...
..
.
Win memeluk Bossa yang kini sedang berdiri di hadapannya. Anak itu tampak sehat dan manis. Bright tersenyum. Ia lega karena melihat Bossa sangat menerima Win. Tangan Bright terjulur untuk mengelus kepala Win yang kini tengah berjongkok sambil memeluk Bossa.
Win mendongakkan kepalanya untuk melihat Bright yang masih tersenyum sambil mengelus kepalanya. Perlahan-lahan Bright membungkukkan badannya dan memperkecil jarak antara mereka berdua. Saking dekatnya, Win sampai dapat merasakan deru napas Bright di bibirnya.
Tak lama kemudian dengan lembut bibir Bright menempel di bibir Win. Berkali-kali Bright melakukannya. Dan Win merasakan ada yang aneh di dadanya setiap kali Bright bibir mereka bersatu. Seperti ada yang menekan-nekan dan memompa jantungnya. Apa ini efek hebat ciuman pertama?
Bright membelai pipi Win sambil menatap matanya. Bibir mereka pun berulang kali menempel. Lagi dan lagi Win merasa jantungnya seperti tertekan dengan berlebihan. Perlahan-lahan belaian Bright itu pun terasa sakit.
Kenapa?
"Khun Win!" panggil Bright dengan suara kencang.
"Met!" Kali ini terdengar suara Bossa.
"Khun Win!" panggil Bright lagi sambil membelai kasar pipi Win. Bibir Bright kembali terasa menyapa bibir Win. Begitu lembut namun memenuhi rongga mulutnya.
"Metawin, bangunlah!"
Eh? Bangun?
Win sadar. Ia membuka matanya perlahan. Terlihat dua wajah di hadapannya. Wajah penuh kelegaan yang seketika menjadi wajah datar milik Bright dan juga wajah penuh senyum jahil milik Bossa. Ternyata tadi hanya imajinasi Win. Dia merasa kepalanya pusing. Otomatis dia memegang kepalanya. Rambutnya basah. Kenapa?
"Apa kau mau mati, hah?!" teriak Bright secara tiba-tiba. Pertanyaannya barusan tentu saja retorik.
Win memegang kepalanya karena pusing. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi. Otaknya seperti buntu sejenak. Beberapa detik kemudian ia berhasil memproses ingatannya. Mereka bertiga masih berada di tepi kolam renang. Dia mengembuskan napas lega karena masih hidup.
Dilihat kembali sekitarnya. Alisnya mengerut ketika melihat Bright basah kuyup. Sepertinya Bright menolongnya tadi. "Tuan, apa kau menolongku?" tanya Win dengan suara lemahnya.
Bright mendesah kasar sambil memejamkan matanya. Ia mencari ketenangan tapi ternyata gagal. "Apa kau pikir aku akan membiarkan kau mati tenggelam di rumahku? Bukankah kau tidak bisa berenang? Kenapa kau loncat, hah? Kolam itu dalam! Kenapa tidak memanggilku? KAU MAU MATI?!" bentak Bright kepada Win.
Bossa tersenyum penuh kemenangan melihat adegan ini. Anak itu menjulurkan lidahnya pada Win dari belakang Bright. Begitu melihat Bossa, Win otomatis menggerakkan tubuhnya yang masih terasa lemah. Bossa sempat takut. Win menarik tubuh Bossa ke dalam pelukannya. Ia memeluk Bossa dengan erat. Ia tidak peduli dengan Bright yang sampai sedikit terjungkal lalu terduduk karena pergerakan tiba-tiba dari Win. Bright hanya bisa memperhatikan interaksi antara Win dan Bossa.
"Aku mohon jangan pernah lakukan itu lagi, Boss. Aku sangat khawatir!" ucap Win dalam tangisnya.
Bright masih terduduk, dia diam begitu melihat Win yang menangis sambil memeluk Bossa. Bossa sendiri menatap mata Bright melalui pundak Win. Bright memberikan senyumannya pada Bossa. Kepala anak nakal itu dibelainya pelan.
Bossa yang sempat takut tadi, kini memeluk leher Win. "Maafkan aku, Met. Jangan sedih, ya," jawab Bossa dengan nada menggemaskannya.
Win masih terus memeluk Bossa sambil menggoyang-goyangkan badan Bossa ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa Bossa masih berada di pelukannya dan tidak tenggelam. Win lega bukan main. Ia akan merasa sangat bersalah kalau Bossa kenapa-napa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BrightWin ― My Baeby
FanfictionUnpublished untuk editing. Kalau ada yang kangen cerita ini bilang saja lewat komen atau wall profil atau DM atau mention twit atau mana saja, nanti aku usahan up berkala ^^ ________________ Mencintai anaknya―sebagai bonus, cintai juga ayahnya. ====...