-14 | Ulah Bunga

43 9 0
                                    

Hari Senin mungkin hari yang dibenci seluruh siswa. Tetapi tidak dengan Danis. Danis sangat menyukai hari Senin karena dia kembali bersekolah. Apa lagi ditambah hari jadiannya bersama dia tepat di hari Senin.

Ngomong-ngomong soal dia, Danis jadi tambah semangat. Oiya lupa! Danis juga semangat karena ada Tasya. Eh lupa lagi, Tasya kan udah keluar? Mungkin Tasya hanya sebatas pelampiasan untuk Danis.

Seperti biasa, Danis jalani hari-harinya penuh dengan kedinginannya. Dia masih cuek bebek ke semua orang. Bahkan orang yang lebih tua pun dia cuekin.

Kaki kokoh Danis berjalan menuju ruangan yang dia cintai, apa lagi kalau bukan perpustakaan? Lagian dikelas jamkos, dia jadi bebas untuk kemana saja. Tapi dia lebih memilih untuk ke perpustakaan.

"Eh Danis! Oiya kita kan mau LCC, yuk belajar bareng! Gue masih gak tau loh tentang kimia" ucap Renata sambil duduk di sebelah Danis. Posisinya mereka sedang duduk di bangku pembaca perpustakaan.

Sambil membuka lembar selanjutnya. "Sekarang?" balas Danis tanpa menoleh. Walaupun secantik apapun perempuan, dia masih mencintai Ningsih yang meninggalkannya tanpa alasan.

Kasihan banget sih Danis, udah cinta secinta cintanya orang cinta. Malah cintanya terbuang sia-sia. Hua ambyar:)

Ucap Renata sambil membenarkan rambutnya. "Iya lah, kapan lagi coba kita belajar bareng? Lo kan sibuk terus"

Danis hanya menjawab dengan anggukan saja. Dan berakhirlah mereka belajar bersama tanpa adannya penganggu. Siapa lagi kalau bukan Tasya? Bahkan Renata sangat senang sekali Tasya keluar dari sekolah.

Kalau di pikir-pikir hari-hari Danis sekarang tidak berwarna. Tanpa ada cerocosan dari Tasya. Intan juga merasa sepi. Ya walaupun Tasya sangat menyebalkan.

Ngomong-ngomong soal Intan, dia tidak berani kerumah Tasya karena satpamnya galak dan juga Alex sangat galak kalau ada temannya Tasya kerumahnya. Intan aja jadi ngeri kalau dibayangkan. Intan takut soalnya dia pernah satu kali kerumah Tasya, jadi dia tidak ingin lagi. Mungkin menyuruh Tasya keluar sebentar.

Bel pulang sekolah yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Danis telah melewati masa-masa yang bisa dibilang sangat buruk. Ya, Renata yang selalu mengganggunya.

Kalau itu hari buruk? Berarti disaat Tasya menganggunya juga hari buruk dong? Atau malah hari...? Hanya tuhan yang tau.

Tepat di parkiran, Renata langsung mengikuti Danis, dia sangat ingin sekali duduk di jok motor Danis. "Danis, gue nebeng ya" tanya Renata sambil memperlihatkan pupy eyes nya.

"Punya uang kan?" tanya balik Danis yang merasa jenggah, karena Renata yang terus-terusan mengikutinya.

Sambil celingak celinguk takut ada yang dengar. "Punya lah, masa gue gak punya ya mustahil tau!" jawab Renata karena merasa Danis menyindir dirinya miskin.

"Yaudah!" ucap Danis langsung duduk di jok lalu menyetater motornya dan langsung ngebut yang dibalas teriakan oleh Renata.

"Dasar! Udah ngemis-ngemis lagi gue, untung gak ada yang lihat kalau ada bisa mati gue!" umpat Renata kesal.

***

Jika kalian tanya hidup Tasya seperti apa sekarang, mungkin seperti anjing yang disiksa majikannya. Kasihan. Satu kata yang dapat kita bayangkan.

Kaki Tasya berjalan menuju halaman belakang yang langsung di sambar oleh kehadiran Bunga. Majikan laknatnya. Sungguh Tasya ingin sekali menjadi gadis yang pembangkang. Tetapi dia tahan, dia tidak boleh ikut-ikutan jalan yang salah.

"Mau kemana hah lo! Nih baju gue, cuci sana!" tanya Bunga dengan nada-nada yang bisa dibilang nyewot, sewot mungkin sepaket.

Tasya terkejut. Dia terkejut bukan karena jantungnya yang mendadak menyerangnya. Tetapi dia terkejut melihat baju-baju Bunga. Astaga banyak banget anjir! "Kok banyak banget sih! Emangnya aku pencuci loundry apa!"

Bunga yang mendapat balasan seperti itu langsung membalas dengan nada sewotnya. "KENAPA HAH! LO KAN PEMBANTU, SOK BANGET SIH LO! DIKASIH HATI MINTA JANTUNG, UDAH SANA LO ITU PANTAS DIGINIIN!" ucap Bunga sambil melempar semua wadah yang terisi pakaian kotornya.

Tasya hanya mengelus dadanya, dia menyerah saja. Melawan juga tidak ada apa-apanya. Mungkin Tasya setiap hari harus bersabar.

Di pikiran Tasya, mungkin Bunga sengaja mengerjainya. Dengan cara baju temannya ikut di cuci. Ini sih empat kali lipat coi bajunya. Gak seperti biasaanya toh, bisa mati air nih Tasya.

"Sinting apa! Ini mah aku kaya pencuci loundry beneran dong edan apa!" umpat Tasya kesal. Dia bener-bener kesal kalau mencuci. Kalian tau? Dia tidak boleh mencuci pakai mesin cuci. Harus pake sikat pokoknya.

Parah banget emang, kaya orang yang kena siksaan aja. Walaupun Tasya sering ngeromed gak jelas, tetapi hati Tasya selalu sabar.

Tasya pernah berfikir untuk keluar di rumah ini, dia ingin ikut tantenya saja. Tetapi tidak diperbolehkan oleh majikannya. Siapa lagi kalau bukan Alex sama Bunga?

Sambil menyikat baju. "Amit-amit banget sih Bunga! Awas aja kalo aku udah jadi nyonya besar, bakal tak lempar ke sumur!"

"Hahahaha ngimpi banget kamu Sya, gaya-gayannya jadi nyonya, malah jadi pembantu kan! Ebusetttt" ucap Tasya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ngomong-ngomong soal jantungnya, sedikit tidak sakit karena dirinya sedikit demi sedikit minum obat. Dia juga masih menjaga amanahnya agar semua orang tidak tau tentang penyakitnya, terutama si Alex. Mantan papanya.

"Hosh hosh hosh! Cape banget anjir!" keluh Tasya sambil memegang lututnya.

Sebenarnya Tasya udah cape banget. Tetapi ditambah lagi Bunga mengerjainya. "HEH LO APA-APAAN LO! NIH NGEPEL LANTAI! LO LIAT DONG LANTAI ORANG KAYA ITU BERSIH GAK KAYA GINI!" fix ini suara monyet.

Sambil mengelus keringat di kepalannya. "Tapi aku cape Bung! Kamu ngerasaain juga dong, aku udah cuci baju pake sikat banyak banget lagi! Kira-kira kek!" ucap Tasya karena dia bener-bener cape sekarang.

"Oh lo sekarang gini? CEPETAN ATAU GUE BILANG KE PAPA LO GAK MAU TURUTIN APA YANG GUE MAU!" teriak Bunga menggema ruangan.

"Kamu pikir dong, masa 3 lantai aku yang ngerjain!" ucap Tasya tidak terima, dia sungguh mager saat ini.

"INGET YA LO ITU PEMBANTU! TUGAS PEMBANTU ITU MENURUTI YANG MAJIKANNYA MAU!" ucap Bunga dengan nada menusuk.

"JADI LO MAU NGEPEL? ATAU GUE TELVON PAPA SEKARANG!"

Sambil menghembuskan nafas kasar. "Oke! Sampe aku mati kamu siksa terus deh. Sampe kamu bahagia sono terserah!"

Lalu Tasya bersiap-siap untuk mengepel lantai yang ada 3 tingkat sendirian. Dia sebenarnya sudah tidak kuat lagi. Tapi harus bagaimana? Emang ini tugasya. Ya walaupun dulu dia malas-malasan, mungkin ini azabnya.

"Emang enak lo!" ucap Bunga tertawa geli, dan dia harus merencanakan sesuatu lagi yang bisa membuat Tasya musnah, seperti binatang buas.

Tasya hanya menghembuskan nafas beratnya, ujian apa lagi ini tuhan. Tasya hanya bersabar. Saat ini dia sedang diuji, dia harus melewati lika liku kehidupan yang ternyata nyata bukan mimpi.

"Oh jadi lo dilakukan kaya gitu di rumah neraka ini"


***

Yuhuu guys aku update nih maap yee cuma sedikit?

Gimana di part ini?

Lanjut gak?

DanisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang