"Abaaang!"
Biru senyum waktu ngeliat Jingga udah nunggu dia di depan pintu rumah. Biru langsung jalan cepat ke arah adik kecilnya dengan tangan yang terbuka lebar.
Hap! Jingga udah ada digendongannya.
"Abang kok sore banget pulangnya?" tanya Jingga dengan bibir yang mengerucut maju, Biru gemes, dan akhirnya nyiumin pipi Jingga.
"Abaaang! Jangan cium-cium kayak gitu nanti bedak Jingga luntur!" Jingga protes.
"Okay, okay! I'm sorry," kata Biru sambil jalan masuk ke dalam rumah, "Bunda mana?"
"Di dapur."
Biru jalan ke dapur dan mendapati Bundanya lagi berdiri di depan kompor.
"Bundaaaa!" Teriak Jingga.
Biru langsung jalan ngedeket untuk nyium tangan Bundanya.
"Adek kok digendong gitu? Kan Abang baru pulang sayang, cape. Turun dulu."
Jingga malah makin mengeratkan pelukannya di leher Biru.
"Emang Abang nggak bau? Itu Abang baru pulang kuliah lho, belum mandi."
Jingga menggeleng, "nggak Bunda. Abang wangi."
Biru terkekeh pelan, "tuh, Bun, Abang wangi kata Adek."
"Emangnya kalo wangi tetep nggak mau mandi? Ini udah mau maghrib, Bang. Cepet masuk kamar. Mandi."
Biru mengangguk patuh dan sekarang dia lagi berusaha bujuk Jingga biar mau turun dari gendongannya.
"Abang mau mandi Dek. Turun dulu."
"Nggak mau."
"Mau ikut Abang mandi? Iya?"
"Jingga udah mandi Abang!"
"Abang belum. Turun, ya? Cape juga ini Abang lama-lama gendong kamu."
Jingga mencebik sebelum akhirnya mau turun dari gendongan Abangnya.
Biru berlutut di depan Jingga. "Kok cemberut?"
Jingga menggeleng dengan kepala tertunduk. Biru langsung memeluk Jingga sayang. Bunda yang ngeliat itu senyum tipis.
Biru keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua setelah mandi dan sholat maghrib. Biru langsung jalan ke ruang makan.
"Papa belum pulang Bun?"
"Papa diajak makan malem sama client-nya," jawab Bunda sambil ngambilin Biru nasi.
"Malem ini jadwal Jingga check up kan Bun?"
Bunda mengangguk.
"Abang yang anterin."
Selesai makan Biru langsung masuk kamar. Nelpon Gilang.
"Lo dimana, Lang?"
"Di kosanlah."
"Gue minta tolong bisa nggak?"
"Minta tolong apaan Bos?"
"Jemput Aluna, anterin ke cafe. Dia mau nugas sama temennya."
"Lah lo?"
"Gue mau nganterin nyokap sama adek gue ke rumah sakit. Bokap gue masih ada urusan kantor. Nggak mungkin kan gue biarin nyokap gue nyetir sendiri malem-malem."
"Supir lo kemana?"
"Cuti, istrinya melahirkan. Bisa nggak Lang?"
"Ya bisa-bisa aja sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))