5: Jahil

7.8K 874 266
                                    

...

..

.

Hari ketiga bekerja sebagai pengasuh anak. Di luar dugaan Win menikmati hari-harinya untuk mengasuh Bossa. Anak kecil itu memang jahil. Tapi pelan-pelan dia menempel dengan Win. Dia tak rewel. Apa pun yang Win arahkan untuk dia lakukan dia menurut walau kadang memang dia menjahili Win.

Karena dirasa sudah berhasil melewati masa percobaan, Bright mempercepat tanda tangan kontrak. Bright juga melihat bahwa Bossa cocok dengan Win. Sesekali dia menanyai Bossa apakah dia menyukai Win. Dan jawaban Bossa membuat Bright yakin kalau memang Win adalah orang yang tepat. Asal Bossa senang, Bright juga ikut senang. 

Mereka bertiga kini tengah duduk di ruang kerja Bright untuk tanda tangan kontrak. 

"Ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Bright sambil mengusap-usap kepala Bossa yang saat ini berada di pangkuannya.

Bossa sedang asik menggambar empat orang di atas kertas putih dengan menggunakan krayon warna-warni, hadiah dari Win. Sebenarnya itu hanya krayon murah, tapi Bossa dengan senang hati memakai itu untuk menggambar.

Di gambar itu ada satu pria kecil yang Win yakini itu adalah Bossa. Kemudian ada dua pria tinggi yang berdiri di samping kanannya. Salah satu pria itu memegang tangan Bossa dan Win yakin itu adalah Bright. Pria yang satu lagi Win yakini sebagai sosok Tay.

Namun, siapa sosok yang satu lagi? Dengan jelas sosok itu adalah Seorang wanita karena bibirnya diwarnai merah oleh Bossa. Wanita itu berambut panjang, memegang tangan kiri Bossa sambil tersenyum. Win sempat ragu sebentar. Dia mengumpulkan keberanian untuk menanyakan satu hal yang tiba-tiba terlintas kembali dan sesungguhnya begitu mengganjal pikiran sedari awal.

"Tuan, di mana ibunya Bossa?"

Bright mengalihkan pandangannya ke arah Win. Dia berhenti mengusap kepala Bossa dan tetap diam. Tatapannya begitu dingin. Win menelan ludahnya. Sepertinya dia melakukan hal yang salah.

Sambil terus menggambar Bossa menjawab Win. "Mamaku sedang pergi dengan temannya. Mungkin bulan depan dia singgah ke rumah ini. Mamaku itu cantik sekali, seperti bidadari." Bossa berhenti menggambar lalu mendongakkan kepala untuk melihat Bright. "Benar kan, Dadi?"

Tampak Bright memejamkan matanya sebentar lalu akhirnya mengangguk sambil tersenyum, seolah mengiyakan perkataan Bossa.

Win merasa ada yang aneh dengan dirinya ketika mendengar jawaban Bossa. Tanpa sadar bahunya terjatuh karena kecewa. Ternyata pria seksinya itu sudah beristri. Win membuat catatan untuk mengubur rasa kagumnya pada Bright. Sambil tersenyum menahan kecewa. Ia berusaha menyembunyikan rapat-rapat tentang apa yang ia rasakan.

"Boss, Bisa kau tinggalkan Dadi dan Win? Masih ada yang harus kami bicarakan," ucap Bright kepada Bossa.

"Oke, Dadi!" jawab Bossa masih dengan nada lucunya.

Dengan segera Bossa berlari keluar, meninggalkan kertas gambarnya di atas meja. Tampak Bright menatap kertas gambar itu sebelum akhirnya angkat bicara. "Ada satu hal lagi yang terlarang bagimu. Jangan pernah bertanya mengenai ibu Bossa. Apalagi di depannya."

Win mengangkat pandangannya, menatap Bright yang masih memandang nanar hasil gambar Bossa. Dan seperti biasa, Win selalu melakukan hal sebaliknya. "Kenapa? Apakah ada sesuatu yang ingin kau ceritakan, Tuan?" tanya Win masih menatap Bright dengan lekat.

Bright mengembuskan napas sambil memegang keningnya. "Bukankah baru saja kubilang, jangan pernah bertanya mengenai hal itu?" sindir Bright dengan nada dinginnya.

"Memangnya kenapa, Tuan?" tanya Win lagi yang seolah tak mendengar perintah dari bosnya itu. "Tentu kau punya alasan untuk itu."

Bright hanya bisa menatap tak suka pada Win. Dan untungnya kali ini Win mengerti bahwa Bright sedang dalam keadaan serius. "Maafkan aku, Tuan," ucap Win sambil menunduk.

[✓] BrightWin ― My BaebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang