28. Borrow trouble

3.7K 268 5
                                    

Part keduapuluhdelapan

Dekati saja, jika dia menerimamu dengan senang hati maka aku siap untuk pergi.

_____________

Langit pagi ini terlihat mendung. Hawa dingin pun begitu terasa, hembusan semilir angin masuk kedalam celah-celah sebuah ruangan. Ruangan serba putih itu terdapat seorang gadis memakai pakaian rumah sakit yang kini tengah duduk menghadap jendela. Hari ini hari Rabu, hari dimana saatnya Lofa dioperasi untuk mendonorkan ginjalnya kepada Lora. Ia sudah yakin, dan apapun yang akan terjadi untuknya nanti Lofa akan tetap menerimanya dengan lapang dada.

Pintu ruangan itu terbuka, disana Lesi tengah berdiri dengan senyum manisnya. Wanita paruh baya itu segera menghampiri Lofa.

"Mah, kalo Lora sadar nanti. Jangan kasih tau ya, kalo ginjal itu punya aku."kata Lofa sambil mengelus tangan Lesi yang bertengger dibahunya.

"Dan kalo aku gak selamat. Mama gak boleh nangis, jaga Lora ya Ma!"sambungnya.

"Kamu gak boleh ngomong gitu, Mama yakin kamu kuat. Mama juga yakin kamu bisa ngelwatin ini sampai ada pendonor lagi."balas Lesi

Lofa tersenyum samar. Ia bangkit dari duduknya sebab saat ini sudah menunjukkan pukul 09:55, berarti 5 menit lagi Ia akan menjalani operasinya.

"Ayo Mah!"

>>><<<

Sedangkan Gavin, kini cowok itu tengah duduk diatas kursi panjang yang berada di rooftop. Sedari pagi Gavin hanya diam di rooftop dengan satu airpons yang menempel ditelinga kirinya.

Gavin menengok kesamping saat Ia merasakan kursinya diduduki oleh seseorang. Gavin menatap datar saat Ia tahu siapa orang yang duduk disampingnya. Seorang gadis berambut sebahu dengan sekotak bekal makanan. Halis Gavin menyerit ketika kotak makan itu berada dipangkuannya.

"Buat lo, gue tau lo belum makan."ucapnya

Gavin hanya melirik sekilas tanpa menghiraukannya. Ia bangkit dari duduknya namun, saat akan beranjak pergi lengannya terlebih dahulu dicekal oleh cewek itu.

"Asal lo tau, gue itu udah suka sama lo dari dulu. Gue kira perasaan gue bakal terbalas, tapi nyatanya lo lagi mencintai orang lain. bahkan, tanpa tau kepastian apa yang akan orang itu kasih."ujar nya.

Gavin tersenyum miring. "I do not care. Whatever i choose, it's my decision! "

Gavin melepaskan pegangan itu dengan sekali hentakan. Hari ini sungguh hari yang sangat menyebalkan, mood yang buruk, merasa gelisah tanpa alasan yang Gavin sendiri tak tahu.

Mode senggol bacok

Lelaki itu turun dari rooftop. Dan berjalan santai menuju pagar belakang untuk pergi ke markas. Dan dengan mulusnya saat ini Gavin telah sampai di markas kedua geng Bedrick. Disana cukup ramai, hampir tempat itu dipenuhi oleh lelaki-lelaki berpakaian urakan. Gavin menjatuhkan tubuhnya keatas kursi. Lelaki itu sesekali menghela nafas berat.

"Kenapa lo, kusut amat."ujar Irfan

Jefri terkekeh. "Biasa, doi nya gak sekolah."

"HAHAHA, pantesan!"ejek Restu

Gavin menatap Restu datar. Sedangkan orang yang ditatap hanya menampilkan cengiran khasnya. Lelaki jangkung berambut kecoklatan itu menghampiri Gavin dengan sepiring mie goreng yang berada ditangan kanannya.

"Ciee, udah berapa lama nih disuruh nunggu?"sahut Tora.

Sampai kapan kau gantung
Cerita cintaku, pemberi harap-

Nyanyian Restu terhentikan ketika Gavin memasukan satu bala-bala kedalam mulutnya.

"Kejam banget sih lo!"ucap Restu setelah bala-bala itu habis dimulutnya.

"HAHAHAHA, mampus!"timpal Irfan

"Hai!"ucap seseorang.

Gavin dkk yang mendengar itu secara kompak menatap orang itu dengan tatapan bertanya.

"Heh!, Clara ngapain lo kesini?"tanya Restu.

"Bukan urusan lo!"sinis Clara

"Wih, galak juga."timpal Jefri

Gavin bangkit dari duduknya, Ia sudah sangat bosan mendengar semua pertikaian. Apalagi saat ini perasaannya sedang memburuk.

"Gavin mau kemana?"tanya Clara sambil menahan lengan Gavin seperti yang dilakukan di rooftop tadi.

"Bukan.urusan.lo!"Gavin berkata dengan penuh penekanan. Gavin menarik tangannya, hingga tangan Clara terlepas dengan sekali hentakan. 

Gavin pergi dari sana, bukan kembali kesekolah tetapi Ia memilih untuk terus berjalan. Saat ini yang Ia butuhkan hanya sesuatu yang bisa menghilangkan rasa tak enak didalam hatinya sekarang. Gavin terus melangkah tanpa memperhatikan sekitar, hingga Ia tak sengaja menabrak seorang anak kecil.

"Awss!"ringis anak kecil itu sambil meniup-niup bagian sikutnya yang kini sudah memerah.

Gavin yang melihat itu segera memangkunya dan mendudukanya diatas kursi.

"Kakak kalo jalan jangan bengong!"ucap gadis kecil itu.

"Sakit gak?"tanya Gavin.

Gadis kecil itu menggeleng. "Udah engga kok, Kakak pasti Kakak-Kakak yang suka di warung itu ya?"

Gavin mengangguk. "Pantesan, sekarang Kakak bisa disini. Padahal kan sekarang belum waktunya jam pulang."ucapnya.

Gavin hanya mengacak rambut gadis kecil itu gemas. "Kamu gak takut kalo Kakak nyulik kamu?"tanya Gavin

"Engga. Kalo Kakak nyulik Cila, aku teriak aja. Tuh rumah aku!"balasnya sambil menunjuk sesuatu.

Gavin mengikuti arah telunjuk Gadis kecil itu, telunjuknya menunjuk kearah sebuah panti asuhan yang kini halamannya tengah dipenuhi anak-anak seusianya.

"Ramai kan?, itu temen-temen aku. Mereka keluarga aku, kalo Kakak nyulik aku, pasti mereka bakal ngebukin Kakak. Apalagi sekarang Cilla punya Kakak cantik yang jago berantem."ucapnya angkuh.

Gavin terkekeh. Apakah adiknya nanti akan seimut ini?, terus berbicara tanpa henti dengan senyuman manis yang tak hilang dari wajahnya. Gadis kecil bernama Cilla itu turun dari kursi dan berdiri dihadapan Gavin.

"Tangan Cilla udah gak sakit lagi, Kakak jangan bolos terus ya!. Dadah!"

Cilla berlari menghampiri taman-temannya. Gavin yang melihat itu tersenyum, saat ini suasana hatinya sedikit menenang. Ia bangkit dan memutuskan untuk kembali kemarkas.

>>><<<

Telat update yaa!. Maap deh maap, tugasnya numpuk banget demi..

Untuk kalian semuaa semoga kuat ya sama tugas-tugas yang diberikan oleh guru, yang sabar aja!.

Strong my readers!

Kalian tau ga gimana rasanya parti ini dikasih vote?

RASANYA SEPERTI ANDA MENJADI IRON MEN!

Selalu vote dan komen gayyss.

See you💙💙




















Leofa {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang