29. Trap

3.8K 257 8
                                    

Part keduapuluhsembilan

Tetap tumbuh walau kadang dunia membunuh, tetap melangkah meski jejak sudah kehilangan arah.
-rasa.ku_

______________

Hari ini adalah tepat hari kedua, Lofa tinggal di rumah Mamanya bersama Lora setelah tiga hari dirawat di rumah sakit. Sekarang kedua gadis itu sudah semakin dekat dan akrab. Seperti sekarang, mereka sedang tertawa bersama di balkon kamar milik Lora sambil menyanyikan lagu dengan gitar yang berada dipangkuan Lofa.

Ain't about the, uh, cha-ching, cha-ching
Ain't about the, yeah, ba-bling, ba-bling
Wanna make the world dance
Forget about the price tag.....

Jreng...jreng...jreng..

"Yeayy!, jago banget main gitarnya. Nanti ajarin gue ya!"ucap Lora

Lofa tersenyum lalu menganggukan kepalanya pelan. Sekarang Ia punya alasan untuk tersenyum bahagia, dan tujuan hidupnya saat ini Ia hanya ingin berada disekitar orang-orang yang Lofa sayang tanpa merasa kehilangan lagi.

"Lo tau tujuan hidup gue dulu cuma dua, bisa sembuh atau ada seseorang yang bisa jagain Mama."Lora menjeda kalimatnya lalu terkekeh dengan mata menatap hamparan bintang.

"Tuhan itu maha baik, dia langsung kabulin dua permintaan gue sekaligus. Gue sehat, dan lo juga datang buat sama-sama jagain Mama. Terima kasih buat orang yang udah bersedia donorin ginjalnya ke gue. Siapapun orangnya, gue akan selalu ingat dia." Lanjutnya sambil tersenyum manis.

Lofa ikut tersenyum manis. "Jadi, apa yang harus lo ambil dari itu?"

"Jalani hidup sebaik mungkin. Karna belum tentu kita bisa menjalani hidup dikeesokan hari."balas Lora.

Lofa terdiam sambil menatap Lora. Ia ikut senang melihat binaran mata yang dipancarkan Lora tiga hari lalu saat Ia sudah dapat menjalani kehidupan yang normal tanpa ada rasa sakit lagi. Dan Lofa harap Ia bisa bertahan, hingga Ia mendapatkan seseorang yang rela mendonorkan ginjal.

>>><<<

Dua orang lelaki kini tengah berdiri berhadapan didepan sebuah gudang yang sudah tak terpakai. Keduanya sama-sama memancarkan tatapan tajam.

"Lusa, ada tanding tinju. Kalo lo ngerasa hebat, gue tantang lo buat jadi lawan gue."ucap salah satu lelaki.

"Gue terima. Tapi nanti kalo gue menang, lo jangan pernah ganggu kehidupan gue dan stop beranggapan kalo Meta meninggal gara-gara Irfan."balasnya.

Lelaki berambut keungun itu terkekeh meremehkan. "Untuk itu gue gak bisa, karna temen lo itu, biang dibalik semua ini. Dan lo, jangan pernah membenarkan yang salah!"nafas lelaki itu semakin menggebu-gebu. Sorot mata yang semakin menajam dengan kedua tangan yang sudah terkepal.

"Gue bakal buat kalian semua tau, bagaimana rasanya jadi gue. Kehilangan seseorang yang lo sayang, karna cowok lain. Tunggu aja, entah itu pacar temen-teman lo, atau Lofa!. Camkan itu!"ucapnya lagi. Cowok itu bergegas menaiki motornya dan pergi.

Lelaki yang tadi menjadi lawan bicaranya itu adalah Gavin. Kini Gavin tengah mengacak rambutnya prustasi. Tanpa disadari, Ia sendiri yang mendatangkan kebahayaan pada Lofa. Dan Gavin yakin, jika ucapan lelaki itu tak main-main.

Leofa {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang