Lembut

1.6K 146 3
                                    

Pagi-pagi sekali Aksa dibuat kesal bukan karena ulah (Namakamu) atau pekerjanya. Tapi ini karena kedatangan Julian. Masih ingatkah kalian? Teman Aksa yang tidak sengaja bertemu di restoran tempo lalu. Si pengganggu acara datingnya, Mungkin sepenggal kalimat itulah yang ada difikiran


Julian.

Julian.


Pria bertubuh proporsional, tampan, kaya raya, mandiri. Itu sengaja datang kerumah Aksa. Tentu Aksa mengetahui tujuan Pria Hidung belang itu, Tujuannya jelas untuk menemui (Namakamu). Tidak percaya?

Sekarang lihatlah pria itu tidak sedetikpun melunturkan senyuman tampannya pada (Namakamu). Setiap kali Aksa ajak untuk mengobrol, Pria itu selalu meliriknya acuh. Seakan-akan kehadirannya disini dianggap angin saja! Huh, sebal!

"Anda ini tidak punya etika sama sekali tuan Julian." Sahut Aksa membuat Julian menatapnya

"Maksud anda apa Sa?"

Aksa menyunggingkan senyumannya, "Jangan pura-pura tidak paham atas apa yang saya ucapkan Julian. Saya yakin, Otak Cerdas mu itu, mengerti maksud saya."

Julian terdiam sejenak. Ia tahu, Aksa tidak menyukai kedatangannya. Dengan begitu, ia harus bersikap santai. Ia tidak boleh terpancing atas setiap kata pedas yang Aksa lontarkan. Tujuannya kesini hanya satu. Untuk menemui (Namakamu), bukan Aksa.

"Jelas otak saya sangat cerdas, Buktinya Saya pernah mengalahkan anda dari tender super besar, bukan?"

Aksa membelalak. Ia fikir Julian akan terpancing emosi, dan apa tadi katanya? Mengalahkannya dari tender super besar? Astaga! Kenapa pria itu harus membuka aib yang menurutnya sangat buruk seperti itu? Seumur-umur baru satu kali ia dikalahkan oleh manusia dan yang mengalahkannya ada manusia seperti Julian? Ck! Ia tidak apa Julian terus mengungkit masalah itu, Mau sesering apapun ia tidak peduli. Tapi perlu diingat, disini ada (Namakamu). Ia tidak ingin Wanita itu ilfeel tentang aib nya itu

"Itu dulu." Jawabnya singkat dengan wajah tak enak

Julian tertawa kemenangan disini. Namun ia tahan. Ia tidak enak harus tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Aksa yang terlihat menciut. Terlebi disini ada (Namakamu). Ia harus terlihat cool.

"Ya, memang itu dulu. Tapi tidak bisa saya lupakan, Dan mungkin... Nona (namakamu) baru mengetahui hal ini kan?" Tanyanya kini menatap pada (namakam) yang sedaritadi terdiam

"Hah?" (Namakamu) tersenyum canggung, "eum--- i-iya Julian."

Julian menjentikkan jari serta jempol, "Sudah aku duga. Dan apakah Nona Ilfeel?"

Aksa terkejut, sementara (Namakamu) ia menoleh pada Aksa yang tidak bisa diam. Seolah-olah ucapan Julian tadi bagaikan penyakit yang kini merasukinya. "Ah? Eum..." (Namakamu) tersenyum manis, "Menurut aku... Itu hal wajar dalam sebuah perusahaan, Julian. Tidak selamanya, Sebuah perusahaan atau Seorang businessman harus selalu jaya, ada kalanya Tuhan harus memberinya sebuah Tantangan. Dan salah satu tantangannya itu adalah Gagal dalam mengambil sebuah tender, Dengan begitu seseorang seperti Aksa harus giat lagi untuk mengembangkan Perusahaannya."

Julian yang semulanya tersenyum, kini melunturkan senyumannya itu serentak. Beda halnya dengan Aksa. Pria itu terkejut akan ucapan (namakamu) namun tak ayal senyumnya terbit.

"Kamu benar! Sangat benar!" Seru Aksa, "Anda dengarkan? Jangan sombong!" Cibirnya pada Julian

"Well, apa yang diucapkan Nona memang benar. Didengar dari kata-ata tadi, sepertinya Nona ini termasuk kedalam sebuah gelar Sarjana. Apa benar?"

Aksa kembali melunturkan senyumanya. Julian benar-benar membuatnya kesal.

"Kebetulan saya sarjana Pendidikan Julian."

𝐋𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang