2/15

767 92 3
                                    

16072020

✨✨✨

Keuntungan menjadi seorang guru TK adalah bisa selesai kerja dengan cepat. Banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan. Seperti sekarang, jam makan siang sebentar lagi dan pekerjaan Jenia sudah selesai. Namun Jenia masih betah berkutik di meja kerjanya.

"Jen?"

"Hmm."

"Joyi ngajak makan siang bareng nih."

"Emang ga janjian makan bareng pacarnya tuh orang?"

"Kalo dia ngajakin kita ya ga janjian lah."

"Udah ayo buruan Jen, Joyi udah di depan nih."

"Lah udah nyampe aja tuh orang."

"Ayo cepetan dari pada ntar misuh-misuh terus tuh orang."

"Bentar gue rapiin barang gue dulu."

Jenia dan Serena keluar dari ruangan mereka. Mereka juga sempat berpamitan kepada guru yang lain. Sampai di parkiran, mereka berdua melihat Joyi yang sedang menyender ke mobil nya sambil memakai kacamata hitam.

"Etdah lama bener lu pada."

"Tuh si Jenjen yang lama."

"Lagian lo ngajak makan bareng dadakan aja kek tahu bulat."

"Udah ga usah banyak bacot udah laper nih gue. Buruan masuk."

"Perasaan dia deh tadi yang ngajak ngebacot," Keluh Serena lirih namun masih bisa terdengar oleh Jenia.

"Udah ayo masuk dari pada ngamuk lagi tuh macan satu," Bisik Jenia ke Serena.

Joyi pun melajukan mobilnya menuju tempat makan yang dituju. Jenia memilih duduk di belakang sedangkan Serena duduk di samping kursi kemudi.

"Kita mau makan di mana sih Joy?" Tanya Jenia karena Jenia pikir mereka akan makan di tempat biasa namun jalan yang dilewati sangat asing.

"Makan di caffe temen gue ya."

"Temen yang mana? Emang lu punya temen selain kita?" Tanya Serena.

"Ngehina gue banget lo Se. Ada lah, temen SMA gue dulu."

"Apartment baru lo gimana Jen?" Tanya Joyi.

"Lebih bagus dari yang dulu sih ini."

"Ya jelas lebih bagus lah. Eh bentar ngomongin apartment barunya si Jenia, lo mau tau hot news tentang Jenia ga Joy?" Ucap Serena dengan penuh semangatnya

"Apaan dah?" Ucap joyi yang masih fokus menyetir.

"Baru aja pindah masa udah berangkat bareng sama tetangga coba," Jenia yang mendengar ucapan Serena memilih melihat jalanan lewat jendela.

"What! Cewe apa cowo tuh?"

"Cowo. Aneh banget kan? Tumben banget tuh orang mau berangkat bareng sama cowo. Apalagi ini baru kenal."

"Wah moment langka sih ini. Gue jadi penasaran cowo nya kaya gimana sih, nyampe si Jenia mau berangkat bareng."

"Udah ah jangan ngomongin gue mulu."

Mereka bertiga telah sampai di caffe yang di tuju. Setelah memarkirkan mobilnya, mereka bertiga langsung masuk ke caffe tersebut. Mereka memilih duduk di pojokan dekat jendela. Karena sudah lapar, langsung saja mereka memesan makanan. Tidak lama kemudian, pelayan caffe datang membawa pesanan mereka dan menyajikannya.

"Eh Joy kerjaan lo gimana? Aman kan? Gada yang nyinyirin lo lagi di kantor?" Tanya Jenia disela makannya.

"Santuy Jen nanya nya satu-satu. Gue sekarang udah bodo amatlah sama mereka, toh gue juga ga salah. Mereka aja yang sirik sama gue."

"Tapi bener sih. Gue aja yang denger cerita lo ikutan gedeg sama rekan kerja lo itu," Ucap Serena.

"Lo ga pengen ganti tempat kerja gitu Joy?"

"Duh sayang Jen. Gue masuk itu perusahaan aja dengan penuh perjuangan mana tu perusahaan gede lagi."

"Perusahaan gede sih iya, tapi kelakuan pegawainya aja kek gitu," Ucap Serena mulai emosi.

"Udah kaga usah emosi kalian para sahabatkuh, gue juga biasa aja."

"Lu mau nikah kapan Se? Udah lama pacaran kan lo," Ucap Joyi.

"Gue mah mau nikah sekarang juga udah siap, itu si Doni nya aja belom lamar gue. Masa iya gue yang lamar dia?"

"Udah positif thinking aja mungkin Doni lagi nyiapin kejutan buat lo."

"Si Jenjen emang best lah pikirannya positif mulu."

"Lah Srijoyi?" Ucap pria di belakang Jenia.

"Anjir jangan panggil gue Srijoyi napa Chang, malu nih gue."

"Malu-malu, itu itu nama pemberian bonyok lo."

"Hey sobatqu sini gabung, kenalin nih temen-temen gue."

Jenia penasaran dengan temen Joyi, lalu membalikkan badannya untuk melihat temannya Joyi.

"Jenia/Danu," Ucap Jenia dan Danu secara bersamaan.

"Lah lo udah kenal sama Danu, Jen?" Tanya Joyi bingung.

"Dia ini tetangga baru gue."

"Oalah ternyata tetangga lo itu si Danu toh. Eh Nu, Chang duduk sini jangan kek mannequin berdiri mulu."

"Kenalin ini Serena trus ini Jenia," Ucap Joyi.

"Gue Chandra tapi biasa dipanggil Ichang, ini Danu," Serena dan Jenia hanya memberikan senyumannya.

"Oh jadi mereka temen SMA lo Joy? Terus yang punya caffe yang mana?" Tanya Serena.

"Iya mereka temen SMA gue. Yang punya caffe Danu. Sebenarnya ada 1 lagi sih temen gue, eh si sipit mana?"

"Harsi kan mesti kerja Joy" Ucap Ichang.

Mereka berlima akhirnya saling mengobrol dengan pembahasan yang random. Jenia yang tidak mudah akrab pun ikutan terbawa suasana. Kalau sudah masalah ngebacot Serena dan Joyi memang juaranya. Apalagi si Ichang teman Joyi, dia satu spesies dengan Joyi dan Serena. Jam makan siang sebentar lagi selesai, Joyi pamit terlebih dahulu karena jarak caffe yang lumayan jauh dengan kantornya. Ichang sudah pergi duluan karena pacarnya minta di jemput.

"Nu lo masih ada kerjaan ga?" Tanya Joyi.

"Gada sih renggang hari ini, kenapa?"

"Anterin Jenia ya, gue buru-buru harus balik kantor nih. Serena juga udah di jemput pacarnya."

"Eh ga usah, gue balik sendiri aja lagian deket kok."

"Ga papa kok Jen, gue juga pengen balik pengen ketemu Moon."

"Makasih ya Nu, kalo gitu duluan. Bye sahabat," Joyi langsung pergi dengan sedikit berlari.

"Ayo Jen balik."

"Gue balik sendiri aja ya Nu, ga enak gue sama lo."

"Udah ayo, kan tadi gue udah bilang kalo gue pengen ketemu Moon."

Danu langsung menarik tangan Jenia dan menuju ke parkiran.







To be continued

Terlanjur Mencinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang