My Jerk Wife (HUNHAN GS) ✓

Seventeen.3

Mansion Anderson.

Adalah tempat yang akan Sehun datangi setelah dia selesai mengurus sertifikat profesinya sebagai Advokat Hukum.

Sehun sama sekali tidak lupa 'Anderson' adalah marga selir kakeknya. Selir yang sekaligus menjadi pembunuh Raja Dongwook dan Permaisuri Go Ahra.

Sejak pertama kali Sehun bertemu David Anderson---saat resepsi pernikahannya dengan Luhan---Sehun awalnya menduga David sama busuk dengan Victoria Anderson. Kenyataannya? David Anderson benar-benar berbeda dengan ibu dan adik kembarnya. David punya pribadi yang baik, tapi dia terlalu pengecut---itu menurut Sehun.

Sambutan pertama yang Sehun dapat adalah pemandangan David bermain lego dengan Guanlin.

"Ini warna merah, nak..." ujar David, pembawaannya khas kebapakan. David benar-benar jauh dari seorang Duke Anderson yang dikenal dingin dan kejam.

Guanlin duduk di depan ayahnya. Dia menggaruk cuping telinganya, "Linlin bingung, Dad!"

Guanlin itu pengidap Retardasi Mental. Diusianya ke-19 kini, dia masih belum bisa bertingkah sesuai remaja kebanyakan, bahkan telat sekolah.

Tapi beruntungnya Guanlin, dia memiliki ayah sehebat David Anderson.

'Nasib Guanlin berbeda dengan Lami, meski sama-sama pengidap Retardasi Mental,' batin Sehun miris.

"Anneyeong haseo..."

Sapaan lembut Sehun membuat sepasang ayah-anak itu menengadah. Guanlin tersenyum lebar lalu bangkit dan berlari-lari kecil ke arah Sehun.

"Sehun-papa!"

Sehun membalas pelukan Guanlin padanya. Anak sulung istrinya ini semakin tumbuh tiap harinya, terbukti dari tingginya yang mencapai bahu Sehun.

"Daddy! Papa datang!"

David hanya tersenyum, "suka kejutannya?"

"Ng!" Guanlin mendongak pada Sehun, "mommy?"

Sehun tersenyum sedih, sedangkan David memandangnya sendu.

"Linlin... Bereskan dulu mainannya, Daddy mau bicara dengan Sehun."

Guanlin merengut, tapi dia penurut maka dia mengangguk.

Ketika Guanlin membereskan mainannya, David mengajak Sehun duduk di bar kecil miliknya.

"Jadi, ada apa menemuiku?"

Sehun memainkan jemarinya. Dia manarik nafas kasar. "Apa kau masih tidak mau membantu Luhan?"