Manado

68 12 8
                                    

Kalo jauh dari kamu, aku jadi dewa 19.

- Beni Pratama -

Sesampainya di Bandara Sam Ratulangi, Fatia langsung menghubungi Oma dan mengabari bahwa dirinya telah sampai di Manado.

"Assalamu'alaikum. Halo Oma? Fatia udah sampai nih,"

"Wa'alaikumsalam. Sudah dimana, Nak?"

"Masih di dalam Bandara Oma. Baru aja landing. Ini baru mau ngambil barang-barang dulu,"

"Syukur kalau begitu. Oh ya, nanti yang akan jemput Fatia orangnya tinggi, pakai kaos merah, topi hitam. Jangan ambil taxi ya, Fatia tunggu saja di pintu keluar, Dia bilang akan menjemput di situ."

"Siap Oma. Fatia matiin dulu ya mau ngambil troli. Sampai ketemu di rumah, Fatia udah kangen banget, banget, banget, sama Oma."

"Haha.. ada-ada saja. Oma juga tidak kalah rindu sama nona manisnya Oma yang sekarang sudah besar. Ada kue manis yang menunggu di rumah, sudah Oma buatkan bersama sepupu-sepupu mu."

"Wahh, kue kesukaan Fatia ya Oma? Tenang aja, sampai rumah biar Fatia yang habisin hehe.."

"Dasar cucu Oma, dari dulu tidak pernah berubah kalo soal makan. Ya sudah Oma matikan dulu ya, Assalamu'alaikum."

"Iya Oma. Wa'alaikumsalam."

Setelah mengambil semua barang miliknya dan meletakkannya di troli, Fatia mencari tempat duduk yang nyaman sembari menunggu jemputan.

Fatia juga menyempatkan waktu untuk mengabari Beni, akan ribet jadinya jika ia sampai lupa.

Baru saja Fatia menghidupkan kembali ponselnya, panggilan dari Beni lebih dulu tertera dilayar utama ponselnya.

"Assalamu'alaikum Mas, aku bar-"

Beni menyelah. "Wa'alaikumsalam. Baru sampai, kan?"

"Hish, kebiasaan nyelah omongan!" Rutuk Fatia kesal.

Terdengar tawa renyah dari seberang sana. "Haha maaf, Yang. Udah ketemu Oma belum?"

"Masih belum. Nanti bukan Oma yang jemput, mungkin supir Oma, jadi ketemunya di rumah."

"Lanang no berarti, Yang?!" (Berarti cowok dong, Yang?!)

"Yo selow to, Mas! Gosah ngegas sek awan!" (Ya selow dong, Mas! Nggak usah ngegas masih siang!)

"Nek wes bengi oleh ngegas?" (Kalau malam boleh ngegas?)

"HA?!"

"Ngegas ke KUA terus pulangnya langsung ke-"

"Lambene lho, Mas! Ojo edyaaann! Rung cukop sedino ditinggal wes sesat. Miluh aturane sopo?!" ( Mulutnya lho, Mas! Jangan gila. Belom cukup sehari ditinggal udah sesat. Ikut ajarannya siapa?!)

"Haha.. bercanda, Sayang. Nggak malu teriak-teriak? Itu masih di Bandara kan?"

"Lomoh Mas, lomoh!" (Bodoh Mas, bodoh amat!)

"Iya, iya, maaf ya, kan bercanda. Oh ya tadi aku berangkat sama Reno rasanya beda banget. Nggak ada kamu nggak seru. Atine Mas ambyar dek! Huhuhu.." keluh Beni sok melankolis.

"KAPOK!" (RASAIN!)

"Kok gitu, sih? Serius lho, Yang. Rasanya beda!"

"Halah cuma dua Minggu, Mas. Nikmati aja dulu pulang pergi sama Reno."

"Iya juga sih," ekor Beni membenarkan.

"Nikmati dulu dua minggu tanpa aku. Banyak hal yang bisa kamu lakuin sih sebenarnya, yang kalo ada aku nggak akan bisa kamu lakuin."

Omwille Van Oma (Demi Oma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang