"Hei!" Tasya menepuk pipi Danis yang sadari tadi melamun tanpa adanya alasan.
"Woiiii! Tasya jadi takut nih, Danis ngelamun mulu!"
"WOI! " sambil menepuk pipi Danis kencang.
Danis yang terkejut dan kepergok melamunin dia yang tidak tau kemana pun langsung berubah menjadi datar lagi.
Tasya mengerutkan keningnya. Dia berusaha biasa saja. Positif thingking karena Danis bukan siapa-siapanya. "Kita jadi jalan gak Nis, malah ngelamun nanti ada pocong yang merasuki kamu gimana?"
"Ok" balas Danis singkat lalu melintas pergi dari depan gerbang rumah majikan Tasya.Sambil mengerucutkan bibir, "Gitu amat kaya ngomong sama tembok cina, untung ganteng!" ucap Tasya pelan. Danis denger? Tentu denger lah tau sendiri bibir Tasya gimana xixiix.
Di motor, Tasya hanya memandang kendaraan yang berlalu lalang, memandang langit yang tampak cerah. Secerah hatinya mungkin.
Sebelumnya Tasya belum menelvon Intan akan kerumah. Dia udah berfikir pasti Intan tengah berdandan, berselfi teruss. Hidup horang kaya. Tangan Tasya masih kaku untuk berpegangan ke badan Danis. Ya walau hanya sekedar sentuh. Tidak seperti biasannya. Rasannya sekarang beda kaya canggung gimana gitu.
Setelah lama berjalan akhirnya nyampe ke rumah istana Intan. "Makasih loh Nis, baik banget sih kamuu. Tasya jadi makin cinta hehe" ucap Tasya sambil melepas helm.
"Lo pulang sama siapa?" tanya Danis.
"Gak tau. Mungkin sama Intan kali" balas Tasya sambil menyerahkan helm ke Danis.
"Oh yaudah, gue pamit!" pamit Danis. Tasya menjawab dengan anggukan kepala saja. Tetapi dia juga melambaikan tangan mungilnya.
Kaki Tasya melangkahkan ke istana Intan. Bisa dibilang istana karena rumahnya minimalis, gedung. Ya kalian pikir sendiri aja istana kek gimana.
Setelah bercakap-cakap ke satpam pribadi Intan, akhirnya Tasya diperbolehkan masuk. Ketat juga seperti rumah majikannya batinnya.
"TASYA!" sapa Intan nyolot. Kaya kepergok maling aja! Gak sekalian diusir?
Tasya hanya memutar bola matannya malas. Jika kedua insan cerewet bersatu pasti akan gempa. "Santai dong! Aku kesini cuma minta ajarin masak aja. Kamu bisa kan?"
Intan memelototkan matanya. "Lo gak bisa masak hah?!"
"Gak" singkat Tasya. Benarkan dia gak bisa masak. Yaudah sih terima nasib aja.
"Sinting lo! Jaman sekarang gak bisa masak! Suami lo ntar gak betah sama lo rasain!" Hina Intan. Dia tidak merasakan yang dihina seperti apa. Sabarlah Tasya.
"Sialan!" umpat Tasya malu. Dari dulu kerjaannya rebahan mulu jadi gak tau masak masakan.
"Ya makannya aku minta ajarin kamu. Please!" lanjut Tasya sambil menampilkan pupy eyes nya.
Intan menghela nafas beratnya. Sungguh di hari ini dia begitu sial. Tidak ada rebahan pun! Dia capek tapi menolak juga tidak mungkin. Kasian Tasya udah jauh-jauh ke rumahnya. "Oke-oke! Yuk ke dapur"
Tasya pun girang, dia langsung memeluk Intan. "Makasih Intan! Kamu baik banget tau"
"Ish homo lu!" Intan bergidik ngeri. Apa benar temannya ini homo? Ahh gak mungkin Intan!
Didapur Tasya bertanya-tanya ini itu. "Kita mau masak apa dulu nih Tan, Tasya jadi gak sabar deh"
Sambil memutar bola matanya malas. "Telor dadar dulu elah, sok banget lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Danisya
Teen Fiction"Tasya sudah cinta sama Danis!" lantang Tasya sambil menatap mata hitam Danis. "Gak usah cinta ke gue! Gue gak cinta sama lo!" bentak Danis sadis. "Gak papa kok kalo Danis masih belum cinta sama Tasya. Yang penting Tasya akan buat Danis cinta ke T...