Aluna memilin dua tangannya dengan raut gelisah waktu ngeliat ekspresi Biru mendadak berubah. Rahang cowok itu mengeras. Mata tajamnya menatap lamat-lamat layar HP yang terpampang di depannya.
"Kamu kenal Jevan darimana?" tanya Biru pelan. Ditatapnya Aluna lekat.
"Aku gak kenal–"
"Jangan bohong sama aku!" Potong Biru semena-mena masih dengan ekspresi tajamnya. "Dia chat kamu kayak gini, kamu bilang nggak kenal?!"
Aluna berjengit kaget.
"Jadi kamu pergi tanpa izin aku kemaren gara-gara mau nonton dia tanding basket?" tanya Biru lagi, "hebat ya kamu bohongin aku."
"Aku beneran nggak kenal dia," cicit Aluna pelan.
"Dia nge-chat kamu kayak gini–"
"Ya mana aku tau, orang dia yang nge-chat duluan!" Potong Aluna. "Aku kan udah bilang kemaren aku diajak Celine."
"Jangan coba main-main di belakang aku Aluna."
"Main-main apa sih! Aku emang nggak kenal dia. Tau nama dia aja baru kemaren gara-gara Celine yang kasih tau. Terus dia tiba-tiba nge-chat kayak gitu aku mana tau kenapa. Lagian juga gak aku bales kok!" Jelas Aluna dengan emosi yang meluap-luap.
Kesel dituduh nggak jelas kayak gitu. Kesannya kayak dia baru ketauan selingkuh aja.
"Siniin HP aku!" Aluna langsung ngerebut HP-nya dari tangan Biru.
Aluna duduk di kursi dengan emosi yang masih tinggi. Dia paling nggak suka dituduh-tuduh dengan sesuatu yang emang nggak dia lakuin. Sementara Biru masih berdiri. Sekuat tenaga nyoba buat ngeredam emosinya sebelum mendudukkan diri di samping Aluna.
"Jelasin ke aku semuanya."
"Jelasin apa?! Aku emang nggak kenal sama dia!" Kata Aluna masih emosi. "Aku cuma tau dia temennya Mirza udah!"
Emang iya, Aluna cuma tau Jevan itu temennya si Mirza, gebetannya Celine. Sampe sekarang juga dia bingung kenapa si Jevan siang tadi tiba-tiba nge-chat dia. Aluna juga penasaran Jevan dapet nomor WhatsApp dia darimana.
Argh. Celine nih pasti. Aluna baru kepikiran.
"Denger aku!" Kata biru dengan suara tegasnya, digenggamnya tangan Aluna. "Jangan coba-coba deket sama Jevan. Jangan bales chat apapun dari dia. Ngerti?"
Belum sempet Aluna ngejawab Biru udah ngomong lagi.
"Aku nggak mau dibantah! Dan mulai sekarang kemana pun kamu pergi, kamu harus izin sama aku."
"Nggak bisa gitulah," protes Aluna, "apaan banget apa-apa harus izin kamu dulu. Nggak!"
"Kamu denger kan tadi aku bilang, aku nggak mau dibantah?"
"Kamu tuh posesif tau nggak. Control freak! Aku nggak suka!"
"Aku cuma ngejaga apa yang udah jadi milik aku."
"Nggak kayak gitu caranya!"
"Terserah. Aku cuma ngelakuin apa yang menurut aku bener."
"Egois!"
"Aku sayang sama kamu," kata Biru pelan sebelum nyium kening Aluna, "dan ini cara aku buat nunjukin rasa sayang aku ke kamu."
***
Di chapter berikutnya sifat posesif Biru bakalan mulai keliatan lebih lebih lebih parah lagi, jadi stop baca kalo kalian ga suka
🙃🙃🙃Vote dan commentnya jangan lupa heuheu😊
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))