Twelve.3

715 118 54
                                    

"Kau mau Hanbin datang ke mari, Hunnie?"

"Ya, sayang. Tidak masalah kan jika dia datang atas permintaanku?"

"Tidak masalah. Hanya saja, biar aku yang menghubunginya."

"Oke."

Keesokan harinya, tepatnya setelah rencana Sehun berhasil, dia kembali beraktivitas bersama istrinya. Tak lupa dirinya mempersiapkan segala materi untuk mahasiswanya, juga janji temu untuk konsultasi kliennya sore nanti. Belum lagi urusannya sebagai Presdir Oh Group. Hm, dia akan bekerja kembali mulai besok.

Dilihat-lihat Sehun sangat sibuk, namun dia pintar membagi waktunya hanya untuk istri dan ketiga calon anaknya.

Lihat saja. Kini earphone putih terpasang di telinga kirinya, sedangkan ponselnya diletakkan di kotak yang menempeli dinding. Sehun membimbing mahasiswinya, Lisa, sambil mengelap piring yang sebelumnya dicuci Luhan.

"Jadi, Lisa, ada beberapa hasil penelitianmu yang sedikit meragukan, apalagi ini jauh dari hasil hipotesa serta teori." Ujar Sehun dengan kepala dekat ponsel. Dia menunduk sambil mengelap gelas.

"Beberapa analisamu juga lemah. Itu akan menimbulkan pertanyaan bagi dosen penguji," lanjut Sehun. Sesekali dia melihat layar ponselnya. Lisa fokus mencatat ucapan Sehun, sambil mencoret-coret hasil proposal mentahnya.

"Coba kau telaah lagi dipoin lima titik satu, dan tabel lima titik dua," ujar Sehun lagi. "Keduanya seharusnya berhubungan, karena tingkat depresi remaja juga dipengaruhi oleh kedekatannya pada orang tua mereka. Jelas ini didukung dengan faktor internal atau eksternal lainnya. Seperti bagaimana pola pikir mereka, apakah subjek punya permasalahan diluar hubungannya dengan orang tua mereka, atau mereka juga punya penguat mental selain orangtua. Semisal, sahabat atau kekasih mereka?"

Selesai mengelap salah satu piring, Luhan menyerahkan satu piring basah lagi pada Sehun. Sambil mengelap piring berikutnya, Sehun kembali menjelaskan, "inilah yang kumaksud batasan penelitian. Seharusnya kau tetap fokus pada remaja-remaja yang bermasalah dengan orang tua. Juga umur subjek sebagai variabel terkontrol."

Earphone putih Sehun berkedip-kedip. Tanda masih aktif. Namun Lisa justru tidak merespon ucapan dosen pembimbing skripsinya. Sehun kembali memandang layar ponselnya. Dia tersenyum sambil menaruh lapnya di bahu kanannya.

Sedari tadi Luhan memperhatikan suaminya. Dia melihat Lisa di sebrang tengah tertidur pulas di atas meja belajarnya.

"Bagaimana bisa dia tidur sepulas itu saat kau memberinya materi?" tanya Luhan. Sehun mengendikkan bahu. Luhan menaikkan sebelah alis, "apakah suaramu bisa membuat siapapun tidur nyenyak, Hun-ah?"

"Aku tidak tahu. Mungkin Lisa kelelahan. Lalu, bagaimana denganmu? Kau sering tertidur kalau aku banyak bicara?"

"Tidak juga. Hanya saat kau mendongengiku. Menurutku, nada bicaramu memang selalu lembut."

Acara cuci piring dan gelas kotor sudah selesai. Luhan mengeringkan tangannya yang sudah dibersihkan, lalu merangkul bahu suaminya. "Aku akan menyiapkan teh untukmu. Bangunkan mahasiswimu dan lebih tegaslah padanya agar lain kali lebih sopan pada dosennya."

"Teh? Kan sudah saat sarapan tadi. Aku tidak mau minum teh lagi."

"Jangan bilang kau mau susu, yang benar saja. Aku hanya punya susu ibu hamil, mau?"

Kepala Sehun menggeleng-geleng cepat. Kemudian matanya mengedip dua kali. "Yang hamil itu dirimu, Hannie."

"Nah itu dia! Hanya ada teh yang biasa kusuguhkan untukmu. Jangan khawatir, teh ini beda," Luhan mencium bibir Sehun. "Teh ini jenis teh hitam. Teh buatanku akan menemanimu bekerja di depan laptop. Aku juga sudah membuat cemilan kue kering bersama Yuri kemarin. Kau harus mencicipinya, enak kok."

My Jerk Wife (HUNHAN GS) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang