PART : 6 || SIKAP ANEH SI MONSTER

239 203 247
                                    

Matahari di tempatku lahir dari sudut timur yang bisa disaksikan setiap pagi saat aku memulai bergegas ke sekolah. Dan para pekerja mulai berangkat menuju tempat kerja mereka dengan penuh semangat.

Keramahan dan senyum simpul yang selalu menghiasi bibir Ibu adalah sebuah keindahan dipagi hari yang selalu menyapaku ketika ia menyiapkan sarapan untukku. Sungguh beliau penuh perhatian padaku. Selama ini Ibu tidak pernah melepaskan pergi senyumnya yang selalu tegar tanpa mengeluh.

Ibu adalah sosok satu-satunya penguat bagiku, semenjak Ayahku meninggal.

_ RIKYU HIGH SCHOOL _

Setiap lembar soal dibagikan ke setiap tempat duduk teman-teman. Setelah lembar soal selesai dibagikan ke seluruh siswa, ada yang mencuri perhatian Sensei Uriko. Siswa tersebut adalah Tsuki Yaku, sang ketua kelas.

Ternyata Sensei Uriko telah lama mengenal kedua orangtua dari Tsuki Yaku. Sensei Uriko adalah teman dekat kedua orangtua Tsuki Yaku semasa kuliah dulu.

Sensei Uriko terus saja memandangnya, namun yang diperhatikan hanya sibuk melamun entah apa yang berada dalam pikiran mereka. Sampai akhirnya pelajaran berakhir di waktu dalam perut memanggil.

•••

Ketegangan sama sekali tak nampak dalam raut wajah Sataru sang penindas. Banyak yang bertanya, kira-kira apa yang didapat oleh Sataru yang melawan Sensei. Dia berjalan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Aku dan Kurinai tidak ingin ikut campur dalam masalah ini, bahkan seluruh masalah yang terkait dengannya.

Tapi, Kurinai sama sekali tak bisa menahan rasa penasarannya tersebut dan pada akhirnya kami menguntipnya dari jarak yang tak terlalu jauh, karena yang berdiri bolak-balik di depan pintu masuk di ruang Pak Kepala Sekolah tersebut adalah Tsunara. Itu yang membuatku menghentikan Kurinai yang berniat lebih mendekat ke pintu. Semakin lama menunggu, semakin membuat seorang Kurinai sangat terganggu. Benar-benar tidak sabaran.

"Mengapa kau lagi?" tanya Pak Kepala Sekolah, seraya geleng-geleng.

Seakan, hanya Satarulah yang selalu membuat onar dan kegaduhan. Memang tidak dapat berdalih. Dialah satu-satunya siswa yang berani tanpa takut untuk berperilaku tidak hormat kepada setiap Sensei yang mengajar.

"Entahlah." balasnya, santai.

"Perbaiki sikapmu, hanya kau yang melampaui batas." ujarnya, menasehati dengan sabar.

Jika bukan karena Ayah Sataru, mungkin Sataru telah tamat dan berakhir menjadi anak yang tidak berguna. Karena berkat Ayah Sataru, sekolah ini terus berdiri. Serta kedua orangtua Tsuki Yaku dan Tsunara.

"Tidak! Itu memang harus tidak terbatas, apa salahku yang memang seperti ini? Sudah, aku sedang tidak ingin mendengar nasehatmu." sambarnya begitu ringan berkata.

"Cukup! Kau bisa keluar dari ruanganku sekarang juga." ujarnya, sembari mengelus dada dan langsung meminum secangkir teh dihadapannya.

Tanpa membalasnya lagi, Sataru keluar dari ruangan Pak Kepala Sekolah. Hanya dia yang berani seperti itu. Mungkin saja, dia tidak memiliki urat tak tahu diri.

Murid seperti dia pantasnya diberhentikan saja dari sekolah ini. Tidak. Itu mana mungkin terjadi, dikarenakan Sekolah ini milik orangtua mereka si para Monster, yaitu Sataru, Tsunara dan Tsuki Yaku. Lalu, siapa yang hendak berani melawan atasan yang berkuasa? Jika hanya bisa menuduk saja. Harusnya aku tidak bersekolah di tempat ini, namun almarhum Ayah telah mengeluarkan biaya besar untukku bersekolah. Karena itu, aku masih berjalan disini.

•••

Pancaran sinar matahari yang sudah terik sekali membuat tempatku panas. Aku dan Kurinai berpisah ketika berada di gerbang sekolah. Kami saling melambaikan tangan yang mengantari kepulangan kami. Pikiranku menggambarkan perpisahan seorang sahabat yang akan pergi jauh. Tidak. Aku terlalu berlebihan.

CHANGE || TERBIT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang