~ Beberapa Minggu Kemudian... ~
Aku, Ibu dan Bibik sudah berada di tempat rumah sakit. Hari ini Kurinai sudah diperbolehkan pulang. Ia pun sudah sangat terlihat sehat. Ia kembali menjadi Kurinai seperti biasanya. Kurinai yang ceria.
"Ayo cepat Bibik. Aku akan pulang." ucapnya merasa riang.
"Wah... dia terlihat lebih segar ya." sahut Bibik mencubit pipinya.
Aku dan Ibu tertawa kecil melihat Kurinai kembali pulih sehat. Dan melihatnya riang seperti itu, tidak ada lagi kebahagian yang lebih dari cukup sepertinya.
Ketika sudah sampai diluar area rumah sakit. Kami menunggu Taxi untuk di tumpangi. Dengan mengejutkan Tsuki Yaku datang membawa mobil untuk menjemput kami. Aku tidak tahu dari mana ia mengetahui bahwa Kurinai sudah diperbolehkan pulang. Ternyata Kurinai sebelum itu menelfon Tsuki Yaku untuk meminta di jemput. Diluar dugaanku sendiri. Kurinai selalu berbuat hal-hal yang membuatku terkejut.
"Tsuki Yaku." ucapku.
Tsuki Yaku tersenyum lebar sembari melayani kami seperti seorang majikannya. Aku mengalihkan pandangan, merasa gugup dan aneh. Ini kali pertama aku merasakan tidak ada dendam dengannya. Kenapa? Ini terasa seperti mimpi. Bermimpi. Jika ini sebuah mimpi, maka aku mohon. Jangan bangunkan aku dari mimpi ini.
"Sudah masuk. Aku yang memberitahu Tsuki Yaku. Ah... rasanya aku sangat ingin pulang untuk berkumpul dengan keluarga besarku, hm." serunya, seraya masuk ke dalam mobil.
Keluarga besar yang dimaksud Kurinai adalah kami.
Kami rombonganpun ikut masuk. Sepanjang perjalanan terasa sedikit kaku. Lagi-lagi hanya Kurinai yang bersorak-sorak.
"Terima kasih. Sudah memberi kami tumpangan Tsuki Yaku." ucapnya seraya tersenyum.
"Hm. Sama-sama. Apa kita perlu membeli sesuatu untuk dimakan dulu?" tanya Tsuki Yaku dengan ramah.
"Ah ti-tidak perlu." sahutku dengan cepat.
"Kalian terlihat akrab ya. Nak Tsuki Yaku." sambung Ibu menatap Tsuki Yaku.
Tsuki Yaku yang tadinya fokus, menjadi agak merasa malu. Tsuki Yaku hanya terkekeh kecil. Aku menatap Ibu sekilas. Sedangkan Bibik hanya terkekeh terus. Dia memang suka sekali tertawa. Lucu atau tidak. Seperti bagian wajahnya itu selalu ingin tertawa.
"Ibu. Izinkan kami membuat perayaan." ujar Kurinai dengan semangat.
"Tentu. Tenang saja. Ibu yang akan memasak." jawab Ibu tersenyum.
"Ah Ibu. Ah... kau juga anak yang baik, Tsuki Yaku." sahutnya, seraya menepuk pundak Tsuki Yaku dan mengarah pandangannya padaku.
Setiba di rumah. Kami semua turun dari mobil. Tsuki Yaku tidak pernah merasakan hal kecil ini membuatnya teramat bahagia. Melihatku, Kurinai, Bibik dan Ibuku. Ia selalu tersenyum. Seperti bersyukur atas semuanya. Aku yang masih ragu-ragu menyapa atau berbicara basa-basi dengan Tsuki Yaku hanya bisa menatapnya sekilas. Rasanya masih terasa canggung. Tsuki Yaku pandai berbaur dengan keluargaku. Kurinai. Jangan di tanya. Dia memang anak yang seperti itu.
Beristirahat sejenak, sebelum memulai perayaannya. Ibu menyiapkan semua perlengkapan. Tsuki Yaku membantu Ibu didapur. Aku dan Kurinai duduk bersantai dulu. Bibik juka menyusul mereka. Mereka koki andalan Aku dan Kurinai. Aku dan Kurinai melihat Tsuki Yaku yang begitu akur terhadap Ibu dan Bibikku. Mereka terlihat cepat akrab dan berbaur. Ketika sedang menggoreng ikan. Percikan minyak itu mengenai tangan putih bersih Tsuki Yaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE || TERBIT ✔
Teen Fiction🚫 SEBAGIAN PART DI UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT 🛇 [[Time Publish : 2019]]✅ [[Finishing Publish : 2020]]✅ 📌 Dipinang Oleh : Alphamedia.Publisher 📌 Sebuah perubahan yang ingin diciptakan oleh seorang gadis, yang selalu mendapatkan diskrimi...