31. End to beginning

3.8K 261 40
                                    

Part ketigapuluhsatu.

Jam kosong saat ini Lofa putuskan untuk pergi ke rooftop. Mencari ketenangan, dan pergi dari kebisingan. Kelas XI IPA 2 sekarang memang sedang ramai-ramainya, oleh karena itu Lofa memutuskan untuk pergi dari kelas. Perjalan Lofa terhalang oleh dua orang siswa yang tengah berdebat ditengah-tengah koridor. Disana posisi siswa Laki-laki membelakangi Lofa sedangkan siswa perempuanya tengah sibuk berbicara. Dan Lofa mengetahui siapa mereka.

"Gue bakal jauhin lo setelah janji kemarin lo tepati!"kata siswa perempuan.

"Gue sama Lofa gak ada hubungan apa-apa. Dan tentang gue nembak dia,  gue udah lebih dulu untuk akhiri semuanya, jadi gue tegaskan berhenti ganggu hidup gue!"balas lelaki itu tak kalah tinggi.

Hati Lofa menyesak seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya. Apa ini akhir dari kisah nya?. Lebih dahulu berakhir padahal kisah itu baru saja akan Ia mulai.

"Ehh, ada Lofa. Berhubung lo ada disini gue boleh nanya ga? Tentang hubungan lo sama Gavin."tanya Clara dengan senyum kemenangan terpancar diwajahnya. Gavin yang mendengar itu cukup terkejut, dan kini Lofa sudah berada disampingnya.

"Gaada hubungan apa-apa." Balas Lofa tegas namun tersirat kesedihan disana. Setelah mengucapkan itu Lofa pergi dari sana meninggalkan Clara  dengan seluruh kepuasannya.

Lofa sudah berada di rooftop sekarang,   gadis itu memejamkan mata sambil meresapi hembusan angin yang menusuk pori-pori wajahnya. Seharusnya Ia tidak menaruh perasaan secepat ini. Harusnya Lofa menjaga perasaannya agar tidak membeludak keluar. Hingga pada akhir ini perasaan itu sudah menjadi sebuah penyesalan. Perasaan yang harus Lofa pendam hingga tenggelam, menguburnya dalam-dalam agar tidak kembali keluar.

"Masih layakkah jawaban itu gue tunggu?"ucap Gavin yang kini sudah berada disamping Lofa.

"Sampai kapanpun layak, jika orang itu tidak berniat untuk menyerah."balas Lofa sambil menatap kearah Gavin.

Gavin menghela napas sebelum kembali berbicara. "Terkadang manusia bisa merasakan bosan, lelah karna terus menunggu. Dan yang paling gue benci dalam hidup itu, ya itu."

Lofa terkekeh. "Andai lo bisa tahan itu hingga beberapa menit, pasti lo udah dapatkan sesuatu yang selama ini lo tunggu."

"Hah?, maksudnya lo.."ucapaan Gavin tertahan dengan mata pokus pada wajah Lofa. Lofa mengangguk pelan.

"Tapi udah terlambat."

"Kata siapa?"tanya Gavin

"Kata lo, tadi lo bilang semuanya udah berakhir."balas Lofa.

Gavin mengacak rambut Lofa gemas. Lelaki itu tersenyum. "Cerita yang kemarin emang udah berakhir tapi sekarang kisahnya akan gue mulai. Jadi, apapun pertanyaan yang gue kasih, lo hanya boleh jawab iya!."kata Gavin.

"Maksa."

"Lofa, jadi pacar gue ya?"tanya Gavin

Lofa mengulum senyumnya, gadis itu nampak berpikir hingga kepalanya mengangguk mengiyakan. Gavin yang melihat itu menampakkan senyumnya,  Ia menarik Lofa kedalam pelukannya. Mulai detik ini Lofa sudah menjadi miliknya. Diatas rooftop itu akan menjadi kenangan yang akan selalu diingat oleh kadua pasang remaja itu. dimana dimulainya cerita yang sempat tertunda, dan saksi dimana cinta mereka bersatu.

>>><<<

Dua orang remaja berbeda gender itu tengah berdiri menyaksikan Lofa dan Gavin yang tengah tersenyum bahagia diatas rooftop. Siswa lelaki itu tersenyum miring.

"Lo tau, dari dulu gue cuman masang topeng. Jadi teman sekaligus musuh buat dia."ucap siswa lelaki dengan kekehan meremehkan.

Cewek yang berada disampingnya itu ikut terkekeh. "Cukup licik ternyata, persahabat lo jadiin ajang pembalasan. Sejauh apa rencana yang udah lo buat?"

"Dari awal rencana gue mulus-mulus aja tapi semenjak cewek itu datang rencana gue pasti selalu gagal."

Gadis itu tersenyum miring. "Gimana kalo kita hancurin mereka dalam satu waktu."

"Caranya?"

"Kita buat mereka bertengkar, setelah itu kita celakain Lofa buat dia koma atau mati, disana Gavin pasti akan hancur."

Cowok itu tersenyum smirk. "Ide yang menarik."

>>><<<

Setelah memarkirakan mobilnya, Lofa berjalan memasuki rumah peninggalan nenek nya dulu. Sekarang Lofa tidang langsung pulang kerumah Lesi, mengingat Lora sudah mulai sekolah.

Kening Lofa tampak berkerut, ketika  pintu itu sangat sulit dibuka. Tak biasa Bi Narsih mengunci pintunya ketika tengah hari. Lofa mengetok pintu itu beberapa kali, hingga pintu itu terbuka.

"Kok dikunci Bi?"tanya Lofa sambil memasuki rumahnya.

Bi Narsih segera menjawabnya setelah menutup pintu. "Itu Neng, tadi ada orang yang mondar-mandir terus didepan. Orang nya pake hoodie item, mau Bibi samerin takut. Yaudah Bibi teh ngunci semua pintu."

Lofa terdiam sejenak. "Bi, Bibi pulang kampung aja. Biar nanti gaji nya Lofa kasih. Lofa takut orang itu nyelakain Bibi, apalagi disini bibi sendiri."ucap Lofa.

"Yaudah neng, besok bibi pulang."

Lofa mengangguk, gadis itu segera pergi menaiki kamarnya. Lofa tau ada yang ganjal disini, siapa orang itu? Dan sekarang Lofa menemukan kertas yang membungkus batu di balkon kamarnya.

'Hai Leofa, siapkah untuk mati?'

Apakah tujuan orang itu hanya ingin memberikan ini?, satu pertanyaan yang terlintas dipikiran Lofa adalah mengapa orang itu tau jika dirinya akan pulang kerumah ini?. Apakah orang itu salah satu anggota yang diperintahkan Burga?.

>>><<<

Vote dan komen 💙















Leofa {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang