* RIKYU HIGH SCHOOL *
Pagi ini nampak cerah sekali. Mengalahkan senyumanku. Mengalagkan semua mimpiku. Mengalahkan semua egoku. Melunturkan kebencianku. Aku duduk bersama seorang yang tidak terbayangkan sebelumnya. Aku merasa sedikit masih canggung.
Kurinai lama sekali kembali dari kantin. Aku dan Tsuki Yaku harus menunggu dalam keheningan yang canggung ini.
"Sakura." panggilnya memulai pembicaraan.
"Ya?" tanyaku singkat.
"Terima kasih." ucapnya, seraya menunduk tersenyum.
"Ehm." jawabku karena merasa tidak tahu harus berkata apa. Dan memulai dari mana.
Sataru dan Tsunara terlihat kesal dan begitu marah. Bagaimana bisa kami akrab begitu saja. Tsunara terus berpikir, bagaimana bisa itu terjadi. Berpikir saja tidak bisa memberimu jawaban, bagi Sataru.
"Hey!" kejutnya terkekeh.
Kami berdua jadi terkejut akibat ulahnya yang begitu jahil.
"Sebentar. Apa kalian berdua, tidak. Tidak mengobrol?" tanyanya, curiga.
Aku dan Tsuki Yaku terdiam. Pandangan mulai tidak tentu arah. Tsuki Yaku langsung batuk kecil. Aku menggaruk-garuk kepala, seraya mengangkat bahu.
"Jangan kaku seperti itu. Apa aku harus menggelitik kalian berdua. Ha!" sahutnya dengan menggelitik kami berdua.
Rasanya sangat geli. Tertawa dan tertawa. Kami bertiga tertawa tiada habisnya. Selerti air lautan yang tak akan pernah kering. Seperti waktu yang tak akan pernah lenyap. Kurinai memberi tanda persahabatan baru kami, yang dimulai dari awal. Dengam cap jempol masing-masing. Senyuman menjadi tanda terbaik.
- JAM PELAJARAN -
Saat berada di dalam kelas, kami semua mulai fokus dengan pelajaran. Sensei dengan cermat memperhatikan tingakh kami jika ada yang melanggar aturan.
Pandanganku terfokus pada buku. Melihat angka-angka dan rumus. Semua ini seperti akan membunuhku. Aku sama sekali tidak bisa berpikir dengan benar.
"Jika kalian sudah selesai, taruhlah di atas meja Sensei." ujarnya dengan kalimat dan kata-kata yang tegas.
"Hai." jawab serentak seluruh murid.
"Aku lebih baik belajar IPA saja, dari pada MATEMATIKA." gumam hatiku menyahut, setelah melihat bolak-balik buku tebal ini.
Aku sama sekali tidak pandai dalam hal ini. Saat melihat rumus, maka pikiranku akan menjadi seribu bayangan seperti jurus Naruto.
Setelah berlama-lama kemudian...
// JAM PULANG //
Setelah beribu-ribu kali menghitung. Akhirnya pelajaran yang mematikan ini berakhir jua. Seluruh siswa membereskan tempat duduk dan pulang beristirahat. Kurinai menyegarkan pikirannya dengan memijat-mijat kecil kepalanya. Kurinailah yang paling pandai dalam pelajaran Matematika. Sesering kali aku diajarinya, tetap saja Matematika tidak bisa bertahan dengan otakku yang sempit. Matematika sungguh tidak ingin bersahabat denganku. Yah... mungkin itu akhirnya.
"Sakura. Kau pulanglah lebih dulu. Aku ada perlu sebentar. Hm." katanya menyembunyikan sesuatu.
"Ada apa?" tanyaku, seraya meminum sisa minumannya.
"Sudah. Pulanglah." jawabnya dengan teguh, tak ingin memberitahu sebenarnya.
Akupun mengiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE || TERBIT ✔
Teen Fiction🚫 SEBAGIAN PART DI UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT 🛇 [[Time Publish : 2019]]✅ [[Finishing Publish : 2020]]✅ 📌 Dipinang Oleh : Alphamedia.Publisher 📌 Sebuah perubahan yang ingin diciptakan oleh seorang gadis, yang selalu mendapatkan diskrimi...