-3-

1 0 0
                                    

•••

Aku mendengus kesal, hari ini mama maupun papa tidak bisa mengantar Kenna kesekolah. Mau tidak mau aku mengantar anak ini ke Sekolahnya. Lihat anak iblis itu, tersenyum dengan wajah nya yang menyebalkan.

"Kenapa?" Tanya nya dengan nada 'angkuh'. Oh Tuhan, kenapa anak ini tidak imut sama sekali. Padahal aku ingin punya adik imut seperti teman-temanku.

"Dasar jelek!" Kenna tersenyum miring,  tunggu siapa yang ngajarin bocah TK ini bersikap angkuh begini? Aku tidak habis pikir.

"Berarti kakak lebih jelek. Kan udah tua makin jelek apalagi kakak duluan yang lahir."

Untung tanganku tidak menggenggam apapun, untung saja. Tapi...

Aku menjewer telinga nya, setiap orang yang melihat kami pun heran. Iya, kami sudah berjalan di trotoar menuju sekolah iblis kecil ini dan sekolah ku.

"Sakit kakk!!!!" Seru nya. Aku melepas tanganku, mendengus kesal.

"Harus nya kamu mengatakan hal yang baik pada kakakmu ini." Kenna mendelik kesal, kenapa jadi dia yang berekspresi seperti itu? Itu ekspresi ku saat ini tau.

"Hanya dalam mimpi kakak."

Waktu itu Mama ngidam apa sih? Cabe? Pedes banget omongan bocah TK ini. Rasanya ingin aku gigit anak ini.

Aku dan Kenna sudah berada di pinggir jalan, menunggu rambu pejalan kaki berwarna hijau. Kenna menatap jalanan yang terbilang cukup ramai. Ada beberapa mobil berwarna merah cerah.

"Kak?" Panggilnya. Aku menunduk melihat bocah ini.

"Apa?" Kenna mengedipkan matanya 2 kali.

"Gak jadi." Apa sih anak ini?

"Kamu mau ngomong apa?" Desak ku. Dia menggeleng dengan cepat. Ada yang gak beres ini. Firasatku mengatakan anak ini memikirkan sesuatu yang tidak-tidak tentangku.

"Buat penasaran itu dosa, Ken." Kenna menyeringai.

Wahai adikku, kenapa kamu lebih mirip iblis dari pada kakakmu yang imut ini. Apa-apaan ekspresi mengesalkan itu. Bibit-bibit salty ya gini.

"Kakak jomblo kan?" Boleh ku buang di tempat sampah gak ini bocah?

Rambu pejalan kaki berubah menjadi hijau. Aku segera menarik nya untuk menyebrang. Persetan. Aku tidak jadi penasaran.

"Aku ralat. Aku tidak penasaran. Cih!" Adikki tertawa puas.

Oh ayolah, ini masih pagi. Ini mengapa aku sangat malas membawa nya bersamaku saat pagi. Merusak suasana cerah Alani yang cantik ini. Kami sudah sampai disebrang dan berbelok menuju sekolah Kenna.

Saat hampir di gerbang sekolah nya, Kenna melihat kearahku.

"Kak jangn pacaran dulu," Aku menaikan sebelah alisku.

Kalau dipikir-pikir kenapa bocah ini tau soal jomblo dan pacar? Bocah setan ini tau dari mana? Apa jangan-jangan dia sering nimbrung bareng Mama buat nonton FTV? Atau dia ngeliat VLOG nya sapa gitu? Wah bahaya ini. Aku nanti akan lapor mama.

"Kalau kakak pacaran, aku gak bisa ngejek kakak." Dia berlari setelah mengatakan itu.

Wajahku berkedut tidak nyaman. Rasanya darahku mendidih. Anak iblis mana yang mama pungut?

Pagi yang sangat buruk sebagai pembuka hari ku.

•••

Zebracross Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang