PART : 15 || PERUBAHAN SAKURA

169 147 60
                                    

   Sataru mencoba menghubungi kedua orangtuanya. Ia merasa sangat ingin membalas dendam. Dan kini, aku tidak akan pernah takut akan balas dendam itu. Aku akan tetap bertahan bersama sahabatku.

   Bolak-balik merasa gelisah Sataru berharap ia ditelfon balik oleh Ayah atau Ibunya. Ternyata, Ayah dan Ibunya menuju kemari. Dan Sataru tidak tahu kepulangan orangtuanya.

   Ibu dan Ayahnya tengah sibuk berbenah di bandara yang di padati oleh para pengunjung yang lain. Ayahnya melihat tiga panggilan tak terjawab dari Satatu dan satu oesan yang dikirim olehnya. Ayahnya hanya melihat, namun tidak langsung membalas untuk menelfonnya. Bagi sang Ayah, pekerjaan lebih penting. Bisnisnya lebih berharga dari pada memperhatikan sang anak yang selalu berulah.

   "Sayang. Cepatlah." ucap sang Ibu kepada suaminya.

   "Kau duluan saja. Nanti aku menyusul. Aku harus menghubungi seseorang." jawab suaminya.

   Mereka para orangtua terlalu sibuk hingga tidak becus untuk memperhatikan anak seperti Sataru.

   Ayah Sataru bermain dibelakang Ibunya. Sang Istri selalu mengikuti kemanapun suaminya pergi. Selalu menuruti. Sang istri memang memiliki bisnis, tapi cintanya kepada suaminya tidak dapat mengalahkan pandangannya untuk sibuk dengan pekerjaannya.

   Sang suami menelfon wanita simpanannya. Sataru mengetahui sang Ayah seperti itu.

   Mobil merekapun melaju dengan cepat menuju rumah. Rumah yang di tempati Sataru dengan menunggu telfon balik dari sang Ayah atau pun sang Ibu. Namun mereka begitu sangat sibuk hingga terbiasa mengabaikan Sataru. Mereka memang selalu seperti itu.

   Gerbang rumahnya dibuka, orangtuanya telah tiba dengan selamat. Sataru terkejut melihat kepulangan sang Ayah dan Ibunya. Menengok Sataru saja tidak, apa lagi menyapa dan menanyakan kabarnya.

   Sataru hanya terdiam kaku menahan rasa amarah yang membara. Wajahnya terlihat ingin membunuh seseorang yang dapat mengecewakannya.

   "Ayah. Aku. Aku diskors dari sekolah." seru Sataru akhirnya.

   Sang Ibu menatap tidak suka kepada anaknya sendiri.

   "Ayah tahu. Kau memang hanya tidak berguna melakukan apa pun." jawab sang Ayah menjatuhkannya.

   "Kau tidak becus menjaganya." ujar sang suami kepada sang istri.

   "Apa? Aku sibuk dengan bisnis dan bersamamu." balasnya tak mau kalah.

   Merekapun masuk ke dalam. Sataru berjalan tak berbicara lagi. Sataru tahu, jika akan seperti ini. Ia selalu mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.

   Sataru duduk di atas sofanya, di kamar inilah ruangan redup tanpa suara.

   "Kalian. Kalianlah tidak becus." gumam hatinya menyahut.

   Hiburan dari Sataru adalah teman. Ia pun langsung menghubungi Tsunara. Dan bergegas pergi ke tempat Tsunara. Penghuni rumah ini hanya seperti seolah-olah bayangan hidup yang nampak mati.

                                  •••

   - Tiga Minggu Kemudian -

   Sataru bersiap dengan sangat rapi untuk bersekolah setelah berhari-hari tidak masuk kelas karena diskors dengan Tsunara.

   Rasa penyesalan Sataru dan Tsunara sama sekali tidak ada dalam otaknya. Yang ada, balas dendam harus selalu ditingkatkan, apapun resikonya. Itulah jalan pikirnya Sataru sang Raja Monster.

   "Sakura! Cepatlah. Sopir kita sudah menunggu." seru Kurinai merasa girang.

   Mendengar itu, aku merasa menggelengkan kepala sembari berpikir. Aku mengenakan kaca mata baru, yang dibeli oleh teman baruku. Ketika aku berkaca, apakah ini sebuah kepingan kecil dari mimpi itu? Haha. Aku selalu tersenyum menatap cermin. Karena tidak ingin mendengar Kurinai berteriak lagi, jadi aku langsung keluar.

CHANGE || TERBIT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang