama kebanggaan mereka masing-masing.

Gavin maupun Difram dan pembalap yang lain sudah siap didepan garis star. Hingga seorang wanita berjalan kedepan sambil memegang bendera. Beberapa motor itu melesat dengan cepatnya ketika bendera yang dibawa oleh wanita itu dilemparkan keatas.


Semenit kemudian, seseorang yang menaiki motor trailnya itu berhenti dibelakang kerumunan penonton. Orang itu turun dari motornya dan melepaskan helm.

"Lofa?, kok ada disini?"tanya Tora.

"Gavin mana?"bukannya menjawab, Lofa malah kembali bertanya.

Tora menahan senyumnya, "ooh nyari Gavin, dia lagi balapan lah. Baru aja mulai,"cowok itu terus menatap Lofa  sambil menaik turunkan kedua halisnya. "Mau nyemangatin ya?, yahh sayang, lo datang nya telat,"

Lofa memutar bola matanya malas.
"Yaudah gue ke sana dulu ya, mau beli kopi. Lo mau nitip?"tawarnya sambil menunjuk kearah warung diujung jalan. Namun Lofa hanya menggeleng sebagai jawabannya. Tora yang melihat gelengan itu Ia langsung beranjak pergi meninggalkan Lofa.

Halis Lofa menyerit ketika keadaan penonton berubah menjadi lebih ricuh.

"Ada apa nih?, kok jadi rame"tanya salah satu penonton dengan wajah bingungnya.

"Itu, dibelokan ada salah satu orang yang kecelakaan. Katanya sih rem nya blong"balasnya.

Nafasnya tercekat ketika Ia mendengar penunturan orang itu. Lofa benar-benar sudah tak sanggup mendengar kelanjutan cerita itu lagi, Ia segera menaiki kembali motornya tanpa memakai helm. Lofa menjalankan motornya pelan menuju tempat yang sedikit jauh dari tempat itu. Kali ini Ia benar-benar gagal. Ia merasa anggota yang paling buruk.

Gadis itu menstandarkan  motornya dipinggir jalan. Ia turun dari motor dan duduk diatas trotoar.

Drtt.

Sedari tadi ponselnya tidak berhenti berbunyi. Ia belum siap mengatakan semuanya. Jika keadaannya akan seperti ini, seharusnya Ia membiarkan lengan cowok itu sakit. Tapi sayang semua nya sudah terjadi.

Dan jika terjadi apapun dengan cowok itu, maka Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Ia menghela nafas berat sambil menundukan kepalanya dalam-dalam, bayang-bayang seorang pengemudi mobil tadi kembali berputar diotaknya. 

Gadis itu terlalu larut pada lamunannya sehingga Ia tak menyadari sebuah motor sport berwarna hitam berhenti didepannya.

"Ngapain nyari gue?,kangen ya?"tanya cowok itu setelah Ia membuka helm nya.

Lofa mengelap kasar kedua pipinya, lalu Ia mendongkak. Lofa yang melihat siapa orang itu langsung bangkit. Sangat sulit untuk dipercaya, sekarang Gavin tengah duduk dimotornya tanpa ada luka lecet sedikitpun.

"Lo gapapa?"pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Gavin terkekeh, "gue gak papa, lo khawatir ya?"godanya. Lofa mencebikkan wajahnya

"Geer banget,"balas Lofa ketus.

Cowok itu tersenyum sambil menatap wajah Lofa lekat. "Ooh, gue sih ngarep nya lo khawatir,"

>>><<<

Voment yuu jan lupa 🖤

Leofa {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang