•••
Aku segera berjalan pergi dari rumah, hari ini aku berangkat agak pagi karena aku berniat untuk membeli beberapa permen. Aku takut saat aku pulang sekolah permen itu sudah habis. Iya, permen itu enak sekali dan lebih keren nya lagi itu buatan sendiri. Buatan kakak Cika, dia baru buka kios nya kemaren hari minggu. Ku tahu karena Kenna membelinya kemaren.
Anak iblis satu itu sengaja memamerkan permen nya padaku, aku sempat kesal dan merebut beberapa permen nya karena dia menyebalkan sekali. Aku sedikit merasakan euphoria saat Kenna menangis. Aku nyengir lebar, ingatan itu bagus untuk mood pagiku ternyata.
Hari ini, matahari bersinar tapi langit mendung. Aneh ya? Aku juga merasa ini hal unik. Awan bergerumbul seakan ingin menutup eksistensi matahari yang hendak pamer pada bumi, sayang nya matahari tidak menerima kerjasama para awan itu dan memilih bersekongkol dengan angin agar dia bisa unjuk gigi ke bumi. Aku mulai melantur.
"Kak Cika? Beli permen rasa melon sama mangga dong." Seru ku setelah membuka pintu ke kios ini. Orang yang bersangkutan berjengit lalu mengelus dada nya, dia beberapa kali menghembuskan nafas nya kasar lalu melotot ke arahku, perkenalkan dia kak Cika.
Kak Cika adalah tetangga ku yang lain, dia membuka toko kios gitu di tepi jalan beberapa waktu lalu dan baru kali ini tokonya dibuka untuk pertama kali dengan tema 'candy land'. Seperti nama tokonya, isi dari kios ini adalah permen dan sejujurnya tidak ada permen yang seenak buatan kak Cika. Kak Cika sering membagi permen saat hari besar seperti natal, tahun baru, valentine, dan lainya. Makanya, saat aku melihat Kenna yang memakan permen yang aku tahu pasti buatan kak Cika aku langsung merebutnya.
Kak Cika berpenampilan sangat manis, seperti permen nya. Dia mengikat rambutnya menjadi dua dan disampirkan disamping bahu, kak Cika juga menggunakan topi yang berwarna biru dengan beberapa hiasan permen yang senada warna nya, dress yang digunakan kak Cika pun terlihat manis. Wah, sepertinya saat dimasa depan nanti saat aku hendak membuat toko atau kios mungkin aku harus memikirkan tema nya seperti candy land ini.
"Lani kamu datang dengan sangat heboh!" Seru nya kesal lalu berjalan kearah rak yng berisi berbagai macam rasa permen. Dia membungkus banyak permen kedalam bungkusan unik yang aku sendiri tidak tahu nama bungkusan itu apa karena bentuk nya seperti permen.
"Padahal aku tidak teriak lo kak." Aku nyengir, kak Cika hanya menggeleng menanggapi jawaban ku.
"Kakak nambahin beberapa rasa, ini khusus buat Lani sekalian Lani promosiin ketemen-temen Lani disekolah ya?" Mataku berbinar saar bungkusan unik ini datang kearahku. Ada banyak permen varian rasa disana. Ah apa ini? Apa ini yang nama nya di endorse?
"Lani bakal teriak keseluruh siswa di sekolah soal kios kak Cika. Makasih kak Cika." Seru ku, aku meronggoh saku ku untuk membayar pesanan ku tadi tapi kak Cika malah mendorongku keluar dari kios nya. Aku melongo.
"Loh, kak?" Kak Cika senyum lebar.
"Untuk kali ini aja, gratis buat Alani. Berangkat sekolah sana, belajar yang pinter. Lain kali Lani harus bayar." Kak Cika tertawa, aku ingin berseru tapi aku menahan nya alhasil aku hanya menatap kak Cika dengan tatapan anak kucing yang terharu setelah diberi makan. Aku tidak tahu aku terlihat seperti apa, kak Cika tertawa melihat ku lalu menggerakan tangan seolah mengusirku.
"Makasih loh kak Cika." Aku mengembubgkan pipiku seolah menahan tangis, terharu. Kak Cika tertawa.
"Santai. Perdana karena baru buka." Katanya. Aku menunduk sekali lagi lalu beranjak pergi.
"Lain kali aku akan mengajak beberapa teman ku kemari dan memborong permen kakak. Alani berangkat sekolah dulu kak." Salam ku dijawab oleh acungan ibu jari dan lambaian dari kak Cika. Setelah itu, dia masuk lagi ke kiosnya. Aku berseru 'yippi' sambil meloncat karena mendapat rezeki.
Kaki ku sudah berada di tepi trotoar. Aku membuka bungkus salah satu permen dan melahap nya dengan hati berbunga-bunga. Sampai sesuatu terjatuh di pipiku. Basah. Aku mengerjapkan mataku. Lampu lalu lintas pejalan kaki nya masih berwarna merah tapi ada gerimis yang mengerikan. Maksudku, matahari madih bersinar tapi ada titik-titik hujan yang menimpaku. Ini gila.
Aku juga lupa membawa payung.
Aku merutuki diriku sendiri yang meremehkan awan diatas sana. Mereka memang tidak menghalangi matahari untuk bersinar tapi mereka cukup gigih untuk menjatuhkan air kebumi. Sialan.
"Sepertinya kali ini aku bisa menebak cuaca." Mataku melebar, aku mendongak dan melihat seseorang yang tidak asing lagi di mataku. Orang yang ku bantu beberapa waktu silam kini memayungiku. Yah, seorang lelaki yang ku tumpangi payung waktu itu kini menawarkan ku untuk mrnumpang payungnya. Uh, dia belum menawarkan sih tapi melihat dia yang datang sambil memayungiku, kurasa ini bisa disebut tawaran bukan?
"Ah!" Aku tahu kok aku telat banget kagetnya. Dia tertawa kecil dan aku sekali lagi memalingkan wajahku. Setelah kuperhatikan dia ini tampan sekali. Matanya yang bulat dan lembut apalagi saat dia tersenyum matanya ikut tersenyum, kulitnya juga bersih tanpa jerawat apalahi dia punya kulit yang cerah, rambut hitam legam dengan poni kearah kanan turun, bibirnya yang merah alami dan uh orang ini tipe ku sekali.
"Kali ini biar aku menawarkan tumpangan." Katanya. Suara nya pun juga tampan. Ah, ini menyebalkan. Bisa-bisa aku jatuh cinta pada lelaki ini.
"Terimakasih, aku tertolong." Kataku tanpa menatap kearahnya, sekali lagi karena dia ini tinggi. Lampu lalu lintas berubah warna, kami pun berjalan.
"Ah, kamu mau permen?" Aku segera merongoh bungkus permen ini, mengambil beberapa permen.
"Permen?" Aku mengangguk, aku rasa dia bisa melihatku. Yah karena dia tinggi, dia tinggal menunduk kan? Beda dengan ku yang harus mendongak membuat leherku sakit.
Aku mengulurkan beberpa permen kearah nya dan dia menyambutnya.
"Itu buatan sendiri, rasanya enak banget loh. Kamu harus mencoba dan lain kali pergilah ke kios kak Cika. Enak banget permen nya. Serius!" Aku tanpa sadar bersemangat menjelaskn nya. Aku tidak tahu ekspresi nya tapi sekilas aku mendengar suara kekehan pelan dari mulut nya.
"Aku tidak tahu kios nya." Jawab nya. Aku mendongak tiba-tiba lalu kembali berjalan menghadap ke depan. Aku hanya ingin tahu ekspresi nya, dia menatap kearahku dengan lembut dan sedikit penasaran. Aku nyengir.
"Lain kali aku akan mengajakmu kesana." Ujarku dengan penuh semangat. Gerimis tadi semakin menjadi, semakin lebat. Sejujurnya aku sebal saat ini karena aku takut sepatuku basah sebelum sampai disekolah. Aku menggunakn sepatu yang rentan kena air saat ini.
"Aku akan menagihnya." Mataku mengerjap, lngkahku menjadi ringan. Entah karena hujan yang membuat pagi ini jadi lebih nyaman atau karena suasan nya yang sangat mendukung, aku menjadi tidak masalah jika sepatuku basah saat ini. Aku merasa jantungku lebih aktif dan wajahku memanas.
Kenapa situasi nya jadi seperti ini? Sangat memalukan. Aku menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zebracross
Fiksi Remaja06.45 AM. di jalan dan waktu yang sama. di 30 detik yang sama. setiap hari. ••••••••••••• Jika kamu membaca ini, kamu harus melihat sampai ending. Karena pengenalan tokohnya ada di ending. Hehehe, semoga kalian suka❤️