15\

837 172 16
                                    


"Ne Semi-semi, bagaimana cara ikan bernapas."

Semi Eita melotot, dia menonyor kepala merah Tendou yang duduk tepat disampingnya. "Itu pertanyaan anak SD, jelas menggunakan insan!"

Tendou mengangguk.

Kemudian kembali bertanya, "kalau sapi?"

"Tentu saja paru-paru," jawab Semi.

"Kalau serangga?"

Tendou kembali bertanya. Aku heran, bukannya semua pertanyaannya sudah terangkum jelas di buka Biologi.

"Menggunakan Trakea."

"Kalau Cacing?"

"Menggunakan kulit."

Semi nampaknya kesal, tapi ia berusaha sabar dengan menyuap nasi kari kedalam mulutnya, berharap bisa mengalihkan kekesalannya.

"Nah, kalau Putri Duyung?"

Semi tersedak, Ohira Leon bergerak cepat memberikan tisu padanya. Setelah itu Semi menggebrak meja, raut wajahnya seperti ingin melahap Tendou bulat-bulat.

Tapi Tendou tidak takut, ia justru tertawa lebar.

Tangannya dikibas-kibaskan. "Semi-semi jangan marah, biar aku beri tahu jawabannya, Putri Duyung bernapas dengan insan. Kau tak tahu?"

"Hah?! tentu saja menggunakan insan, mereka hidup diair!" sahut Semi sewot.

Leon ikut menyahut, "bukannya lumba-lumba juga hidup di laut, tapi mereka bernapas menggunakan paru-paru."

"Tapi Lumba-lumba mamalia, makanya bernapas dengan paru-paru," kata Semi.

"Betul itu!" Tendou sependapat.

"Jadi Putri Duyung bukan mamalia? mereka bertelur?" tanyaku.

Ketiga orang yang duduk bersamaku, saling melihat. Kemudian melambaikan tangan tanda menyerah.

Apa yang salah?

-TBC-

(F)unTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang