PART : 5 || MASKER, TRAUMA

237 200 109
                                    

RIKYU HIGH SCHOOL

Berpikir terus berpikir. Mungkin hanya itu yang menggambarkan isi otakku. Rasanya sungguh aneh, tapi nyata. Badan yang membungkuk tanpa melakukan apapun bersama yang lain. Tatapan ini terus menyorotinya sampai tak luput untuk memperhatikannya.

"Sakura!" Kejutnya.

"Astagah! Kau ini." ucapku seraya menoleh.

"Apa yang kau pikirkan sampai terkejut begini?" tanyanya.

"Ah! Tidak. Hm... aku, ya tidak ada." balasku tergagap-gagap.

Jantungku terus berdetak kencang setelahnya. Raut wajah gelisah terlukis dengan jelas. Ketika itu aku terdiam sejenak.

"Apa yang terjadi semalam?" tanyanya kembali.

"Apa yang kau maksud?" tanyaku terkejut.

"Baiklah, dengarkan aku. Aku melihatmu bersama seorang lelaki yang sering kau sebut Manusia Es atau yang kau benci. Dan ya, Ibumulah memberitahuku. Tanda apa ini? Oh tuhan, lelaki itu baik sekali . Dan hm... mungkin tidak buruk terlihat selama ini." ucapnya, menyelipkan maksud yang tersembunyi.

Akupun tidak bisa berkutik lagi dari masalah tersebut. Aku langsung menyerah dan menceritakannya.

Saat Itu ...

Tanpa sengaja aku bertemu dengannya diarah jalan pulang. Setelah itu, kepalaku terasa sedikit sakit dan pandanganku sedikit demi sedikit mulai mengabur . Dan pada akhirnya aku terjatuh pingsan dihadapannya. Aku menceritakan setiap kejadian itu pada Kurinai dengan detail.

Setelah Itu ...

Aku sudah berada ditempat yang sangat asing. Bangunan rumah yang begitu mewah, serta lukisan mengisi dinding kamar itu hingga terlihat sangat artistik. Kamar yang mengagumkan. Setelah sadar di sampingku telah tersedia makanan untuk disantap dipagi hari. Aku mengetahui yang memiliki rumah adalah musuhku atau orang yang sangatku benci didunia ini.

Lalu ...

Pecahan kaca ada disekitarku akibat aku terkejut dan tidak sengaja menyenggol gelas yang berada disampingku. Tsuki Yaku langsung berlari ke arahku dengan begitu khawatirnya, hingga saat hendak mengumpulkan serpihan pecahan gelas itu tangannya terluka kecil.

"Wah... apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari memeriksa seluruh tubuhku.

"Ah... tentu tidak, yang terluka dia." ucapku merasa risih.

"Lalu, apa lagi yang terjadi?" tanyanya, dengan rasa penasaran yang tak dapat ditepisnya.

"Ya seperti itulah yang terjadi, jadi kau jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. ujarku sedikit menatap Kurinai.

Kemudian, kami berdua mendapatkan tatapan dari Monster dan Penyihir. Tatapan itu penuh dengan rasa penasaran. Aku ketakutan melihat tatapan yang seperti itu. Seakan-akan dia berada ditepat wajahku. Aku mengabaikannya.

•••

Udara dingin menerpa pori-pori tubuh yang terkena. Duduk bersama disebuah tempat yang kami sukai. Dibelakang sekolah adalah tempatku dan Kurinai menikmati jam istirahat. Mengobrol apa saja yang selalu membuat nyaman.

"Ya, seperti itulah aku jika baru bangun tidur." kataku menepuk pelan pundaknya.

"Kau seperti harimau saja." sahutnya, seraya terkekeh.

Tawa kami terhenti dengan kedatangan kedua orang tersebut. Terasa disambar petir olehnya. Raut wajah yang menjengkelkan ditampakkan pada kami. Kurinai terus menggerutu dalam hati. Senyum manis yang tiada arti. Itu berbau busuk, apa lagi setiap kata-kata yang dikatakannya. Semua tak berguna, yang terasa hanya sakit. Kata-kata menyedihkan bagaikan sampah.

CHANGE || TERBIT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang