15. Sakit

23 10 0
                                    

HAI HAI ANJANI UPDATE LAGI, JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK NYA YAA❤

❤HAPPY READING❤

_________________________________________________

Ayah yang sedang di rumah pun mulai khawatir mengapa aku belum pulang, padahal sekarang sudah hampir larut belum lagi sekarang sedang hujan deras. Dan, saat ayah sedang menatap jendela dekat pintu utama handphone ayah bergetar, dengan segera ayah mengambil handphone nya disaku celana, namun saat ayah liat siapa yang menelponnya ternyata nomer tidak dikenal, tetapi ayah tetap mengangkat sambungan telpon itu.

"Maaf, ini siapa ya?" tanya yah pada orang disebrang sana.

"Selamat malam, apa benar ini orang tua dari saudari anjani?" Ucap seseorang disebrang sana. Mata ayah terbelalak saat mendengar namaku disebut.

"I-iya, saya ayahnya." Ucap ayah.

"Maaf, Pak. Tadi anak bapa pingsan ditaman, lalu ada warga yang melihatnya, dan sekarang anak bapa ada di Rumah Sakit Cempaka." Ucapnya.

"Ba-baik, saya akan segera kesana." Ucap ayah dengan suara yang sedikit bergetar. Dan setelah itu ayah memutuskan sambungan telponnya.

-------


RS Cempaka.

Ayah berjalan dengan tergesa-gesa dan diikuti oleh mamah dan dhea. Setelah tadi ayah mematikan sambungan elpon itu secara sepihak, ayah langsung memanggil dhea dan mamah. Ayah mengampiri tempat resepsionis.

"Ada yang bisa kami bantu, pak?." Tanya resepsionis itu.

"Pasien atas nama anjani diruang mana ya, mba?." Tanya ayah pada resepsionis itu.

"Anjani Larasati, pasien yang pingsan ya, Pak?." Tanyanya. Ayah mengangguk. Resepsionis itu tau identitas aku karna saat ke taman, aku memang membawa tas kecil isinya hanya ada KTP, Kartu ATM dan ponselku.

"Di ruang UGD, lantai dua, Pak." Ucap resepsionis itu. Ayah mengangguk dan berterimakasih. Ayah berjalan dengan cepat ke arah lift.

Saat ayah memasuki ruangan UGD, ayah melihat tubuhku yang terbaring lemah dengan wajah yang pucat serta pakaian yang masih basah. Ayah berjalan mendekati brankar tempatku terbaring.

"Anjani, ini ayah. Kenapa tuan putri ayah bisa kaya gini?." Ucap ayah lirih. Mamah dan dhea menghampiri ayah.

"Kamu yang sabar ya, Pah." Ucap mamah dengan mengusap-ucap pundak ayah pelan, Namun dengan cepat ayah menepisnya.

"Ini semua karna kalian berdua, coba saja tadi tidak ada pertengkaran, pasti putriku sudah bisa bersenang-senang." Ucap ayah tegas namun lirih.

"Pah, ini semua sudah kehendak tuhan. Papah gak boleh nyalahin mamah kaya gitu." Ucap dhea seraya mengusap lembut pundak mamah yang sedang terisak. Aku tak tahu apa tangisan itu tulus atau tidak.

"Keluar." Ucap ayah dingin.

"Tap---" Ucap dhea terpotong karna seorang Dokter masuk ke dalam ruangan ku.

"Permisi. Saya akan periksa pasien lagi, untuk mengetahui keadaanya sekarang." Ucap Dokter itu. Ayah pun sedikit bergeser untuk memberi ruang pada Dokter itu agar bisa memeriksa ku. Setelah selesai memeriksa ku ayah langsung menanyakan kondisiku.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Tanya ayah.

"Anak anda seprtinya hanya kecapean sehingga membuat kondisi tubuhnya melemah dan kepalanya sedikit terasa pusing. Namun, anak anda tetap harus di rawat secara intensif selama beberapa hari kedepan." Ucap dokter itu menjelaskan.

"Baik, Dok. Lakukan apa saja hingga anak saya pulih." Ucap ayah. Dokter pun mengangguk.

"Sus, pindahkan pasien ke ruang rawat." Ucap dokter itu pada suster yang ada disebelahnya.

"Iya, Dok." Ucap suster itu.

Sekarang aku sudah dipindahkah ke ruang rawat. Dan, pakaianku juga sudah diganti dengan pakaian rumah sakit. Ayah duduk dikursi dekat brankar ku, lalu menatap dhea dan mamah secara bergantian.

"Kalian ngapain masih disini." Ucap ayah dengan nada dingin.

"Kita cuman mau nemenin kamu, pah. Sekalian liat kondisi anjani." Ucap mamah.

"peduli apa kamu dengan putri ku?." Tanya ayah masih dengan nada dinginnya.

"Lebih baik kalian keluar, karna kalian tidak dibutuhkan disini." Ucap ayah kembali menatap ke arahku. Dhea yang sedari tadi menggandeng lengan mamah sambil menangis pun kesal dan langsung melepaskan pegangannya.

Lah, anjir! Kalo tau bakal diusir gak bakalan gw ikut, mana udah nangis-nangis lagi!. Batin dhea kesal. Ternyata kesedihan kalian itu tidak tulus, aku rasa kalian memang akan benar-benar berubah, ternyata tidak. Orang jahat akan tetap jahat.

"Yaudah, pah. Mamah sama dhea keluar ya. Kalau papah butuh sesuatu, papah bisa minta tolong sama kita. Mamah sama dhea akan dengan senang hati bantu papah." Ucap mamah seraya berjalan keluar.

"Tidak akan." Gumam ayah.

Sebenarnya, mamah belum benar-benar keluar, mamah masih berada diambang pintu dengan menatap ku benci.

"Kamu akan tahu akibatnya nanti, anak tidak tahu diri!" Ucap mamah pelan, lalau menutup pintu kamar rawat ku pelan.

Kebencian dalam diri setiap orang pasti ada, ada yang langsung menunjukkannya atau berpura-pura manis namun ujung-ujungnya munafik! Atau mungkin, ada juga yang melupakan kebencian itu. Dan, saat kita baik pada siapapun dan benar di mata siapapun, akan tetap salah dan jahat di mata si pembenci. Tidak semua orang harus menyukai apa yang kita lakukan dan apa yang kita perbuat, karna pada dasarnya penilaian orang terhadap diri kita itu berbeda-beda.

Terkadang, tidak sedikit juga orang yang mengucapkan kata-kata yang sering melukai hati kita, walaupun sebenarnya yang dia ucapkan itu berniat baik, hanya saja cara dia menyampaikan ucapan itu salah. Dan, saat itu juga kita berhak tidak perduli dari setiap ucapan yang mampu melukai hati kita. Biarkan saja mereka ingin berucap apa tentang kita, kita hanya cukup menutup kedua telinga kita dengan telapak tangan. Dan satu lagi yang perlu kalian tahu, mempunyai rasa benci itu tidak baik, berusahalah untuk memaafkan apa yang kalian benci, karna bisa jadi apa yang kalian benci, itu lah yang akan kalian sukai nanti.

------------

TBC❤




ANJANI [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang