Chapter 8 : Tiga Cabe Kampung.

228 136 69
                                    

Jangan lupa vote dan coment guyss....

Ke - 8

"Memang seperti itu hakikat hati.
Kita menolak perasaan yang pasti hanya untuk satu perasaan yang dengan tega menyakiti."

"Za, lo ga bosen apa setiap hari ngikutin Liana? Gue aja bosen liat muka lo setiap kali di sekolah." ujar Caroline. Gadis itu duduk didekat dinding di sebelahnya ada Liana dan juga Reza.

Yups.
Reza selalu datang ke dalam kelas mereka untuk bertemu dengan sang pujaan hati, Liana. Tidak ada waktu tanpa mengikuti Liana. Bahkan disaat Liana akan pergi ke toilet pun ia bersedia ikut dengan iming iming menunggu Liana dari luar. Ya kali ikutan masuk, auto otw KUA pulang sekolah wkwkk.

Terkadang Caroline berpikir apakah Reza tidak ada teman dikelasnya sendiri? tidak ada tugas kah yang bisa dikerjakan? Atau apalah itu. Jika saja ada hari dimana Reza tidak ada dikelas mereka sudah di pastikan bahwa pria itu sedang bolos sekolah.
Bahkan pernah saja Reza tidak bersekolah namun dengan beraninya ia datang menyelinap memanjat pagar didekat kelasnya, mengintip kegiatan Liana atau memberikan makanan. Sungguh bucin tingkat akut bukan?

"Yang," panggil Reza

Liana menoleh lantas menaikan satu alisnya seolah mengucapkan kata 'apa' kepada sang kekasih dihadapannya ini.

"Ada jomlo resek, kepanasan dia liat gue disini." sindir nya kepada Caroline. Caroline hanya diam sudah sangat terbiasa baginya dihina dengan kata kata jomlo.

Caroline, gadis itu sibuk dengan spidol warna ditangannya. Menuliskan sesuatu di atas buku lembaran terakhir.

" Terkadang aku bingung. Harus menunggu atau benar benar pergi meninggalkan mu. " ucap Liana, perempuan itu membaca tulisannya. Ah masa bodoh, toh Liana juga sudah mengerti masalah perasaannya.

"Akhir akhir ini gue ga pernah lihat lo meriksa laci lagi, kenapa? Dia udah ga kirim surat lagi untuk lo? " tanya nya. Caroline mengangguk yang berarti benar adanya.

Dulu hampir setiap hari Liana melihat Caroline memeriksa laci meja miliknya, bahkan 2 sampai 3 kali perempuan itu mendapatkan sebuah surat. Ntah datangnya dari mana yang pasti si pengirim adalah orang yang sama dengan beberapa surat surat yang lainnya.

"Udah deh Lin, lo lupain aja dia. Orang pengecut kaya dia ga pantes buat lo. Coba lo buka hati buat Chiko kayaknya dia beneran suka banget sama lo." tutur Liana sontak membuat Caroline menatap tajam ke arahnya.

"Ogah! " tukas Caroline

"Santai boss, Ga usah ngegas! " ujar Reza menatap ke arah Caroline.

"Kenapa lo ikut ikutan ngegas?" tanya Caroline

"Masa? Perasaan ga deh."

"Sinting!"

"Mau ngaj-"

Liana langsung membekap mulut kekasihnya ini yang selalu saja bertengkar dengan Caroline. Sepertinya sampai tua mereka tidak akan pernah akur.

EMBUNG SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang