Chapter 10 : The Power Of Ngambek

197 121 55
                                    

Selamat membaca guys🐼

Ke - 10

"Katakanlah kepada ku.
Haruskah aku tetap menunggu,
Atau pergi membuka lembaran baru."

SETELAH kejutan kejutan kecil yang datang kepada Caroline beberapa hari yang lalu, kini Caroline selalu mendapatkan pesan selamat pagi di setiap bangun tidur dari sosok orang yang telah lama menghantuinya.

Caroline senang, setidaknya masih ada harapan untuk perasaannya. Ntahlah, sejak kapan perasaan ini datang yang pasti lama kelamaan dia merasa nyaman dan takut kehilangan. Takut kehilangan sosok yang selama ini menyayanginya lewat sebuah kata kata tanpa tindakan.

Sebenarnya Caroline sedikit lelah, tetapi dia harus tetap bersabar. Bukankah hasil tidak akan menghianati usaha? Anggap saja sekarang ia sedang berusaha dan mengharapkan hasil yang setimpal.

Kriiinggg....

Kriiinggg....

Semua murid berhamburan keluar kelas dengan gembiranya menuju parkiran untuk segera pulang. Hari ini jam pulang di percepat karena guru sedang mengadakan rapat yang cukup lama.

Ditengah koridor sekolah Caroline dan Liana bergandengan sambil berlari lari kecil seperti bocah berumur 5 tahun. Mereka terlihat sangat berbunga bunga, lebih tepatnya Liana. Orang tersebut sangat gembira karena akan pulang bersama Reza seperti hari hari biasa tapi kali ini mereka akan jalan jalan sebentar katanya.

Ditengah perjalanan tiba tiba saja Caroline melepaskan tangan kanannya dari gandengan Liana lalu menepukkan ke dahi.

"Astagfirullah haladzim...."

Liana terperanjat karena tindakan spontan dari sahabatnya itu. "Lo kenapa? " Tanya Liana.

Caroline menatap Liana. "Gue lupa ngambil ponsel di laci, ketinggalan! " Ucapnya histeris.

Liana menarik napas pelan, Caroline memang sudah pikun sepertinya. Pasalnya gadis itu selalu meninggalkan apa saja bahkan sampai hilang tidak tau dimana letaknya.

"Ya udah. Ayok ambil, gue temenin." Liana menarik tangan Caroline tapi lagi lagi ditepis halus olehnya.

"Ga usah, gue sendiri aja."

Liana memajukan wajah sambil memicingkan kedua matanya menatap Caroline. "Ada yang lo sembunyiin ya dari gue? Makanya lo ga mau ditemenin. Ngaku ga lo?!"

"Enak aja lo, ga ya!" jawabnya membela diri.

"Halah, mana ada maling ngaku. Lo jual ganja? Atau sabu? Atau jangan jangan lo mau nyimeng ya?!" Tuduhnya kepada Caroline.

Sedangkan Caroline, gadis itu hanya bisa menggeleng geleng tidak percaya akan tuduhan Liana. Sabar, untung Liana sahabat satu satunya yang ia punya. Kalau tidak sudah dipastikan Liana akan dihapus dari daftar persahabatan mereka.


"Gue ga bohong, ponsel gue ketinggalan bego! Ya kali muka secantik gue mau nyimeng. Lo kalo ngomong suka ga di rem. "

"Lah terus kenapa gue ga boleh ikut? "

EMBUNG SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang