"Kamu di mana?"
"Aku tanya kamu di mana Aluna? Jawab yang bener!"
"Tunggu aku di situ jangan ke mana-mana!"
Biru menghela napas kasar hanya untuk sedikit meredakan emosinya yang sudah tersulut.
Gadis itu memang benar-benar senang menguji kesabarannya.
"Saya pamit ya Pak," ucap Biru kepada satpam kos yang tadi memberitahunya kalo Aluna belum lama pergi bersama teman-temannya.
"Lho Mas Biru nggak mau nungguin Mbak Aluna dulu? Tadi Mbak Aluna bilang perginya cuma sebentar."
"Mau langsung saya jemput Pak." Biru berjalan ke mobil diikuti Bapak Satpam yang baru dia tahu bernama Asep.
Sebelum masuk ke dalam mobil Biru kembali berucap, "Pak saya boleh minta tolong?"
Kening Pak Asep sedikit mengerut. "Minta tolong apa, Mas? Kalo saya bisa pasti saya tolongin."
"Saya minta tolong kalo Aluna pergi lagi malem-malem kayak gini Bapak langsung hubungin saya. Bisa, Pak?"
"Maksud Mas nya saya harus langsung hubungin Mas ngasih tau kalo Mbak Aluna pergi?"
Biru mengangguk. "Orangtua Aluna udah nitipin Aluna ke saya Pak, jadi saya ngerasa Aluna tanggungjawab saya di sini bukan cuma sekedar pacar aja."
Pak Asep manggut-manggut mendengar penuturan Biru. "Gitu toh Mas, oke siap Mas bisa diatur."
Setelah itu mereka saling bertukar nomor telepon dan sebelum masuk ke dalam mobil Biru menyelipkan selembar uang seratus ribu ke tangan Pak Asep.
"Lho ini apa toh Mas? Nggak perlu gini, saya ikhlas kok bantunya," tolak pak Asep.
"Nggak apa-apa Pak, buat beli rokok."
"Makasih ya, Mas."
"Iya Pak, saya permisi ya Pak."
Biru mulai melajukan mobilnya untuk menjemput pacar keras kepalanya.
***
"Stop mondar-mandir sih, Lun," protes Kania.
"Gimana dong? Biru otw ke sini." Aluna panik bukan main.
"Ya lo balik lah, Biru kan emang paling nggak suka liat lo keluar malem." Kali ini Celine yang ngomong.
"Gue tuh ngerasa dikerangkeng tau nggak?! Apa-apa nggak boleh, ke sini nggak boleh, ke situ nggak boleh."
"Derita lo punya pacar posesif," celetuk Kania.
Aluna cemberut. "Padahal setengah jam lagi buka." Gadis itu menatap nanar gerai make up favorit-nya yang hari ini bakal ngadain sale besar-besaran.
Iya, jadi Aluna bersama dua sahabatnya, Kania dan Celine, di malam Sabtu ini lagi ada di salah satu mall. Gerai make up favorit mereka bakal ngadain sale besar-besaran.
Cewek mana sih yang nggak langsung gelap mata denger kata sale alias diskon. Mana diskonnya nggak tanggung-tanggung lagi.
50% gengs. Kapan lagi coba HUDA beauty matte liquid lipstick bisa mereka beli dengan setengah harga.
Malem ini doang.
Yang lagi nunggu sama kayak mereka pun udah banyak banget. Sayang kan kalo dia harus ngerelain kesempatan langka ini cuma gara-gara pacar posesifnya itu.
"Kalian nggak ada ide apa biar gue bisa lolos kali ini?" tanya Aluna.
"Ide apa? Nggak lagi-lagi deh gue bantuin lo ngelawan Biru, bikin susah hidup malah," jawab Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))