8 | Ruangan Pak Radi

66 32 22
                                    

Dari luar aku menjawab pertanyaan pak Radi dengan hati hati.

"Ha..Hawa pak, dari kelasnya bu Ratna mau fotocopy"

"ohh..oke silahkan masuk"

CKLEK..

Dengan pelan, aku membuka pintu ruangan pak Radi.

Aku sempat mengurungkan niatku masuk ke dalam ruangan itu ketika tau Raja ada di dalamnya.

Tapi mau bagaimana lagi, mesin fotocopy hanya ada di ruangan pak Radi, dan ini perintah dari bu Ratna.

Aku memunculkan kepalaku terlebih dahulu, kulihat Pak Radi sedang duduk di mejanya dan seseorang berdiri di sampingnya, mereka melihatku.

"silahkan.." ujar pak Radi sambil menunjuk mesin fotocopy yang ada di pojok sebelah kanan mejanya.

Aku mengangguk sopan dan masuk ke dalam ruangan itu.

Aku sempat melirik Raja sekilas.

Dia melihatku dengan tatapan tajamnya dan langsung berjalan pergi meninggalkan ruangan.

BRAK!

Raja menutup pintu dengan kasar, aku bergidik ngeri.

Pak radi terlihat menggeleng gelengkan kepalanya.

Lalu beralih melihat ke arahku.

"bisa gak pakai mesinnya? Sini bapak bantu" pak Radi menawarkan bantuan dan menghampiriku.

"bo..boleh..terimakasih ya pak"

Pak Radi tersenyum, lalu menanyakan berapa lembar kertas yang harus di fotocopy.

"masing masing 35 lembar pak"

Pak Radi mengangguk, aku berdiri di sampingnya, memperhatikan cara pak Radi memakai mesin fotocopy itu agar lain kali aku bisa menggunakannya sendiri.

Sesekali aku melirik pak Radi, ingin sekali rasanya aku bertanya pada pak Radi mengenai Raja.

"kenapasih bapak sangat peduli dengan Raja?"

"semua guru takut memarahi Raja, tapi kenapa bapak tidak?"

"kenapa Raja tidak pernah di drop out? padahal dia melakukan banyak kesalahan"

"kenapa Raja di perbolehkan memakai jaket dan sendal ke sekolah?"

"kenapa Raja terlihat sangat jarang di hukum? Apa bapak tidak pernah menghukumnya?"

"sebenarnya bapak siapanya Raja?"

"jangan jangan bapak ayahnya Raja?"

Aku memikirkan pertanyaan orang orang di sekolah selama ini.

Ingin sekali aku menanyakan itu semua.

Tapi aku mengurungkan niatku, aku tidak mau ikut campur urusan mereka.

"Bapak tau kamu pasti mau bertanya"

Tiba tiba pak Radi berkata.

Aku tersentak kaget.

"ehh..ng..nggak pak" jawabku gelagapan.

Bagaimana pak Radi bisa tau? Apa mukaku ini terlihat penasaran sekali ya, batinku

"haha kirain..soalnya banyak sekali murid yang datang kepada saya hanya untuk menanyakan soal hubungan saya dan Raja" kata pak Radi santai.

"ooh gi..gitu ya pak" kataku.

Pak Radi tersenyum melihatku.

"hubungan bapak dan Raja hanya sebatas guru dan murid, tidak lebih" pak Radi menjelaskan tanpa di tanya.

Aku mengangguk angguk.

"ini.. sudah selesai" pak Radi memberikan tumpukan kertas yang sudah selesai di fotocopy.

Aku sampai tidak sadar semua kertasnya sudah selesai di Fotocopy.

Dari tadi aku hanya melamun.

"terimakasih banyak pak Radi" ujarku sopan sembari menerima kertas itu dari tangan pak Radi.

Pak Radi mengangguk.

"saya balik ke kelas dulu ya pak, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab pak Radi dan kembali duduk di meja kerjanya.

Aku berjalan ke arah pintu dan membuka pintu ruangan pak Radi dengan pelan, lalu melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu.

aku menutup kembali pintu itu sebelum aku menyadari seseorang tengah berdiri di sampingnya.

"Bodoh.."

*****

FLIP FLOPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang