Fifteen : His Death Harmonies

619 113 23
                                    

"Jangan khawatir mengenai Luhan-eonni, oppa. Dia tidak bisa melarang oppa lagi untuk mencintaiku."

"Apa maksud anda?"

Baekhyun tersenyum dingin.

"Kekuasaan Luhan-eonni akan segera berakhir...

...jadi Chanyeol-oppa tidak perlu menganggapnya sebagai 'Tuhan'mu lagi." [Fourteen.5]

Sebuah senyuman terbit dari bibir merah darah Chanyeol. Kepalanya menggeleng lemah, getir memikirkan 'wanita'nya sudah melangkah sejauh ini.

Chanyeol mendorong jauh uluran tangan wanitanya.

Tenggorokan Baekhyun terasa kering. Matanya memanas.

Sambil mengeratkan pelukannya pada Byun Hana, Baekhyun bertanya, "mengapa oppa menolakku? Aku ini ibu dari anakmu, oppa..." Desis Baekhyun di akhir kalimat. Dia bisa bersikap sok kuat di depan siapapun, tapi tidak pada Park Chanyeol. Setidaknya, biarkan dia mengais cinta Chanyeol. Baekhyun sudah sejauh ini untuk bisa mendapatkan prianya kembali. Air matanya meluruh cuma-cuma. "Tidak bisakah kau mengutamakanku? Mengutamakan kami? Aku dan Hana membutuhkanmu, oppa..."

"Eomma menangis?" Tanya Hana. Tangan mungilnya membingkai pipi Baekhyun. Bibir mungilnya tidak enggan mencium hidung sang eomma. "Appa jahat ya? Hmh... Kita pulang saja, ne?"

Prestasi Chanyeol sebagai ayah sangat buruk. Dia tidak ada dimasa kehamilan Baekhyun, apalagi saat kelahiran Hana. Chanyeol juga tidak ada sebagai sosok ayah untuk Hana dan suami untuk Baekhyun.

Sekarang?

Ketika sepasang ibu dan anaknya meminta Chanyeol 'pulang', dia justru membuat mereka menangis.

Chanyeol tahu, dirinya lebih buruk dari pria bajingan manapun.

Tapi Chanyeol tidak bisa gegabah. Ada banyak pertimbangan hanya untuk mengambil langkah kembali pada wanitanya.

Baekhyun mencoba tersenyum tegar di hadapan anaknya. Ekspetasinya, Chanyeol bisa diraihnya jika kekuasaan Luhan tak lagi dipegang wanita itu. Nyatanya? Luhan memegang apa yang paling penting dari Chanyeol.

Itu bukanlah cinta dan hati Chanyeol melainkan...

...kesetiaan setara dengan seorang 'hamba' pada 'Tuhan'nya.

Jika posisi Luhan setinggi itu, Baekhyun jelas kalah.

Sang ibu muda tak lagi memandang prianya. Matanya yang cantik hanya tertuju pada sang anak tunggal.

"Ya, Hana, kita pulang saja..."

"Sebaiknya kita duduk di kursi taman sana," Chanyeol menunjuk kursi yang berjarak beberapa meter dari belakang Baekhyun. "Kita perlu bicara."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, aku tahu jawabanmu."

"Saya mohon, Nona Muda..."

Kesopanan tutur kata Chanyeol selalu meluluhkan keras hati Baekhyun. Sang ibu muda mengangguk.

Chanyeol memimpin langkah. Sehan menggandengnya. Langkah Chanyeol diikuti Baekhyun yang masih menggendong Hana. Kedua orang itu duduk bersama.

Sebagai Guru Pribadi, Chanyeol mengajarkan Sehan untuk lebih banyak berinteraksi dengan anak sebayanya. Dia rasa, Hana adalah anak yang tepat untuk mengajarkan Sehan mengenai interaksi sosial.

Anak gadisnya tumbuh dengan begitu banyak ekspresi dan kelincahan.

Chanyeol menyesal melewatkan momen tumbuh kembang anaknya dari janin sampai sebesar ini.

My Jerk Wife (HUNHAN GS) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang