10/15

562 82 24
                                    

10082020

✨✨✨

Malam ini Serena dan Joyi menginap di unit Jenia. Selain karena ingin bersama Jenia sebelum besok Jenia pergi juga ingin membantu Jenia membereskan barangnya. Setelah selesai, kini mereka sedang tiduran di kasur Jenia sambil melihat langit-langit. Jenia masih terdiam, Joyi maupun Serena juga masih enggan untuk memulai pembicaraan.

"Nanti kalo misal Danu tanya di mana gue kalian jangan kasih tau ya," Ucap Jenia.

"Kenapa emangnya?" Tanya Serena.

"Gue pengen mencoba lupain dia."

Setelah berucap seperti itu Serena dan Joyi langsung memeluk Jenia. Mereka berdua tau kalau Jenia sudah sayang dengan seseorang akan susah untuk melupakan.

Keesokannya harinya, Joyi dan Serena sekarang berada di stasiun untuk mengantarkan Jenia. Serena tidak berhenti menangis sedangkan Joyi memilih memegang tangan Jenia. Suara informasi keberangkatan kereta menuju Semarang pun terdengar, ketiga orang yang bersahabat itu langsung berpelukan.

"Nyampe sana jangan lupa kabarin kita ya Jen," Ucap Serena disela tangisnya.

"Gamau tau pokoknya lo harus sering kabarin kita berdua," Sambung Serena.

"Bahagia terus di sana ya jangan kebanyakan sedih. Cari Mas-Mas Jawa," Ucap Joyi.

"Kalian ga usah sedih, ntar kalo liburan kalian main ke Semarang ya."

"Gue masuk sekarang ya," Pamit Jenia.

"Hati-hati ya, inget semua pesan kita," Ucap Joyi.

Jenia menganggukan kepalanya lalu memeluk satu-satu sahabatnya. Jenia berjalan menjauh dari kedua orang yang sedang terdiam sambil menangis.

"Udah Se, ga usah nangis lagi. Kasian Jenia nya nanti kepikirin mulu."

"Joy gue pengen banget nampar temen lo itu. Sekalipun ada masalah sama Mba Jihan, Jenia ga bakal pindah kek gini."

"Udah ah ayo, malu tuh di liatin."









Sesampainya di rumah Jihan, Jenia langsung beristirahat karena besok adalah hari pertama nya mengajar di sekolah baru. Handi yang membantu Jenia mencarikan sekolah. Jenia tidur sangat pulas, mungkin karena dia terlalu lelah.

Pagi harinya Jenia terbangun dan sudah bersiap untuk bekerja. Jenia tidak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja. Jenia keluar kamar dan melihat Handi dan Jihan yang sudah duduk di meja makan.

"Maaf ya Mba, Jenia ga bantu bikin sarapan," Ucap Jenia lalu duduk.

"Gapapa Jen, Mba masih bisa kok. Lagian kamu pasti cape baru nyampe kemaren sekarang udah berangkat kerja."

"Ntar kamu berangkat ikut Mas ya, Mas anterin kamu karena hari ini hari pertama kamu ngajar di sana," Ucap Handi sambil menatap Jenia.

"Iya Mas."

Setelah berpamitan dengan Jihan, jenia berangkat bersama Handi. Ternyata jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Jenia turun dari mobil Handi dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Jenia bingung sendiri dengan letak ruangan kepala sekolah.

"Mba cari siapa ya?" Jenia membalikan badannya dan melihat sosok pria yang berada di depannya. Jika di liat-liat sepertinya dia juga guru di sini.

"Saya cari ruangan kepala sekolah," Jawab Jenia ramah.

"Guru baru ya? Kenalin saya Daffa guru yang ngajar di sini juga."

"Ah saya Jenia. Iya saya guru baru."

Terlanjur Mencinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang