•••
"Aku berangkat!" Seru ku setelah melewati ruang makan. Disana mama dan papa menyerukan protes atas seruan ku.
Aku malas makan pagi. Ini masih pagi dan perutku belum siap melahap nasi atau apapun itu. Mama dan papa tau hal ini tapi tetap saja mereka sering memberiku nasehat panjang tentang pentingnya sarapan.
Setelah keluar dari pagar rumah, aku berjalan keluar dari gang rumahku menuju jalan raya besar disana. Jarak antar sekolah dan rumahku tidak terlalu jauh. Tidak jauh sama sekali.
Setelah keluar dari gang, melewati trotoar sebanyak 100 langkah, aku akan disambut oleh pertigaan dan rambu lalu lintas yang punya 3 warna. Hanya menunggu sebentar, rambu pejalan kaki berubah berwarna hijau. Ada 15 garis putih untuk ku menyebrang setiap hari nya. Setelah di seberang aku hanya perlu melangkah 328 langkah menuju gerbang sekolah ku. Tidak jauh bukan?
Langkahku terhenti tepat dipinggir jalan, menunggu rambu pejalan kaki berubah warna menjadi hijau. Aku menunggu dengan tidak sabar, aku selalu tidak sabar untuk pergi ke sekolah. Aku tidak sabar untuk bermain bersama teman-temanku, belajar hal baru disekolah dan tentu saja aku juga tidak sabar untuk kegiatan club.
Apa aku terlihat begitu semangat? Aku sangat semangat setiap hari.
Beberapa orang juga menunggu rambu pejaln kaki itu berubah hijau. Beberapa orang juga mengenakan seragam sekolah yang sama seperti diriku. Aku tersenyum senang, hari ini sangat cerah.
"Nak Lani, kelihatan senang ya?" Aku menoleh saat nama ku dipanggil oleh seorang nenek. Nenek ini, tetanggaku. Rumah nya terpaut 6 rumah tetangga ku yang lain. Nenek ini punya nama yang cantik menurutku, Nek Ily.
"Aku selalu senang, Nek. Nenek mau beli sayur ditoko Pak Anko ya?" Nek Ily tertawa kecil lalu mengangguk, tepat setelah itu rambu berubah menjadi warna hijau. Aku dan Nek Ily berjalan beriringan.
"Iya, Nenek mau masak banyak nanti." Aku memperlambat jalan ku, menyesuaikan langkah si Nenek tepat disebelah nya.
"Ada acara ya, Nek?" Tanya ku berbasa-basi.
"Tidak. Hanya saja, cucuku akan mampir ke rumah." Aku tersenyum sumringah, beberapa langkah lagi kami berpisah tepat setelah menyebrang.
"Ah, Dek Tio?" Seru ku. Nek Ily mengangguk. Nenek Ily punya seorang anak dan 2 cucu. Anak Nek Ily sedang bekerja di kota sebelah dan beberapa bulan sekali pulang. Aku cukup dekat dengan cucu Nek Ily yang bernama Tio. Adikku Kenna berteman baik dengan Tio.
"Nenek senang bertemu dengan mu, Lani. Semoga sekolahmu menyenangkan." Aku mengangguk semangat.
"Terimakasih, Nek. Aku titip salam juga ke dek Tio, Nek." Nenek tersebut mengacungkan ibu jari nya ke arahku. Aku melambai dan dengan riang pergi ke sekolah.
Setiap hari, selalu ada kejadian menarik di zebracross tadi. Rasanya menyenangkan sekali setiap pagi bertemu dengan orang-orang baru dan cerita baru. Tanpa sadar, aku merasa candu dengan kegiatan kecil di zebracross.
•••
Visualisasi Alani Zeamasya.
Gambarnya agak gak rapi ya? Alani juga keliatan kek pendiem, padahal dia karakter yang ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zebracross
Novela Juvenil06.45 AM. di jalan dan waktu yang sama. di 30 detik yang sama. setiap hari. ••••••••••••• Jika kamu membaca ini, kamu harus melihat sampai ending. Karena pengenalan tokohnya ada di ending. Hehehe, semoga kalian suka❤️