My Throne (4)

233 31 4
                                    

Taehyung melangkah meninggalkan wanita cantik yang sayangnya hampir mati itu. Wanita itu masih terlihat muda omong - omong, karena werewolf akan berhenti menua saat umur 20 tahun.

Taehyung berhadapan dengan pintu berwarna hitam dengan corak bunga dandelion. Ia menarik senyumnya sebelum membuka pintu, kemudian langsung dihadapkan oleh seseorang dibalik kursi.

"Pulang juga kau, anak nakal." Suara bariton yang tidak kalah berat dari Taehyung menyapa telinganya.

"Ya, aku pulang," Taehyung mendekati sang pemilik suara dengan senyum yang tidak hentinya ia tampilkan.

"Apa kabar," ada jeda sebelum kalimat selanjutnya, diisi dengan kursi itu memutar dan menunjukkan wajah angkuh yang sialnya tampan menurut Taehyung, Kim Junmyeon.

"Paman, atau bisakah mulai sekarang kembali kupanggil, ayah?" Bersamaan dengan kalimat itu, terlukis senyum diwajah Junmyeon.

.

.

Sedangkan disisi lain, Jungkook dan pasukannya sudah sampai dikediaman sang presiden. Dengan sigap ia memimpin pasukan untuk segera melumpuhkan pertahanan di kediaman megah itu, mudah caranya. Karena, hey, kalian pikir selama 300 tahun apa yang dilakukan Jungkook kalau bukan menyabotase segala hal?

Kediaman ini sudah dipenuhi orang - orang Jungkook, jadi bukan perkara sulit untuk menyerang kediaman ini, bahkan tanpa pasukanpun ia bisa melakukannya dengan mudah.

"Senang bertemu denganmu, Alpha Jeon." Seorang Omega muda menyambut kedatangan Jungkook dengan hormat, disusul beberapa Beta dibelakangnya.

"Senang bertemu denganmu juga, Kim Seokjin."

Mereka melangkah masuk ke dalam kediaman sang presiden dengan santai, rasanya hampir seperti kunjungan biasa bukan penyergapan.

"Ketua Jeon, apa - apaan?" Bentak sang presiden saat mendapati Jungkook sedang terduduk dengan angkuhnya di sofa ruang tamu.

"Bukan apa - apa, duduklah." Jungkook kembali menutup suara untuk waktu yang cukup lama, membuat sang presiden bertanya - tanya dalam diam.

"Langsung ke intinya, aku ingin kau lepaskan jabatanmu dan mengaku pada polisi." Jungkook membuka suara.

"Apa maksudmu? Kau gila?"

"Tidak usah banyak bicara, tua bangka. Kau harus mengakui kejahatanmu."

"Jangan sembarangan!" Pria tua itu menggebrak meja dengan kuat.

"Menggelapkan dana sosial, korupsi, menyelundupkan senjata, memberi akses pada mafia. Apa sudah cukup dengan semua alasan itu? Oh, bahkan menyebarkan rumor manusia serigala padahal pembunuhan massal itu adalah ulahmu kan? Semua korban yang mati adalah mereka yang berhubungan dekat denganmu, Tuan Choi. Kau fikir bangkai yang kau simpan puluhan tahun itu tidak akan tercium? Jangan bodoh pak tua." Ucapan Jungkook membuat Presiden Choi bungkam.

"Bunuh manusia ini." Perintah Tuan Choi pada anak buahnya.

"HAHAHAHAHAHA." Jungkook tertawa begitu puas.

"Bodoh, mereka milikku. Semua bukti sudah ditanganku, kau bisa melakukan semua sendiri, atau perlu aku yang melaporkan? Tapi mungkin sanksinya penjara 2x seumur hidup? Atau lebih?"

"Lebih baik kau bunuh aku, sialan."

"Hey, pak tua, kalau kau mau kubunuh, setidaknya siapkan 3 orang lagi untuk kubunuh, karena aku tidak akan puas jika hanya membunuh satu. Ah, bagaimana jika anak - anak dan istrimu yang tidak berdosa itu?" Jungkook dapat melihat dengan jelas wajah tua Presiden Choi melemah.

"Ku lakukan yang kau mau." Kata Tuan Choi sambil bersimpuh lemah.

.

.

"Jadi?" Junmyeon bertanya pada sosok dihadapannya.

"Omega itu memintaku membunuh Seulgi." Taehyung menjawab dengan wajah marah.

"Lalu? Akan kau lakukan?"

"Kau bercanda? Mana mungkin! Seulgi itu adikku!"

"Lalu, kau mau apa?"

"Membunuh Jungkook dan menjadikkan Omega itu milikku seutuhnya."

Kim Taehyung, anak dari Kim Junmyeon dan Bae Joohyun. Sejak kecil, Taehyung sudah diajarkan menjadi seseorang yang licik dan penuh ambisi. Ia didoktrin dengan keras oleh ayahnya, ia diharuskan menjadi seorang Alpha kuat yang dapat merebut tahkta.

.

.

Saat ini, Jimin sudah berada dihadapan Taehyung, dengan senyum diwajahnya ketika melihat darah begitu banyak.

"Mati?" Tunjuknya pada bongkahan daging yang tergeletak diatas ranjang besar penuh darah.

"Seperti yang kau lihat." Taehyung menjawab dengan senyum diwajahnya.

Jimin berjalan mendekat, meraih sebuah pisau kecil di atas nakas,

"Haruskah kita cek lagi? Ku rasa ini bisa membantu." Katanya sambil memainkan pisau kecil itu ditangannya.

"Dia sudah mati, kau lihat sendiri tubuh kakunya." Suaranya begitu tenang.

"Ah, begitukah? Rasanya aku tetap ingin memastikan." Jimin mengambil ancang - ancang untuk menusukkan pisau itu tepat ke jantung Junmyeon sebelum,

"Jatuhkan benda itu sekarang, Park Jimin." Taehyung menggeram keras dengan pistol yang mengacung tepat ke arah kepala Jimin.

"Kau tidak bisa kemana - mana, Park. Tempat ini sudah ku kuasai." Taehyung tersenyum remeh melihat tubuh Jimin yang membeku.

Jimin dapat merasakan tubuh Junmyeon bergerak, kemudian dengan sigap menahan kedua tangan Jimin dan merebut paksa pisaunya.

"Terlalu bodoh." Junmyeon tertawa kecil.

"Sekarang, kau milikku." Taehyung mengikat kedua tangan Jimin dengan rantai, memaksa Jimin untuk berdiri dalam posisi tangan menjuntai ke atas.

"Kau jalangku mulai sekarang, Park." Taehyung berbisik sensual di telinga Jimin.

"Sialan kau." Desis Jimin.

Plak

Satu tamparan berhasil mendarat diwajah Jimin, bersamaan dengan umpatan dari mulut Taehyung.

"Masih bagus aku tidak membunuhmu, manis."

Taehyung mengecup lembut permukaan bibir Jimin,

"Manis," Taehyung meletakkan tangannya dikedua sisi pinggang Jimin,

"Alphamu sebentar lagi akan mati. Pasukanku pasti sedang menyerangnya sekarang."

"Bajingan! Dasar pengkhianat. Ini balasanmu untuk kebaikanku?" Jimin berteriak dengan airmata membanjiri wajahnya.

"Kau akan bahagia bersamaku, Jimin." Ucap Taehyung sembari menangkup wajah Jimin.

"Cuih, aku tidak sudi." Jimin meludah tepat diwajah Taehyung.

Tangkupan Taehyung berubah menjadi cengkraman kuat, ia lalu meraih pisau kecil di nakas dan menggoreskan guratan kecil diwajah Jimin. Sedikit demi sedikit darah menetes keluar dari luka itu. Taehyung tersenyum melihat mata tertutup Jimin, ia kemudian menjulurkan lidah dan menjilat darah di wajah Jimin.

"Kau sekarang milikku, Park Jimin." Bisiknya, kemudian meninggalkan Jimin yang mendesis marah.

.

.

.

tbc.

apa ada yg masih nunggu cerita ini?❤️😁

jikook'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang