-11 | 5 menit bahagia

98 40 12
                                    

Seketika lamunan Danis buyar karena ada notifikasi dari Bunga. Adik tiri Tasya. Mungkin sekarang sudah berubah menjadi majikan Tasya.

Bunga
Lo cari Tasya kan? Nih dirumah gue! Ksni aja gk pp kok.

Tanpa pikir panjang, Danis langsung membalas pesan Bunga.
Danis merasa ada yang berbeda dengan chat Bunga yang membawa nama 'Tasya' tapi dia buang pikiran negatifnya itu.

Anda

Otw!

Setelah mengirim pesan itu, Danis langsung bergegas pergi dari apartemen. Dia sangat khawatir sama Tasya, takut Bunga berbuat tidak wajar ke Tasya.

Setelah sampai ke rumah Tasya tanpa pikir panjang Danis mengetuk bel yang ada di pagar rumah Tasya. Padahal di rumah masih ada Alex.

"Permisi" tekan pertama, masih hening.

"Permisi" tekan kedua,sama.

"Permisi" tekan ketiga, satpam pribadi rumah keluarga Alexander datang.

"Mau cari siapa yah?" tanya lelaki berotot itu.

"Cari Tasya pak, teman saya" balas Danis.

"Bentar saya panggilkan non Tasya dahulu. Anda bisa tunggu di teras situ. Terimakasih" jelas lelaki itu. Danis berpikir sangat ketat sekali, seperti ingin ke istana presiden saja.

3 menit Danis sudah menunggu dan Tasya pun keluar menemui Danis. Seseorang yang dia cintai. Tasya begitu senang, karena Danis masih menghawatirkannya. Mungkin.

"Eh Danis, ada apa kesini? Maaf ya Tasya pindah kesini, Tasya gak mau ngrepotin kamu" ucap Tasya memulai obrolan. Dia pun berbohong sebenarnya dia tidak ingin pindah ke rumah neraka ini.

"Yakin lo mau pindah kesini?" balas Danis memicingkan mata.

Sambil mendudukan bokongnya. "Yakin lah, ini kan rumah papa Tasya" ujar Tasya ngawur.

"Oiya kamu kok bisa tau, Tasya pindah kesini sih?" tanya Tasya.

"Yaudah kalo lo maunya gitu, tapi kalo lo ada apa-apa telvon gue aja mana hp lo!" balas Danis panjang.

"Dari Bunga" lanjut Danis.

Tasya dibuat melongo saat ini. Dia sungguh terpana melihat Danis. Lelaki berbadan tegap, kaos hitam polos, celana jeans hitam, sepatu hitam putih yang bisa dibilang mahal. Perfect!

Ditambah lelaki itu berbicara panjang lebar ke dirinya. Dibuat meleleh hati Tasya saat ini. Harapan Tasya, semoga selalu begini.

"Oh Bunga. Iya tapi bisa dipastikan Tasya akan ke apartemen kok, untuk nemuin kamu hehehe, Nih"

Saking gugupnya, Tasya menyerahkan handpond sambil gemetar. Handpond Tasya beda jauh sekali dengan punyanya Danis.

Danis pun menerima dan mengetikan nomernya di handpond milik Tasya. Kalo kita lihat bagaimana handpond milik Tasya itu berlogo blackberry. Dan handpond milik Danis berlogo Aple.

Tasya membeli handpond dengan uangnya sendiri. Uang bekerja di cafe tantenya. Hasil kerja keras sendiri. Karena dia tidak diperbolehkan mengambil harta milik Alex saat itu. Sebelum Tasya menjadi PEMBANTU.

"Nih, kalo lo ada apa-apa telvon gue aja" ujar Danis sambil mengembalikan ponsel Tasya.

"Iya, kalo Tasya kangen telvon juga dong" ucap Tasya sambil terkekeh.

"Gue pamit dulu, permisi" pamit Danis menghindari perkataan Tasya yang makin kesini makin gak jelas.

"Oke dahh Daniss, kalo Tasya ada waktu, Tasya ke apartemen ya!" teriak Tasya sambil melambaikan tangannya.

Saking senengnya, mereka tidak menyadari keberadaan Alex. Lelaki paru baya itu sudah melihat semuannya.

Sambil berjalan ke arah Tasya. "Siapa dia hah! Udah mulai berani kamu bawa lelaki ke rumah yang bukan milik kamu?!" Tegas Alex.

Tasya yang terkejut pun langsung gugup. "Di--a temen Tas-ya kok pa" balas Tasya dan menundukan wajahnya.

"Udah mulai kurang ajar yah kamu! Kamu itu disini cuma pembantu sialan! Berani-beraninnya bawa laki kesini, Bunga aja yang anak kandung gak pernah!" bakalan perang dunia nih.

Tes.Tasya meneteskan air matannya. 5 menit dia berbahagia langsung mendapat siksa lagi.

"Iy-a ma-af pa, Tasya gak ngulangin lagi" sesak. Satu perasaan yang bisa digambarkan oleh Tasya saat ini. Sungguh dia merasa sesak dihati.

"KE DAPUR SEKARANG KAMU! UDAH NYURI UANG! UDAH BAWA LELAKI! MAU JADI APA KAMU HAH!" dada Alex naik turun. Dia seperti ini tidak mau ada tetangga yang melihat. Apa lagi sampai viral. Sungguh dia tidak menginginkan itu.

Bunga? Sekarang tidak tau dia kemana.

"Iya pa--Tasya ke dapur dulu, Tasya min-ta ma-af pa" ucap Tasya langsung berlari menuju dapur. Sungguh dia tidak bisa membendung air matanya yang menumpuk itu. Walau tadi ada tetesan tapi dia masih bisa membendung.

"INGAT! KAMU ITU CUMA ANAK BUANGAN! GAK USAH CARI GARA-GARA KAMU!" teriak Alex menggema di ruangan. Bahkan security aja dengar.

Telinga Tasya masih normal. Tasya bisa mendengar perkataan Alex 5 detik itu. Walau cuma perkataan tetapi rasannya seperti tertusuk 100 pisau.

"Kenapa Tasya selalu kaya gini Tuhan"

"Mengapa! Kalo Tasya gak boleh hidup cabut aja nyawa Tasya, tuhan!"

"Tasya pengin tahu, siapa orang tua kandung Tasya.. Kenapa susah sekali mencarinnya tuhan. Kalau dia sudah mati kenapa tidak ada yang bilang kuburannya dimana tuhan!"

Tangis Tasya meluncur dengan derasnya membasahi wajah cantiknya. Tadinya dia mau ke dapur untuk beres-beres tetapi setelah mendengar teriakan Alex. Dia tidak sanggup di rumah lagi.

Taman belakang rumah. Ya benar dia sekarang sedang disitu. Merenung kesalahannya apa. Kenapa dia bisa seperti ini. Sungguh dia menyesal telah dilahirkan seperti ini.

"Sebenarnya Tasya ini anak siapa ya tuhan"

"Tasya pengin seperti orang-orang di luar sana yang harmonis bersama keluarganya!"

"Tasya pengin ada kebahagiaan di rumah, bukan ada kesedihan di rumah!"

"Tasya pengin dirumah seperti istana bukan seperti neraka!"

"TASYA LELAH TUHAN!" teriak Tasya sambil memandang langit yang cerah itu.

Tasya berjalan menuju danau yang dekat dengan taman belakang rumahnya itu. Indah. Air di danau itu begitu tenang. Melihat airnya begitu tenang, seolah Tasya terhanyut ke air itu. Dia merasa tenang sekarang ditambah anginnya yang sejuk membuat badan Tasya sejuk juga.

Danau ini sepi, kosong seperti Tasya sekarang. Tasya terduduk di rerumputan deket danau. Mungkin tempat ini yang bisa membuat dirinya nyaman.

Untuk sekolah? Saat ini Tasya keluar sekolah karena kemauan Alex. Alex tidak ingin membiyayai Tasya lagi. Jadi dengan berat hati, Tasya keluar dari sekolah.

Sungguh dia benci hidupnya. Dia tetap bersyukur tetapi kenapa hidupnya harus seperti ini. Apa tidak ada kehidupan yang begitu menyenangkan?

Mungkin akan. Akan bahagia. Tapi kapan bahagia itu terjadi. Bahkan Tasya sudah menunggu sampai dia berumur 17 tahun sekarang. Ditambah lagi keadaan jantungnya yang semakin kesini semakin perlu biaya dan lemah.

Gadis yang begitu tegar, sabar, kuat, menghadapi kekonyolan hidup. "Hahahahaha Tasya Tasya harusnya kamu udah mati aja!" ucap Tasya sendiri sambil terkekeh.

Layaknya seorang gangguan jiwa. "Konyol banget aku hidup, gak ada seorang pun yang memperdulikanku. Apa aku mati aja ya biar semua orang bahagia? Hahahahaa"

Oke. Semua ocehan, curhatan Tasya terdengar oleh seseorang yang menatapnya sendu. Tanpa Tasya sadari seseorang itu ikut meneteskan air mata melihat Tasya seperti ini.

***

HEYOOOO✨😁

Gimana di part ini gann?

Lanjut gak nihh?

DanisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang