-10-

0 0 0
                                    

•••

Suara gaduh yang berasal dari ruang makan pada malam hari ini sungguh membuatku jengah. Apa yang dilakukan anak iblis itu hingga bendahara rumah ini berkoar-koar seperti saat ini. Anak iblis itu menatapku dengan tatapan mengejek. Jujur saja, Papa itu seorang lelaki sempurna. Maksudku, Papa-ku itu baik sekali, loyal sekali, dewasa, beliau juga sabar dan bijaksana. Mama walau suka marah-marah dan kadang menyebalkan karena selalu mendengarkan anak iblis itu... Mama adalah sosok wanita yang kuat, pintar dan keren.

Tentu saja gen bagus mereka berdua jatuh padaku, anak perempuan satu-satunya yang paling waras dari pada kak Teya dan Kenna. Lihat saja dua begundal menyebalkan seperti mereka yang selalu membuat rumah gaduh bukan main. Paling berisik dan punya sifat jahil dan menyebalkan yang tidak ada dalam gen Papa dan Mama.

Aku menghela nafas mendengar omelan yang masih sama, masalah permen kak Cika yang ku ambil paksa dari Kenna. Walau Mama sudah membelikan banyak permen itu tadi tapi Kenna dengan menyebalkan nya menolak, merajuk dan tidak mau makan sampai malam ini. Oh ayolah, bocah tengil satu ini.

"Yaudah, kalau Kenna gak mau makan jangan kasih makan." Aku menyaut ketus disela-sela omelan Mama. Mama mendelik kearahku, membulatkan matanya atau lebih gampang nya melotot horor padaku.

"Kenna masih dalam masa pertumbuhan, Lani. Kalau Kenna sakit, kamu mau merawatnya memang?" Mama menyilangkan kedua tangan nya, masih melotot padaku. Aku menatap kearah Papa meminta bantuan tapi Papa malah tertawa tidak bersuara sambil menoleh kearah lain setelah ketahuan olehku beliau menikmati pertunjukan ini. Loh, heee...

"Ya Lani harus gimana?" aku menghela nafas berat, akhirnya kata ini keluar dari mulutku. Tentu saja dari awal bocah iblis itu mengharapkan sesuatu dariku, semacam perasaan balas dendam karena permen nya aku rebut. Perasaan ku bertambah memburuk saat Kenna mengangkat tangan nya sembari menaikan salah satu sudut bibir nya.

-

Aku menghela nafas berat, sangat berat. Setelah bangun tidur yang kebetulan pula mimpiku ini mimpi buruk, sama seperti hari ini. Tidak sampai disitu, cuaca berubah dari cerah menjadi mendung saat aku melihat seseorang menunggu ku didepan pintu rumah dengan wajah binar yang menyebalkan.

Anak iblis itu menoleh kearahku, menunjukan deretan gigi nya yang sebagian besar itu masih gigi susu. Aku memutar kedua bola mataku, melangkah malas kearahnya. Mama melihatku sambil melotot karena aku masih enggan untuk pergi berangkat ke sekolah bersama... Kenna.

"Lani, nanti telat! Jangan lupa buat anterin Kenna ke toko kak Cika sama ke sekolahnya. Makanya cepet--"

"Iya iya, Maa. Iya. Ini mau berangkat." Aku memotong ucapan Mama, bukan nya berniat tidak sopan tapi aku malas saja mendengar omelan dipagi hari yang mendung dan suram ini.

"Aku berangkat!" Seru ku lalu berjalan keluar rumah, anak iblis itu mengikuti langkahku, mensejajarkan langkahnya. Dia memegang tas nya sembari tersenyum lebar.

Aku kembali menghela nafas, mengatur emosi agar tidak meledak dan menjitak kepala nya yang tepat bersejajar dengan tanganku. Kenna menatapku sembari mendongak dan menatap kearah depan lagi dengan senyum sejuta watt nya, setidak nya bagi nya itu senyum terindah tapi tidak bagiku.

"Puas?" Tanya ku dengan nada jengkel. Kenna terkekeh pelan. Tuh kaann. Tuhhh kan. Kenna tidak bicara banyak, sejujur nya ini tumben sekali sih dia seperti ini. Aneh sekali melihatnya yang biasanya selalu berceloteh seenak jidat menjadi diam seperti ini.

"Hei," Panggilku. Kenna mendongak menatapku dengan tatapan polos nya. Mata bulatnya menatapku lucu. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Tunggu kemana perginya adik iblis ku? Kenapa dia bisa jadi selucu ini?

Zebracross Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang