Biru langsung senyum waktu ngeliat Aluna keluar dari kosannya sambil lari-lari. Hoodie hitam miliknya yang melekat di tubuh gadis itu seakan menenggelamkan.
"Ngapain lari sih? Kan tadi aku udah bilang santai aja," kata Biru waktu Aluna udah berdiri di sampingnya dengan napas yang sedikit memburu dan sekarang lagi nyoba ngaitin tali helm-nya.
"Bisa nggak?"
"Bisa."
Biru terkekeh pelan waktu Aluna berdecak kesal karena kesusahan ngaitin tali helm-nya.
"Bisa nggak?"
"Bisa! Sabar dong!"
Biru menghela napas pelan sebelum mengulurkan tangannya ke dagu Aluna, membantu mengaitkan tali helm gadis itu.
Klik, tidak sampai dua detik sudah terpasang sempurna.
"Gitu caranya Aluna 'gengsi' Saskia." Biru nepuk-nepuk helm gadis itu pelan. "Udah yuk, naik."
Biru ngulurin tangan kirinya ke Aluna, untuk pegangan saat gadis itu naik ke atas motor besarnya.
"Udah?" Biru sedikit menolehkan kepalanya ke belakang, memastikan Aluna sudah duduk dengan nyaman di belakangnya.
"Udah."
"Pegangan."
"Udah."
"Pegangan ke pinggang aku Aluna. Bukan ke jaket aku."
"Nggak mau."
Tipikal Aluna. Semakin keras disuruh, semakin keras pula untuk membantah. Membuat Biru harus turun tangan langsung menarik tangan gadis itu agar mau memeluk pinggangnya.
"Biru!" Aluna ingin menarik tangannya dari pinggang Biru namun ditahan.
"Aku nggak akan jalan kalo kamu nggak mau peluk pinggang aku."
Aluna mendengus sebelum memberi satu cubitan keras di pinggang Biru, membuat cowok itu mengaduh kesakitan.
"Kok nyubit sih?"
"KAMU NYEBELIN!" teriak Aluna tepat di telinga Biru.
Motor Biru sudah melaju membelah jalan pagi yang masih sedikit sepi. Cowok itu sengaja melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia ingin menikmati sejuknya udara pagi yang belum tercampur polusi.
Kepala Biru sedikit menunduk, sudut bibirnya tertarik ke atas saat melihat tangan Aluna yang bertaut di atas perutnya.
Biru membuka kaca helm-nya sebelum menoleh ke belakang saat motornya sedang berhenti di lampu merah.
"Kalo aku ngebut dikit, takut nggak?" tanya Biru.
"Apa?" Aluna mendekatkan kepalanya ke samping kepala Biru sambil membuka kaca helm-nya.
"Kalo aku ngebut dikit, takut nggak?" Ulang Biru.
"Nggak."
"Bener?"
"Iya."
Lampu merah 10 detik lagi berganti menjadi hijau.
"Ya udah aku nggak ngebut," ucap Biru sebelum menutup kaca helm-nya dan memfokuskan kembali pandangannya ke depan.
"Apaan sih, nggak jelas," gerutu Aluna.
Biru membelokkan motornya ke pom bensin, tempat yang menjadi titik kumpul sebelum melakukan sunmori bersama teman-temannya.
"Si ngaret!"
"Woi Biru!"
"Gila ya, Ru. Nungguin lo doang anjir!"
![](https://img.wattpad.com/cover/233272367-288-k199957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))