Seorang gadis cantik yang tertutup oleh keluguannya melangkahkan kaki ke rumah neraka itu. Sejujurnya dia tidak ingin menginjakan kakinya kesini lagi. Tapi dia punya siapa lagi selain orang keji ini?
Gadis ini heran, dia serasa ada yang menyantetnya. Karena setiap hari dia tidak pernah merasa hidup nyaman. Pasti ada kata 'menderita' disetiap hari. Tapi tidak mungkin juga dia disantet. Mungkin ini alur hidupnya. Yang penuh dengan kesedihan dan air mata.
Langkah demi langkah memasuki rumah megah ini. Kosong. Satu kata yang dapat gadis ini rasakan. Tidak ada seorang pun dirumah. Mungkin semua orang sibuk, dia tidak terlalu memikirkan.
Tasya sangat tidak mengerti kalau dia berada di dapur. Dia tidak tau bumbu-bumbu masakan. Intinya yang berada di dapur Tasya sangat benci. Dia tidak pernah ke dapur dahulu.
"Aduh, Aku kan gak tau ini apaan, kalau aku paksa aja nanti Papa sama Bunga muntah gimana, kan aku jadi kena omel lagi" ucap Tasya sendiri sambil melihat sayuran dan bumbu dapur.
Itulah Tasya sangat malas. Tapi sekarang, Tasya akan buang rasa malas itu. Dia harus minta diajarkan Intan atau tantennya. Masa pembantu tidak bisa melakukan tugasnya?
"Apa aku kerumah Intan aja ya, minta diajarin. Mumpung ini hari minggu. Tapi aku kesana pake apa yah, uang aku udah gak ada lagi" lanjut Tasya sambil melihat dompet kosongnya.
Sambil mengerutkan keningnya. "Oiya Danis! Apa aku minta tolong sama Danis aja yah? Siapa tau dia bisa anterin aku kerumah Intan" lanjut Tasya dan mengeluarkan hp jadulnya.
Tut
"Halo?" ucap seorang di sebrang sana.
Tasya yang menyadari sudah terhubung pun langsung kaget. Dia harus buang dulu rasa gugupnya, sambil memegang handpond blackberryNya dan mulai berbicara."Halo Nis, aku Tasya. Aku boleh minta tolong nggak sama kamu tapi kalo kamu gak mau ya gak papa, tapi aku sama siapa dong aku gak pun--" ucapan Tasya terhenti karena Danis buru-buru menyela.
"Otw"
Tut
balas Danis dan langsung menutup teleponnya. Tasya yang mendapat perlakuan cuek Danis yang kembali hanya mendegus nafasnya kasar.Sambil menye-menye, "Dasar es balok aku bicara panjang lebar malah dibalas cuma otw!" degus Tasya.
Tasya pun langsung bersiap-siap cepat. Dia hanya memakai celana bagy, kaos maron, sandal perempuan tetapi sederhana, tidak lupa juga lengannya di sampirkan tas kecil. Sungguh dia kelihatan sederhana tetapi pas. Tidak memakai make up berlebihan, cuma bedak dan lip balm secukupnya.
Langkah kaki Tasya menutup pintu masuk megah rumah papanya, yang sekarang sudah berubah menjadi majikannya. Dia tidak ingin Danis menjemputnya di halaman rumah. Tasya tidak mau hal diluar dugaan kembali lagi.
Rupannya Danis sudah berada di luar gerbang. "Udah lama yah? Maaf ya jadi nunggu, maaf juga yah karena Tasya ngrepotin Danis ter--" ucapan Tasya di sela lagi oleh Danis.
"Udah, cepet naik" balas Danis, dan langsung menyetater motor besarnya.
Sambil menaiki motor, "Danis bisa gak sih kalo Tasya ngomong itu dengerin dulu, jangan langsung trobos aja!""Lo mana bisa berhenti ngomong" ujar Danis dingin yang mampu membuat Tasya mengerucutkan bibirnya dan sesekali memukul punggung Danis pelan.
Sambil melihat ke arah spion, "Lo cerewet, jadi ngingetin gue sama dia Sya" ucap Danis di dalam hati.
Flasback on
Buku berserakan di lantai, dengan langkah gugup seorang pemuda yang terkenal dengan kedinginannya berjalan ke arah seseorang.
"Eh ada Danis, yuk belajar bareng, kita kan mau ulangan harian!" ucap seorang itu dan menampilkan senyumannya. Senyum yang penuh arti dalam hidupnya.
Danis yang tercengang pun langsung kembali dengan raut wajah biasannya. Dingin. Tetapi dibalik dinginnya ada rasa penuh cinta.
"Kita gak belajar dulu, aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Sana siap-siap!" ucap Danis yang di balas dengan kegirangan seseorang itu.
Sambil melangkahkan kakinya menuju depan Danis, "Kita mau kemana Nis, bentar ya aku siap-siap dulu! Aku selalu siap jika pergi dengan kamu!" ujar seorang itu sambil berlari kecil ke arah kamarnya.
Hati Danis serasa banyak bertebaran kupu-kupu indah. Dia sangat menyukai gadis ini cerewet, suka senyum kalau dengannya. Dia tidak rela jika gadis ini meninggalkannya. Apalagi mencari pasangan selainnya.
Sahabat. Ya dia Ningsih sahabat Danis dari kecil. Di hati Danis, Ningsih bukan sahabat tetapi sudah menjadi kekasih yang belum resmi. Danis akan meresmikan hari ini, waktu ini, detik ini.
Sekitar 9 menit, Ningsih keluar menggunakan pakaian sederhana yang selalu membuat Danis terpana. Gadis berpakaian sederhana namun rapi menarik perhatian Danis selalu.
"Yuk jalan Nis, aku udah gak sabar lohh, aku kepo banget kamu mau bawa aku kemana" tanya Ningsih kegirangan sambil memeluk lengan besar Danis.
"Yuk, apapun yang kamu lihat nanti semoga kamu suka ya Ning" balas Danis sambil mengacak rambut Ningsih pelan.
Mereka berdua pun langsung berjalan menuju tujuan dengan mobil mewah yang dikemudi oleh Danis. Dimobil banyak canda dan gurau yang Ningsih berikan. Dan Danis sesekali menanggapi dengan penuh senang
Sesampainya di lokasi Danis langsung bergegas keluar dari mobil dan membukaan pintu kemudi yang masih ada Ningsih di dalamnya. "Apa sih Nis, kamu mah jangan kaya gitu dong, aku bisa kok buka sendiri"
"Sekarang aku mau hari ini kamu jadi prioritas aku, apa gak boleh?" tanya Danis sambil mengacak rambut Ningsih pelan.
"Boleh kok, tapi rambut aku jangan di acak terus dongg!" degus Ningsih.
Sambil mengambil kain yang sudah di beli khusus untuk Ningsih pun langsung melilit mata Ningsih agar menjadi kejutan. "Tutup mata dulu ya hehehe"
"Ih Danis, ada apa sihh! Kenapa aku tutup mata segala. Apa kamu mau culik aku yah! Ihh aku gak mau diculikk!" rengek Ningsih minta dilepas kain yang melilit di matanya.
"Engga sayang ikut aku saja" bisik Danis pelan di telinga Ningsih yang membuat bulu kuduk Ningsih berdiri.
Ningsih akhirnya diam dalam perjalanan gelapnya malam. Langkah demi langkah Ningsih lalui, Ningsih mau terpingkal tetapi Danis dengan sigap memeluknya."Sampe, boleh buka kain kamu silahkan" ucap Danis sambil mendudukan Ningsih di kursi yang dibuat oleh kayu.
Sambil membuka dan mengedipkan mata agar pandangan tidak kabur, "Wow ini dimana Danis, bagus banget!"
"Kejutann! Semoga kamu suka. Aku mau bilang sesuatu sama kamu Ningsih-" ucap Danis tersela oleh Ningsih.
"Apa apa Danis! Aku sangat penasaran! Makasih banyak Danis, aku sangat suka dengan kejutan yang kamu tunjukan buat aku!" girang Ningsih sambil loncat-loncat kecil, yang mampu membuat Danis tersenyum penuh arti.
"Mungkin aku pengecut yang baru tersadar akan perasaan yang tersembunyi. Mungkin aku bukan orang lain yang kamu cintai. Mungkin aku hanya terlalu berharap pada takdir ini. Makasih Ningsih, kamu selalu ada di hari-hariku. Kamu selalu membuatku terpaku melihat senyumu. Kamu adalah sahabatku. Tetapi aku menginginkanmu lebih dari sahabat. Apakah kamu mau jadi pacar aku?"
Mata mereka bersatu, seperti menyalurkan perasaan yang baru.
"Ya, aku mau"
***
Holaaa!
Gimana di part ini?
Lanjut gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Danisya
Teen Fiction"Tasya sudah cinta sama Danis!" lantang Tasya sambil menatap mata hitam Danis. "Gak usah cinta ke gue! Gue gak cinta sama lo!" bentak Danis sadis. "Gak papa kok kalo Danis masih belum cinta sama Tasya. Yang penting Tasya akan buat Danis cinta ke T...