" Kak....?"
"Hmm..."
Naina meremas kedua tangannya dengan gugup saat mendengar suara deheman yang begitu ketus dari kekasihnya itu.
"Kakak marah ya sama Ai?" Tanya Naina dengan suara tertahan. ia menatap sekilas kearah kak eza sebelum menundukkan kembali wajahnya dengan lesu saat tidak ada tanda-tanda bahwa kak eza mau menjawab pertanyaan nya.
"Tidak."
Ai tersenyum dengan miris. "Tidak menatap Ai saat ai bertanya dan juga hanya menjawab dengan satu kata dengan kalimat "hmm.." aja... Itu namanya kakak marah sama Ai... "Ujar naina menatap kak eza dan mengambil salah satu tangan kak eza kemudian meremas nya dengan lembut dan tatapan penyesalan. " Ai tau ai salah.. tapi hanya itu satu-satunya cara supaya ai bisa mendapatkan restu dari ayah kak eza.."
Eza Menarik nafas panjang dan menghembuskan nya dengan sangat kasar. ia menurunkan pembatas antara kursi depan dan kursi belakang kemudian menatap Naina dengan berang.
"Kamu tau apa yang sudah kamu lakukan barusan bisa saja membuat hubungan kita hancur dimasa depan Ai! selama ini aku tidak pernah meminta apapun sama kamu bukan? bahkan aku tidak pernah menyuruh kamu untuk melakukan ini dan itu! jadi ketika aku meminta kamu hanya untuk diam dan mempercayakan masalah ini padaku untuk sesaat kenapa kamu bukannya mendengarkan aku tapi kamu malah bernegoisasi yang tidak perlu dengan ayahku tanpa bertanya apa pendapatku tentang kesepakatan bodoh kalian itu? apa kamu sudah bisa menangani masalah ini sendirian tanpa aku Ai? apa menurut kamu ayahku bisa kamu percayai sehingga kamu bisa dengan mudahnya mengatakan rela jika aku tinggal pergi keluar negri hah?"
Naina menundukan wajah dan mengigit bibirnya dengan keras, ia meremas ujung dress nya dengan kuat dan menahan isakannya yang tak tertahan karena bentakkan kak eza padanya yang cukup keras.
Selama mereka berhubungan, baru kali ini kak eza membentaknya dengan penuh amarah seperti saat ini.
"Kenapa hanya diam? aku bilang jawab Ai??" Ujar eza sedikit menaikan nada suaranya pada ai. Ia tidak bisa menahan amarahnya saat teringat pada kepolosan sekaligus kebodohan kekasihnya barusan. jika saja ia tidak segera menghentikan kepolosan Ai dan pergi dari sana. eza yakin kekasihnya akan masuk kedalam perangkap sang ayah tanpa bisa keluar lagi dengan hidup-hidup dari sana.
HAP.
Naina memeluk tubuh eza dengan sangat erat dan menumpahkan semua tangisan penyesalannya dibahu kekasihnya dengan tersedu-sedu. "Maafkan ai kak.. hikss..hikss...Ai salah! hikss...hikss... maafkan ai....?" Gumam ai terisak dan semakin erat memeluk leher kak eza dengan kuat.
"Ai janji tidak akan bertindak bodoh lagi, ai janji ai akan diam saja jika kak eza menyuruh ai diam, ai janji ai tidak akan mengulangi kesalahan bodoh ai lagi seperti barusan... tapi ai mohon! kakak jangan marah sama ai! ai nggak mau kak eza marah sama ai...Kak eza jangan marah sama Ai..." Isak Naina semakin kencang. ia sudah merangkak naik kepangkuan kekasihnya dan tidak berani menatap kedua mata kak eza karena ai yakin kak eza masih sangat marah padanya.
Ai menggelengkan kepalanya dengan kuat saat kak eza berusaha melepaskan pelukan tangannya di leher kekasihnya itu.
"Nggak mau! kak eza pasti mau marahin ai lagi..."
Eza memijit keningnya yang terasa mau pecah dan menarik nafasnya lagi sesaat sebelum menangkup wajah naina dengan lembut dan langsung meraup bibir naina dengan hangat.
Hanya kecupan singkat sebelum eza kembali menarik wajahnya dan menatap kedua mata kekasihnya yang berkaca-kaca.
"Aku hanya tidak mau kamu mengambil keputusan yang salah untuk masa depan kita Ai! karena keputusan yang akan kamu ambil bukan hanya tentang kita! bukan hanya tentang aku dan kamu.. ada dia sekarang yang harus kita utamakan masa depannya.. " Eza mengelus perut Ai dengan lembut tapi kedua matanya masih menyiratkan sedikit kemarahannya disana.
"Aku takut.. aku sangat takut ketika kamu berdiri dan menantang ayah aku tadi Ai.." Ucap eza menyisir dan meremas rambutnya dengan frustasi. Naina hanya menundukan wajahnya dan meremas pundak kak eza dengan erat. ia hanya bisa bergumam Maafkan ai kak... Maafkan ai...
Eza menatap Naina yang sedang menunduk dengan rasa ketakutan yang sangat teramat.
"kamu tau Ai! rasanya untuk bernafas pun sangat sulit saat aku mendengar kamu melepaskan aku dan memilih untuk membesarkan anak kita sendirian Meskipun tujuanmu itu untuk kebaikan kita, Kamu tidak harus melakukan hal itu karena aku sendiri jauh lebih tau apa yang harus aku lakukan untuk aku, kamu dan anak kita, jadi aku mohon! jangan membuat aku ketakutan setengah mati lagi dengan tingkah spontan kamu itu lagi Naina..." Ucap eza Menahan amarah nya kemudian membuang wajahnya kearah jalanan dengan nafas tertahan.
Naina mengigit bibirnya menahan isakkannya kemudian ia mengarahkan wajah kak eza ke wajahnya sehingga kedua mata mereka kali ini beradu pandang dengan kedua mata naina yang sudah membengkak akibat menangis terus menerus dari tadi. "Maafkan ai kak! Ai janji itu yang pertama dan terakhir kalinya ai membuat kesalahan seperti ini, Ai janji..." Lirih naina menjatuhkan air matanya penuh penyesalan.
Eza balas mengelus pipi Naina seraya menghapus air mata yang mengalir dipipi kekasihnya dengan ibu jari kemudian menganggukan kepalanya dan mengecup kedua mata Naina yang sudah membengkak dengan lembut. "Maafkan aku juga jika aku terlalu keras sama kamu Ai! Aku hanya terlalu takut kehilangan kamu meskipun hal itu tidak akan pernah aku biarkan sedikit pun. kamu adalah ketenangan aku dan jika kamu pergi ataupun menghilang! aku tidak tahu apakah aku masih bisa hidup dengan normal atau tidak." Bisik eza serius. ia membawa kepala naina ke dadanya dan mengelus rambut naina dengan penuh kasih sayang.
"Bahkan jika itu adalah orang tua kandungku sekalipun, Akan aku anggap musuh yang harus aku lenyapkan jika mereka sengaja melukai bahkan berani menghilangkan kamu dari hadapanku Naina..."
---------------------
enibahri
18-7-20
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you love me(COMPLETED)
Romance21+.... Seru, asikk pokonya .ceritanya ringan nggak berat kaya disinetron. Malas bikin deskripsi cerita. langsung baca aja. ok