8: Pria Pohon

6K 739 83
                                    

...

..

.

Cuaca di hari minggu pagi itu cukup cerah. Matahari bersinar dengan bebas, tanpa ada hambatan awan kelabu pembawa air hujan. Dua mahluk berwujud Tay dan Bossa kini sudah berada di depan rumah berwarna pink ungu, tempat tinggal Win.

Mereka berdua memutuskan untuk mengintai gerak-gerik Win. Lebih tepatnya Bossa merengek pada Tay, dan Tay juga terdorong rasa ingin untuk mengetahui secara detail mengenai Win, sosok yang Tay yakini mulai dilirik oleh serigala tua.

Dan di sinilah mereka, serius mengintai dari dalam mobil, lengkap dengan kacamata hitam ala mata-mata. Bossa dengan asyik mengunyah burger, sedangkan Tay menyesap cokelat hangat yang mereka beli di resto cepat saji depan komplek perumahan. Sudah sekitar sepuluh menit mereka berada di sana.

"Paman, apa Win masih tidur?" tanya Bossa sambil mengeluarkan lembar sayuran yang masih terselip di antara himpitan burger dengan wajah jijik. Sayuran itu Bossa sodorkan ke mulut Tay. Mulut Tay otomatis terbuka lalu mengunyah sayuran yang masuk ke mulutnya. Setelah itu Tay hanya mengangkat bahu, menjawab pertanyaan Bossa sambil menyesap minumannya.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Tulisan 'Serigala Tua' terpajang di sana. Otomatis dia memutar bola matanya malas. Niatnya sih tidak mau mengangkat teleponnya itu, namun serigala tua yang juga keras kepala itu terus menelepon. Mau tak mau Tay mengusap tombol hijau di ponselnya. "Ada apa?" tanya Tay malas.

"Kau bawa kemana Bossa?" Bright memang bukan tipikal yang akan bertanya dengan basa-basi.

"Tenang! Aku membawanya jalan-jalan untuk makan burger. Aku sudah janji padanya sejak kemarin." Well ... secara teknis Tay tidak berbohong. Tapi ... memang kurang jujur sedikit.

Terdengar Bright mengembuskan napasnya dengan kasar. "Jangan kau ajarkan hal buruk padanya jika kau masih ingin hidup. Dia sudah cukup jahil untuk anak seumurnya!" Tay bisa menangkap kalau Bright separuh memberi ancaman barusan.

Tay hanya terkekeh geli mendengar omelan serigala tua itu. Memang Bossa aneh. Tapi, sungguh! Tay tak pernah mengajarkan hal buruk padanya. Tay adalah definisi sempurna seorang 'Paman yang Baik Hati dan Tidak Sombong', mana mungkin dia mengajarkan hal-hal aneh pada Bossa. "Tenanglah! Dia memang pintar sejak awal," canda Tay pada Bright.

"Kuingkatkan sekali lagi, jangan kau ajarkan dia hal buruk!" ucap Bright masih dengan nada seriusnya.

"Siap, Kapten!" ucap Tay lalu menutup teleponnya. Sama sekali tak menunggu sang serigala tua memberikan kalimat penutup pidato.

"Dasar, Serigala Tua!" caci Tay sambil menyimpan ponselnya di saku jaket.

Bossa menolehkan kepalanya. Tangannya menunjuk wajah Tay dengan jemari gempalnya. "Hei! akan kulaporkan pada Dadi!" Bossa dengan santai ikut minum dari gelas Tay.

Tay hanya terkekeh geli. Ia kembali mengalihkan pandangannya pada rumah berwarna pink dan ungu itu sambil sesekali memastikan Bossa minum dengan baik.

Tak lama kemudian New keluar dari pintu rumahnya. Dia berjalan ke teras rumah sambil membawa ketel untuk menyiram tanaman.

"Paman, lihat itu!! Win benar-benar menyimpan pacar di rumahnya!" ucap Bossa sambil terus menunjuk-nunjuk arah rumah itu.

Mata Tay menatap New dengan lekat. Dia yakin kalau itu teman Win yang pernah mengancam untuk membunuhnya ketika hari wawancara Win, seminggu lalu. "Tidak mungkin itu pacarnya, Boss, dia hanya teman Win. Lagi pula dia itu kekanak-kanakan dan kasar. Mana mungkin Win mau berpacaran dengan orang seperti itu! Hanya orang gila yang mau."

Bossa mengelap jemarinya dengan tisu basah. "Benarkah? Kalau begitu kau harus berpacaran dengan pria itu. Aku tidak mau dia merebut Win dari Dadi!" Bossa menarik-narik tangan Tay sambil merengek. Sisa saus burger bahkan sedikit menempel di kemeja yang Tay pakai.

[✓] BrightWin ― My BaebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang