🌹(2)

394 46 1
                                    

Jiminnya, itu Jiminnya. Park Jimin yang menghilang setelah mengetahui perselingkuhannya. Jungkook mencarinya kesana kemari, namun tidak sekalipun ia berhasil menemukan Jimin, bahkan jejaknya sekalipun. Ia hampir menyerah, namun tidak, karena Jiminnya sudah datang, menemuinya, kembali ke hadapannya. Park Jimin sudah disini.

Senyumnya merekah, Jiminnya terlihat luar biasa menawan, sangat indah. Menabjukan. Ia yakin telah jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada Jiminnya.

"Tuan Jeon, apa kabar?" ucap Jimin memecah keheningan.

"Aku baik, Jim." Jawab Jungkook dengan senyum diwajahnya.

"Aku merin-"

"Baiklah, Tuan Jeon. Mari kita diskusikan tentang kerja sama kita." potong Jimin.

"Ah, ya, mari." sahut Jungkook sambil menggaruk canggung tengkuknya.

.

"Senang bekerja sama dengan anda, Tuan Jeon." ucap Jimin sembari menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Senang bekerja sama dengan anda juga, Tuan Park." sahut Jungkook lalu kemudian menjabat tangan Jimin.

"Kim, bukan Park, aku menggunakan marga suamiku."

Dan detik itu juga, hati Jungkook rasanya menghantam tanah, seperti dihunus ribuan pedang. Hatinya runtuh bersamaan dengan senyum yang semakin pudar diwajahnya. Jiminnya, sudah bukan miliknya.

"Ah, k-kau sudah menikah rupanya." ucap Jungkook terbata bata.

"Setahun setelah kita berpisah, aku memutuskan untuk menikah dengan belahan jiwaku." Jawab Jimin dengan senyum.

"Ah, ya. Baguslah, aku turut bahagia."

Jungkook tidak dapat menyembunyikan wajah penuh kesedihannya. Ia marah, pada dirinya sendiri. Seandainya ia tidak terpengaruh dengan rayuan Eunha, seandainya ia berterus terang pada Jimin tentang keluhannya, seandainya ia tidak menjadi bajingan, ia pasti masih bahagia dengan Jimin sekarang.

"Ah, bagaimana denganmu? Apa kau sudah memiliki anak dengan Eunha? Bukankah kau pernah bilang ingin langsung memiliki anak setelah menikah?" Bohong jika Jimin mengatakannya tanpa beban, ia masih merasakan sakit setiap kali mengingat bahwa Jungkooknya sudah berkhianat.

"Aku belum menikah, tadinya aku menunggumu. Tak kusangka, ternyata ketika kembali, kau sudah menikah." suara Jungkook terdengar sangat parau.

Jimin terdiam sejenak. Menunggu? Jungkook menunggunya? Ia ingin sekali berteriak, mengatakan bahwa sekarang ia sudah disini, sudah tidak perlu menunggu. Namun semua niat itu kembali Jimin urungkan, mengingat Taehyung, suaminya.

"Ah, maafkan aku." Kata Jungkook yang menyadari perubahan pada wajah Jimin.

"Tidak apa, Tuan Jeon. Kita hanya masa lalu, lupakan saja semuanya untuk mempermudah kerjasama kita. Saat ini kita hanyalah sebatas partner bisnis dan tidak lebih."

Hati Jimin terasa teremat hebat saat melihat satu tetes air mata jatuh dari mata bulat Jungkook, cintanya menangis. Tidak, ia tidak boleh lemah. Jungkooklah yang membuat semua menjadi seperti ini, jika saja Jungkook tidak berkhianat, sudah dipastikan bahwa saat ini, Jimin adalah seorang Jeon, bukan Kim.

"Aku pamit, Jeon. Semoga kerjasama kita lancar, seterusnya kita akan sering bertemu, aku harap kau bisa menghargai suamiku dengan berhenti berharap."

Kemudian Jimin berbalik, berjalan kearah pintu, baru saja ia akan keluar dari ruangan yang mengingatkannya pada pengkhianatan mantan kekasihnya ini, namun ia dihentikan oleh sebuah pelukan, pelukan yang begitu ia rindukan. Jungkooknya memeluknya. Begitu erat, seakan jika longgar sedikit saja, Jimin pasti akan menghilang.

jikook'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang