14: Tentang BBM (Bright, Bossa, Mild)

5.6K 668 90
                                    

...

..

.

Saat itu, matahari sudah mulai menuju barat. Bright memacu mobilnya dengan cepat, ingin segera sampai di rumah ketika mendengar Mild baru saja kembali dari luar negeri. Amplop surat panggilan dari pengadilan bersarang di saku jas. Dan hal itu harus segera ia bicarakan dengan Mild tanpa tunda.

Sesampainya di rumah Bright langsung melangkah lebar sambil membuka jas. Dia juga mengendorkan dasi yang lama-kelamaan terasa mencekik. Dia menuju ruang kerjanya. Mild dan Tay sudah menunggu di dalam ruangan tersebut.

Kepala Tay dan Mild langsung terfokus ke ambang pintu ketika Bright membukanya. Mild tengah duduk di kursi depan meja kerja Bright, dan Tay duduk di sisi jendela. Tampak sekali kalau suasana ruangan itu tegang dan kaku sebelum kedatangan Bright.

Begitu melihat Bright, Mild langsung berdiri, menyambut Bright dengan senyuman lebar nan ceria. "Dadi, ada apa kau menyuruhku datang? Aku sedang mempersiapkan barang-barangku untuk pergi lagi ke Boston," ucap Mild sambil menggelayut di tangan Bright.

Bright hanya memutar bola matanya. Dia membiarkan Mild menggelayut lalu duduk di kursi kerjanya. Mild pun langsung kembali ke posisi semula, duduk persis di hadapan Bright dan hanya dipisahkan meja kerja Bright.

Bright mengembuskan napas. Tangan kanannya tersiku di meja. Dia memijat pelan kening sambil mengatur napas. Kacamata yang biasa ia pakai bekerja langsung ia simpan di laci meja.

Setelah cukup merasa tenang, Bright mengubah posisi duduknya untuk tegak.

"Bisa kau jelaskan padaku, apa maksud semua ini?" tanya Bright sambil melempar surat panggilan dari pengadilan ke atas meja.

Alis Mild terangkat. Desahan kasar dari Tay mengisi ruangan. Dia kini medekat untuk juga duduk di kursi sebelah Mild, berhadapan dengan Bright.

Mild dengan segera membaca surat yang dimaksud Bright. Bibirnya komat-kamit berusaha mencerna tiap kalimat yang menjadi isi surat itu. Keningnya sempat mengerut, setelah itu matanya membesar dan panik melandanya.

Dengan perlahan dia kembali menghadap Bright. Tubuhnya sedikit condong untuk mengambil tangan Bright yang ada di atas meja.

"Bright ... A-aku bisa jelaskan ini semua," ucap Mild dengan nada bergetar. Nada manja dan manis ketika dia memanggil Bright dengan sebutan 'Dadi' pun hilang entah ke mana. Mild beralis menjadi sosok serius dan separuh ketakutan sekarang.

Tubuhnya berjengit ketika Bright menepis tangannya. Belum lagi Tay menggebrak meja.

Bright melempar tatapan dingin pada Tay, dia tak suka dengan kelakuan sepupunya. Namun Tay tak ambil pusing. Dia sudah keburu emosi.

"Kau memang di sini untuk itu. Segera kau jelaskan!" Tay menghujani Mild dengan nada dingin dan tatapan tak bersahabat.

Mild melirik ke arah Bright lalu Tay. Tak ada satu pun yang memberinya tatapan menenangkan. Ia merasa dikepung. Sebagai pengalihan, ia memainkan jemarinya sendiri. Berusaha agar bisa bicara dan menenangkan dirinya yang mulai kalut.

"O-orang tuaku ... akhir-akhir ini s-sering melihat teman-temannya me-membawa cucu. M-mungkin mereka se-sedikit iri dan—"

"Kenapa tidak memintanya dari awal!" bentak Bright sambil menggebrak mejanya. Dia tak memberi Mild kesempatan untuk bicara lebih lanjut. Akhirnya ia juga lepas kendali.

Mata Mild membesar. Setetes air mata berhasil mengalir. Tay hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengembuskan napas kasar.

Mild berdiri, ia melempar surat panggilan pengadilan ke atas meja. Dia juga ikut emosi.

[✓] BrightWin ― My BaebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang