4: Pihak Ketiga

7.7K 934 93
                                    



...

..

.



Bright mendesah panjang sambil memijat keningnya. Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa Bossa akan membujuknya untuk menerima pria muda nan ceroboh–yang masih berada di ambang pintu—untuk menjadi pengasuhnya.

Rasa ragu begitu menghantui. Pengasuh anak yang sudah berpengalaman saja tak sanggup menangani Bossa, apalagi anak muda dengan segudang pengalaman pemecatan seperti Win? Bisa-bisa baru satu hari anak muda itu akan bernasib sama dengan pengasuh lainnya.

Bright kembali mengatur napas.

Tapi, jika Bossa sampai membujuk seperti ini, bisa jadi Bossa benar-benar suka pada Win. Tak pernah sekali pun Bossa membujuk Bright untuk menerima seorang pengasuh. Mungkin Win berhasil menaklukkan Bossa ketika bermain sebentar tadi. Intinya Bossa hanya butuh teman bermain bukan? pikir Bright lagi.

"Boss, kau keluar dulu. Dadi ingin membicarakan kontrak kerja dengan Win."

Mendengar perkataan Bright barusan, Win dengan spontan lalu berdiri. Rasa ngilu di kakinya karena sempat menyamakan tinggi dengan tubuh Bossa pun terlupakan. Senyuman lebar terpajang di wajahnya. "Apa aku diterima, Tuan?" tanya Win tanpa sadar dengan suara melengking, saking kagetnya.

Bright menatap Win sebentar, yang ditatap hanya sibuk mengerjapkan matanya dengan mulut sedikit terbuka karena sedang senang. Ia mengepalkan tangan seolah membuat dirinya sendiri percaya bahwa dirinya berhasil mendapatkan pekerjaan. 

Bright tak bicara, dia hanya menjawab dengan anggukan dan wajah datarnya. Setelah itu dia mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya, seolah memanggil Win untuk duduk kembali di meja kerjanya.

Win yang bahagia otomatis memeluk Bossa. Dia begitu senang akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan. Dia sudah membayangkan dirinya—akhirnya—bisa ikut patungan membayar kontrakan, dan juga mulai menabung untuk membayar sidang tugas akhir kuliahnya. Gaji dari bos seksi di hadapannya ini tak mungkin berjumlah kecil bukan?

Karena begitu asik dengan rasa bahagianya, Win tak menyadari satu hal. Bossa kini sedang tersenyum jahil di dalam pelukan Win.

"Kau menyukai Dadiku!"

Win yang kaget dengan bisikan Bossa di telinganya, otomatis langsung melepaskan pelukan. Dia menatap wajah Bossa. Pria kecil itu tengah membalas tatapan Win. Senyuman menyeringai terpasang di wajahnya. Dengan wajah seperti itu, Bossa benar-benar tampak seperti seorang anak jahil. 

Tanpa basa-basi lanjutan Bossa menjulurkan lidahnya sambil menarik turun mata kanannya untuk meledek Win. Setelah itu dia berlari ke luar ruangan, sesuai perintah ayahnya. Dia sama sekali tak peduli dengan Win yang terkaget dengan mulut terbuka.

Win mengerjapkan matanya, mencoba mencari Bossa yang sempat tampak imut ketika mempertahankannya agar diterima bekerja oleh Bright. Apa Bossa hanya berniat menjahili Win? Jangan-jangan dia membujuk Bright untuk menerima Win karena ingin sekedar menyiksa Win lebih lama?



=0_0=



Ruang demi ruang disusuri oleh dua sosok manusia dewasa. Yang satu dengan serius memperkenalkan tiap sudut rumah yang didominasi warna putih, dan yang satunya lagi sibuk terkagum-kagum sambil sesekali mencuri pandang pada sosok seksi berpundak lebar yang kini sedang mengajaknya menyusuri tiap sudut rumah.

[✓] BrightWin ― My BaebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang