"Perlakuan hangat ini yang sangat kurindukan."
*****
Hari ini aku gak bisa sarapan, bahkan semalam saja aku tidak makan sama sekali. Tapi, yasudahlah aku masih punya uang tabungan yang bisa ku pakai untuk naik bus dan membeli sarapan dikantin. Jadi aku harus tetap semangat le sekolah, aku gak boleh ngecewain ayah dan almarhumah bunda. Hari ini aku bangun pukul 05:00 pagi, karna bibi menyuruhku istirahat dan biarkan bibi saja yang membereskan rumah dan menyiapkan sarapan. Sekarang aku sudah memakai pakaian sekolah ku, dengan rambut yang di gerai dan jepitan yang berwarna pink. Hari ini aku sengaja memakai masker, karna luka disudut bibir ku yang sedikit membengkak. Karna, itulah aku lebih baik memakai masker.
Aku menuruni satu persatu anak tangga, aku melihat ada ayah yang sedang sarapan. Aku kira ayah tidak akan melihatku, tapi ternyata ayah melihat."Morning, princess ayah." Ucap ayah dengan tersenyum. Sungguh, ini adalah ucapan selamat pagi yang ku rindukan dari ayah. Dulu saat bunda masih ada ayah selalu bilang bahwa aku adalah princess nya ayah.
"Morning, juga yah." Ucapku lalu tersenyum pada ayah.
"Ayo sarapan." Ajak ayah. Namun, mamah menatapku tajam. Aku tahu arti tatapan mamah, dia menyuruhku untuk menolak aja kan ayah.
"Anjani sarapan di sekolah aja yah." Ucapku. Ayah menggeleng.
"Tidak. Ayah akan mengantarmu. Jadi, lebih baik kamu sarapan dulu." Ucap ayah. Ayah ingin mengantarku? Sungguh, aku merasa sangat bahagia hari ini.
"Tapi, yah--." Ucapku namun tepotonh oleh ucapan ayah.
"Ayah tidak suka dibantah anjani." Tegas ayah. Aku sudah tidak berani menolaknya. Aku pun duduk di kursi meja makan dan memakan satu piring nasi goreng yang sudah di buat oleh bi irah, dan aku hanya membuka satu kaitan dari masker itu, agar luka disudut bibir ku tidak terlihat. Dan untung saja ayah tidak curiga. Mamah dan Dhea menatapku sinis.
Sialan! Awas kamu bocah!. Kesal mamah dalam hati.
"Ayo, anjani." Ucap ayah saat sudah selesai sarapan. Aku pun berdiri dan mengambil tas ku.
"Pah, Dhea juga bareng papah ya?." Pinta dhea dengan mencekal pergelangan ayah. Loh, bukannya Dhea tidak ingin ada yang tahu bahwa aku dan dia adalah saudara? Ya, walaupun hanya saudara tiri.
"Gak. Papah, ingin mengantar princess papah kali ini." Ucap ayah dingin seraya melepaskan cekalannya. Ada apa dengan ayah? Apa ayah berubah? Aku senang jika begitu.
"Pah, jangan gitu dong. Dhea juga kan anak kamu, putri kamu. Seharusnya kamu bersikap adil dong sama Dhea, jangan pilih kasih pah." Tegur mamah pada ayah. Apa, ayah pilih kasih? Bukankah mamah yang pilih kasih? Dan mamah menyuruh ayah untuk bersikap adil? Mamah saja tidak pernah adil pada ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANJANI [On Going]
Teen FictionTerkadang orang berfikir, jika orang yang mempunyai banyak harta hidupnya akan bahagia.Tapi, itu tidak berlaku untukku, hidup ku penuh kecukupan, tapi tentang kasih sayang yang tulus itu sangat sulit untuk ku dapatkan. Keluarga baru yang harus ku t...