19. Tentang Gavin Rafael

40 10 0
                                    

Author POV

Sekarang Gavin sudah sampai di rumahnya. Entah mengapa ia sedikit berubah setelah Anjani bertemu dengan Revan, sahabat kecil Anjani. Hati kecilnya memang bahagia melihat Anjani kembali tersenyum, tapi jauh di dasar hatinya ia tidak suka jika Anjani dekat dengan cowo lain. Tapi, Gavin sadar dia bukanlah siapa-siapa di hidup Anjani, dia hanya orang baru.

"Assalamuallaikum," ucapnya lalu masuk ke dalam rumah dengan jalan gontai. Runi pun bingung melihat sifat putranya yang seperti itu.

"Kamu kenapa, bang? tumben murung gitu?" tanya Runi.

"Abang gapapa, mah." Ucapnya lalu berjalan menuju kamar. Runi hanya mengerenyitkan dahinya bingung. Tidak biasa putranya seperti ini.

Di kamar Gavin

Bukannya membersihkan diri, Gavin malah memilih menuju balkon.

"Gue tau, Jan. Gue hanya orang baru yang ngga punya hak atas hidup lo. Gue ngga tau kapan rasa ini hadir, gue ngga tau harus bahagia atau sedih saat tau lo bahagia, tapi bahagia lo bukan karna gue, Jan." Ucapnya dengan menatap langit yang sedikit mendung.

"Lo beda saat lo sama Revan, Jan. Saat lo sama dia justru lo selalu nunjukin sifat asli lo, dan itu yang ngga pernah gue dapet dari lo. Lo selalu nunjukin senyum lo sama Revan, lo selalu nunjukin bahagia lo sama Revan. Apa mungkin cuman Revan yang berhak atas lo, Jan? apa kebahagiaan diri lo itu Revan?" ucapnya seraya bertanya pada dirinya sendiri. Ia sangat bingung mengapa ia harus cemburu melihat kebersamaan Anjani dengan Revan.

"ARRRGHHH!!! GUE BENCI SITUASI INI!!!" teriaknya meluapkan emosinya.

Runi yang sedang masak di dapur pun terkejut karna suara teriakan itu. Dengan tanpa sadar ia lari sekencang mungkin menuju kamar Gavin dengan membawa tutup panci dan centong di kedua tangannya.

Saat sampai di kamar Gavin, ia pun langsung membuka pintunya hingga menimbulkan suara yang keras.

"ABANG! KAMU KENAPA? KO TERIAK-TERIAK?" tanyanya dengan suara sedikit teriak dan dengan nafas yang terengah-engah. Gavin melihat bingung ke Arah mamah nya ini.

"Mamah yang kenapa?" tanya Gavin bingung.

"TADI MAMAH DENGER ADA YANG TERIAK! ITU SUARA KAMU, KAN?" tanyanya.

"Iya, tapi mamah juga teriak, kan? pake segala bawa tutup panci sama centong sayur," ucapnya menahan tawa. Runi pun kesal karna putranya.

"Mamah tuh panik, bang! Lagian kamu udah tau mamah lagi masak di dapur, ngapain coba teriak-teriak, jadikan mamah kaget terus panik yaudah mamah lupa naro barang-barang ini dulu." Ucap Runi menjelaskan.

"Lagian kamu kenapa, bang? Teriak-teriak gitu," lanjutnya bertanya. Gavin bingung ingin menjawab apa.

"Hmm... Ng-ngga ada ko, mah." Jawabnya bingung. Runi menyipitkan matanya, putranya ini sedang bohong rupanya.

"Bang..." Jika sudah begini mau bagaimana lagi? Gavin memikirkan ide agar mamahnya ini segera keluar dari kamarnya. NAH...

"Mah?! Mamah lupa?" tanya Gavin dengan suara sedikit panik.

"Jangan ngalihin pembicaraan," ucpa Runi tidak ingin terkecoh oleh tipuan putranya.

"Ngga, mah. Mamah kan lagi masak!" ucap Gavin membuat wajah Runi panik.

"ASTAGFIRULLAHALLADZIM! MAMAH LUPA BANG!!" teriak Runi lalu berlari keluar.

"YA AMPUN SAYUR LODEH KU!!" teriaknya seraya terus berlari. Awas jatuh, tan...

"Punya nyokap pikun banget. Untung aja ada sayur lodeh, HAHAHA!" ucapnya diakhiri gelak tawa. Awas kualat!

Sedikit lupa dengan sedihnya, Gavin langsung membersihkan dirinya. Ia berniat ingin main ke runah Jefan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANJANI [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang