PART : 7 || INSIDEN KURINAI

236 204 220
                                    

   Akhir-akhir ini, bila diperhatikan. Sekelompok penindas itu tidak lagi duduk bersama atau bersenda gurau bersama. Biasanya mereka srlalu jalan bertiga. Selalu bersama. Ada apa? Tentu aku tidak memperdulikan urusan mereka. Yang aku ketahui tentang mereka adalah penindasan dan sebuah permainan yanga akan menyeretmu ke dalam masalah yang tiada habisnya.

   ▪ JAM ISTIRAHAT

   "Haha..." tawanya setelah mencoba menghiasiku seperti dirinya.

   "Kau coba ini. Astagah! Kau sangat manis Sakura." tambahnya seraya memakaikan topi miliknya padaku.

   "Kurinai... jangan lakukan ini." pintaku nada lembut.

   Dari sudut sana aku bisa melihat Tsuki Yaku yang sedang duduk menikmati makanannya. Tak lama kemudian Tsunara sang Penyihir menghampirinya. Aku dan Kurinai memperhatikan mereka yang sedang duduk bersama. Sangat nampak jelas mereka membicarakan sesuatu. Tsunara berbisik ditelinga Tsuki Yaku. Dalam hati kecil ini. Apa sebenarnya yang mereka sembunyikan.

   Setelah selesai berbisik, kemudian Tsunara kembali duduk dan menatapku. Tatapan itu membuatku khawatir akan hal sesuatu yang belum tentu terjadi. Akibatnya keningku berkeringat.

   "Apa kau yakin?" tanya Tsuki Yaku tak percaya.

   "Tentu saja, aku mendengar Sakura bicara seperti itu. Waktu itu aku ingin sekali menamparnya. Tapi, disana ada wanita sialan itu, maksudku Kurinai. Kupingku terasa panas tahu itu." ceritanya dengan berita palsu yang sunggu tidak dapat dipercaya. Dengan menjual namaku Tsunara merasa menang.

   "Jika benar seperti itu, maka aku tak ingin lagi berbaikan lagi dengannya." sahutnya seraya mengepal satu tangannya. Wajahnya terlihat begitu kesal dan tak terima.

   Tsunara memang pandai bermain api. Mengarang cerita sehingga itu terlihat benar. Setelah mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Tsuki Yaku itu membuatnya bahagia tiada main. Hanya dengan memberi cerita bohong, satu nama menjadi mati karenanya. Itulah yang diinginkannya, agar semua seperti yang seharusnya. Benar-benar wanita licik.

   "Menurutmu apa yang mereka bicarakan?" tanya Kurinai padaku yang tidak ingin mendengar pertanyaan seputar urusan mereka.

   "Entahlah. Untuk apa peduli? Bukan urusan kita." jawabku dengan jelas.

   " 2 JAM BERLALU "

   Waktu begitu cepat berlalu ..

   Siang ini.
   Aku dan Kurinai cepat-cepat untuk pulang. Karena ini mendesak sekali, aku menyuruh Kurinai menunggu di gerbang. Aku berjalan ke arah Perpustakaan untuk mengembalikan srbuah buku paket Matematika yang minggu lalu belum sempat aku kembalikan. Setelah semuanya selesai, aku kembali ke Kurinai dengan lebih mempercepat jalanku. Tapi aku merasa aneh. Merasa ada yang mengikuti dari belakang sedari tadi saat di perpustakaan.

   Saat melihatnya yang masih berdiri di depan gerbang sekolah, ketika itu aku langsung tersenyum melihatnya yang masih menunggu.

   Kurinai selalu mengemut permen saat pulang sekolah dan jam istirahat. Karena itu membuatnya lebih nyaman. Entah, aku tidak mengerti. Bahkan, hampir setiap hari dia mengkonsumsi permen manis itu. Jika kalian melihatnya ke dalam tasnya, memang dia membawa setidaknya 3 batang permen.

   Siang ini...
   Walau matahari telah terik, namun kali ini senyuman Kurinai menyejukkan pandangan dan hatiku. Seakan terasa senyuman itu, baru terlihat di atas wajah manis Kurinai. Dengan cepat aku menyambangi Kurinai yang sudah lama menungguku.

   Perjalanan pulang ini selalu berakhir di persimpangan jalan. Entah mengapa pisah arah jalan pulang kali ini, aku merasa sedikit berbeda dari yang biasanya. Apa mungkin aku berlebihan? Aku mulai gelisah. Sebenarnya ada apa denganku? Lambaian tangan dan senyuman kami membuatku merasa takut.

CHANGE || TERBIT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang