9/15

502 73 35
                                    

06082020

✨✨✨


Pagi hari ini Jenia diantar ke stasiun oleh Handi. Awalnya Jihan ingin ikut, namun Jenia melarangnya.

"Kamu hati-hati ya, kalo udah nyampe jangan lupa kabarin Mas kalo ga ke Jihan."

"Iya Mas, Jenia masuk dulu ya."

"Iya."

Perjalanan yang di tempuh dari semarang ke jakarta yaitu selama 5 jam lebih. Sesampainya di stasiun, Jenia langsung memesan taksi online. Saat melewati unit Danu, terlihat unit Danu sangat sepi. Jenia langsung bersih-bersih unitnya, baru ia beristirahat. Besok dia akan datang ke sekolah untuk mengurus surat pindah. Jenia juga belum memberitahu kedua sahabatnya tentang rencana kepindahannya.

Danu sedang duduk di sofa sambil bermain game. Sita yang baru pulang, menghampiri Danu dan duduk di sampingnya.

"Nu, tadi Mama udah ketemu sama orang tuanya Yerina, pertunangan kamu akan dilaksanakan 2 minggu lagi."

"Apa Ma! 2 minggu lagi?" Kaget Danu.

"Kenapa? Harusnya kamu seneng dong sayang."

"Lagian kamu juga udah lama pacaran sama Yerina, kelamaan pacaran juga enggak baik."

"Besok kamu temenin Yerina buat nyari cincin."

"Danu ke kamar dulu Ma," Pamit Danu langsung pergi meninggalkan Mamanya.

"Kamu ini Mama belum selesai ngomongnya."

Di kamar, Danu dibuat bingung sendiri. Entah dia harus bahagia atau tidak soal pertunangannya. Benar, Danu sangat menantikan moment itu. Tapi tidak kenapa hatinya merasakan hal yang lain.

"Gue sebenarnya kenapa sih?"




✨✨✨





Jenia sudah bersiap untuk berangkat. Sebelum berangkat Jenia melihat pantulan dirinya di cermin yang berada di kamarnya.

"Jenia! Semangat untuk hari ini, kamu pasti bisa melakukannya!" Semangat jenia pada dirinya sendiri sambil tersenyum.

Setelah merasa lebih baik, Jenia langsung berangkat ke tempat kerja. Jenia kini sudah sampai di tempat kerjanya. Jenia melihat dengan jelas Serena yang sedang menatapnya lalu memeluknya.

"Akhirnya lo balik lagi! Kangen banget gue," Serena memeluk Jenia semakin erat.

"Se, lepasin dong malu tuh di liatin guru yang lain," Serena langsung melepas pelukannya dan tersenyum canggung ke arah guru yang lain.

Serena dan Jenia keluar bersama dari ruang guru. Namun Serena merasa aneh ketika Jenia melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah.

"Lo mau kemana?"

"Mau ketemu Bu Yuna."

"Itu maksudnya apa?" Tanya Serena saat baru menyadari map yang berisi sudah pengunduran diri yang dipegang oleh Jenia.

"Nanti aja gue jelasinnya sekalian ke Joyi. Gue ke sana dulu, udah mending lo sekarang masuk ke kelas."

Jenia berjalan meninggalkan Serena yang sedang diam mematung. Jenia membuka pintu ruangan atasannya dengan hati-hati.

"Selamat pagi Bu," Sapa Jenia.

"Selamat pagi juga Miss Jenia silahkan duduk," Jenia langsung duduk di kursi yang terletak dihadapan atasannya itu.

"Jadi kamu beneran mau pindah kerja Jen?" Tanya atasannya dengan wajah yang memancarkan kesedihan.

"Iya Bu dan ini surat pengunduran diri saya."

"Sayang sekali, padahal murid-murid di sini sangat suka dengan kamu. Tapi karena alasan kamu itu saya mau tak mau harus menyetujui nya."

"Kalau kamu kembali ke Jakarta lagi jangan sungkan untuk bekerja di sini lagi ya."

"Terima kasih Bu dan saya minta maaf jika mengecewakan Bu Yuna."

"Tidak apa-apa Jenia, saya bisa memakluminya."

Selesai bekerja Serena langsung menghubungi Joyi untuk bertemu. Serena menarik paksa Jenia untuk ikut. Mereka sedang berada di salah satu restoran di mall. Kebetulan Joyi sedang mengambil jatah cutinya. Sebelumnya mereka bertiga juga sempat ke toko aksesoris untuk mencari gelang. Serena yang meminta, Serena ingin membeli gelang yang sama dengan kedua sahabatnya.

"Ini makanannya udah abis, lo mau cerita kapan ke kita?" Tanya Joyi.

"Lo beneran kamu pindah? Kenapa Jen?" Tanya Joyi.

"Kalo ada masalah cerita dong ke kita, lo anggep kita ini apa?" Ucap Serena.
Jenia menghela nafasnya sebelum ia mulai berbicara.

"Iya gue mau pindah."

"Gue pindah karena gue pengen nemenin Mba Jihan. Dia kan bentar lagi melahirkan, Mamanya Mba Jihan juga baru aja meninggal. Kasian pasti ntar dia repot, makanya gue mau pindah ke Semarang buat nemenin Mba Jihan."

"Selain ini lo pindah bukan karena Danu kan?" Tanya Joyi membuat Jenia heran.

"Loh kok?"

"Hehe maaf Jen gue yang bilang ke Joyi, kasian kalo cuma dia yang ga tau," Ucap Serena.

"Mungkin itu juga jadi salah satu alasannya"

"Kenapa dari awal lo kaga cerita ke gue sih Jen! Siapa tau gue bisa bantu."

"Udah lah Joy lagian dia udah punya calon pendamping."

"Udah jangan bahas dia mulu ga ngenakin nih," Ucap Serena.









"Joyiiii," Yang merasa dipanggil pun menengok ke sumber suara begitu pula dengan Jenia dan Serena. Jenia terdiam melihat Danu bersama dengan kekasihnya.

"Eh hai Yer, lo abis dari mana?" Tanya Joyi canggung.

"Gue abis nyari cincin nih, ini mau makan."

Deg!

Jenia terkejut dengan ucapan Yerina barusan. Serena yang melihat perubahan ekspresi wajah Jenia, buru-buru memegang tangan Jenia dan membuat Jenia menatap Serena seolah berkata kalo dia tidak apa-apa.

"Cincin buat apa?" Tanya Joyi.

"Tunangan, 2 minggu lagi gue sama Danu mau tunangan. Eh btw itu siapa?"

"Oh ini Jenia temen gue sama Serena,"
DAnu ikut diam. DAnu bingung harus bagaimana. Di lain sisi dia senang karena bisa melihat Jenia lagi setelah seminggu lebih tidak melihat Jenia.

"L dateng ya, ajak juga temen lo. Untuk undangannya ntar nyusul," Ucap Yerina dan dibalas anggukan kepala oleh Joyi.

"Gue ke sana dulu ya," Pamit Yerina, lalu mengandeng tangan Danu.

"Huwa baru aja kita omongin orangnya langsung muncul," Ucap Joyi.

"Lo ga papa kan Jen?" Tanya Serena.

"Gue gapapa kok, udah ayo balik udah sore juga ini. Gue harus beres-beres barang," Ucap Jenia dengan senyum yang ia paksakan.








To be continued

Terlanjur Mencinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang