Lembut

1.8K 179 18
                                    

2405 words. ❣







(Namakamu) tengah melihat beberapa foto yang terpajang di dinding ruang keluarga rumah Aksa, foto tersebut adalah foto keluarga Aksa, terdapat Ayah, ibu dan Juga adik perempuan. Ia mengulurkan tangan kanannya untuk mengelus foto tersebut tepat pada adik perempuan Aksa. (Namakamu) tersenyum manis, ternyata Adik Aksa ini sangat cantik sekali, Ingin sekali ia bertemu dengan perempuan ini, sepertinya baik dan akan secantik jika dilihat langsung, pikirnya

Kepalanya menunduk seraya mengangkat tangan kirinya yang menggenggam ponselnya yang terasa bergetar, tertera panggilan My angel itu adalah Cia. Ternyata Puterinya itu menelfonnya dengan segera ia mengangkatnya belum juga ia mengucapkan sepatah kata, telinganya menangkap suara rengekan kecil dari Cia hal itu sontak membuatnya cemas,

"Cia kenapa sayang? Kamu kenapa nangis?" Cia masih enggan untuk berbicara anak kecil itu masih menangis, lantas membuatnya semakin cemas takut terjadi apa-apa

"Cia sayang... Berhenti dulu ya nangisnya, cupcup sayang.. tarik nafas terus buang nafas," Titahnya dengan perlahan dengan segera Cia menurutinya membuatnya kembali bertanya mengapa anak kecil itu menangis

"B-bunda.. shh, A-ayah s-ssakittt demam.."

Deg!

Iqbaal sakit? Jika pria itu sakit, pasti iqbaal sangat membutuhkan seseorang untuk merawatnya, Contohnya seperti dulu. Iqbaal pasti akan bersikap layaknya anak kecil melebihi Cia jika puteri kecilnya itu sedang sakit. Tapi sekarang? Siapa yang merawat dia? Apakah Asisten rumah tangganya? Hm. Sepertinya iya. Jika boleh jujur, (Namakamu) ingin sekali untuk datang melihat keadaan pria yang jelas-jelas masih menjadi suaminya itu, Yang sudah kalian tahu, Ia masih mencintai Iqbaal dan jangan ditanya lagi kenapa rasa kekhawatiran ini menyelimuti pikirannya

"Eugh-- sayang, Terus Ayah udah dikasih obat kan?"

"Udah bunda, Tadi Cia telfon Dokter terus sama dokternya dikasih obat,"

Alis (namakamu) bertaut, terdengar ada yang janggal dari ucapan Cia. "Kenapa Cia yang telfon? Emangnya ayah gak nyewa asisten rumah tangga sayang?"

"Bi sitinya izin pulang 4 hari yang lalu ke kampungnya Bunda, katanya Ada saudaranya dia yang meninggal,"

"Terus ayah dari kapan sakitnya?" Nada (namakamu) merendah ketika mendengar ucapan Cia

"Dari kemarin bunda, Kasian ayah bunda, Badannya mengigil. Cia kebingungan buat ngerawat ayah, Ayah juga dari kemarin  gak mau makan, Cuman makan buah aja itu juga harus Cia paksa,"

(Namakamu) memejamkan kedua matanya sekilas, Wajar saja Cia kebingungan, Cia masih kecil dan belum terlalu mengerti akan hal seperti itu. Ia harus bagaimana sekarang? Ia tidak mungkin membiarkan Cia merawat Iqbaal sendiri, Mau bagaimanapun tugasnya untuk merawat iqbaal masih berlaku dan ia harus melakukannya sesegera mungkin.

"Y-yaudah sayang, Kamu tunggu ya Bunda akan segera kesana,"

"Tapi bunda--"

"Bunda tutup ya," (Namakamu) memutuskan sambungan telfon itu sepihak, ia segera mencari nomor Aksa untuk ia telfon. Ia tidak mungkin untuk pergi kerumah Iqbaal tanpa sepengetahuan Aksa, Itu pasti akan gagal lagi

(Namakamu) berdecak, Aksa belum juga mengangkat telfonnya. Sesibuk apa sih dia? Membuat kekhawatirannya terhadap Iqbaal semakin menjadi saja! Tak lama kemudian panggilan itu terhubungan dengan segera ia mengomeli Aksa  yang tentu kebingungan dengan omelan (Namakamu)

"Maaf (nam), tadi handphone aku ada dilaci nggak kedengeran. Jadi ada apa kamu telfon aku? Ada yang penting?"

"Sa, aku izin kerumahnya Iqbaal boleh ya? Dia sa--"

𝐋𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang