23. Our mom

4.5K 301 11
                                    

Part keduapuluhtiga.

Sekuat apapun kamu menutupinya. Tetap saja, ada seseorang yang dapat mengetahuinya. Dia, ibu.

_____________

"GAVINN!!!"teriak seseorang dari arah tangga.

Cowok yang tengah duduk santai diatas sofa itu berdecak. Sudah Ia duga mamahnya pasti akan mengomel dan menghujani seribu pertanyaan padanya. "Ada apa sih, Ma?"tanya Gavin ketika wanita paruh baya itu berjalan menghampirinya sambil berkacak pinggang dengan sorot mata tajam.

Gina menjewer salah satu telinga anak sulungnya itu. "Ada apa, ada apa!. Cewek dikamar kamu siapa?!, kata Bibi badan sama bajunya basah kuyup. Kamu apain dia, Gavin?!. Mamah gak pernah ngaja- "

"Gak Gavin apa-apain!. Itu temen Gavin, tadi dia kepegat hujan. Pas Gavin mau anterin kerumahnya, dia keburu pergi. Terus Gavin kejar, eh udah pingsan ditrotoar. " jelas Gavin.

Gina melepaskan jewerannya diganti dengan usapan lembut pada pipi Gavin. "Baik banget sih, anak Mama!"

"Dari lahir, Mamanya aja yang suka mikir negatif tentang Gavin!"ucapnya dengan wajah cemberut. Tak lupa tangan kirinya yang Ia gunakan untuk mengusap-usap telingannya yang memerah.

"Habisnya Mama kaget tadi." Gavin memutar bola matanya malas. Gina duduk disamping Gavin dengan senyum yang tertahan.

"Kamu suka dia ya, Bang?"tanya Gina.

Gavin yang mendengar pertanyaan itu menyerit, Bang? Sejak kapan mamahnya itu memanggilnya dengan embel-embel bang. Apa jangan-jangan mamahnya itu sedangg..

"Bang?, Mama lagi hamil?!"tanyanya dengan wajah kaget.

Gina cengengesan. "Iya, kemarin Mama periksa kedokter kandungan. Eh, ternyata Mama lagi hamil 2 bulan,"ucapnya sambil menampilkan senyum lebar.

"Papa udah tau?"

"Taulah, orang Papa yang nganterin Mama kedokter. Eh kok kamu malah ngalihin pembicaraan sih!, kamu suka kan sama dia?"Gina menatap Gavin dengan kedua halis dinaik turunkan.

Cowok itu menghela nafas berat. Ia sendiri juga bingung dengan perasaannya. Jika dikatan tidak, mengapa Ia selalu merasa khawatir ketika Lofa terluka. Jika dikatakan iya, apakah benar rasa itu benar-banar rasa cinta atau hanya kagum yang sipatnya sementara. "Gatau,"

Gina menyeritkan kedua halisnya. "Kok gatau?"

Gina mengusap rambut Gavin lembut.
"Dia beda dari yang lain Mah, semua cerita hidupnya seakan teka-teki."

"Dan kamu yang pecahkan teka-teki itu, sayang."kata Gina lembut. "Kalo kamu suka, kejar. Dia itu cantik pasti banyak diluaran sana yang mau milikin dia,"

"Apa yang bikin Mama yakin kalo Gavin suka sama dia?"Gina tersenyum. "Sedangkan Gavin aja masih ragu sama perasaan itu,"

"Kamu menunjukan hal berbeda."balasnya tenang. Gavin menghela nafas panjang. Ia menyenderkan punggungnya pada sofa, apakah sikap berbeda yang Ia tunjukan untuk Lofa begitu kentara?.

"Mama ini Ibu kandung kamu. Semua perubahan kamu, pasti Mama rasain. Jadi, kalo kamu sayang dia ya kejar. Udah ah, Mama mau kedapur dulu."setelah mengucapkan itu Gina beranjak dari duduknya meninggalkan Gavin seorang diri. Mata Gavin beralih kearah tangga ketika Ia mendengar suara langkah kaki. Gavin bangkit dari duduknya lalu menatap dengan tatapan bertanya.

"Pulang,"ucap Lofa dengan suara sumbang.

Gavin maju satu langkah, lalu menempelkan punggung tangannya tepat didahi Lofa. Hangat, itulah yang dirasakan Gavin. Ia menjauhkan punggung tangannya lalu menatap lekat manik mata Lofa.

Leofa {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang